Palembang, BP – Sejumlah warga Palestina berunjuk rasa meneriakkan tuntutan untuk Presiden Mahmoud Abbas agar mundur dari jabatannya.
Tuntutan ini muncul setelah Presiden Mahmoud Abbas dituduh bertanggung jawab atas tewasnya seorang aktivis di Palestina.
Protes warga telah berlangsung selama 3 hari di Tepi Barat karena kematian seorang kritikus vokal terhadap Otoritas Palestina (PA), Nizar Banat.
Menurut keluarga Banat, 20-an petugas memukuli kepala Banat dengan tongkat dan batang logam dan dikonfirmasi meninggal beberapa jam setelah penangkapannya.
Setelah peristiwa itu, aksi protes terjadi dengan ratusan orang meneriakkan slogan menentang pemerintahan Abbas, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Sabtu (26/6).
Para pengunjuk rasa memegang bendera Palestina dan poster Banat, lalu meminta Abbas yang berusia 85 tahun untuk mundur.
“Rakyat ingin menggulingkan rezim,” teriak mereka bersamaan dengan seruan, “mundur, Abbas!” “Kami menginginkan reormasi politik total yang benar-benar mencerminkan kepentingan rakyat,” kata pengunjuk rasa Esmat Mansour, dikutip dari berita Reuters.
Ketika para pengunjuk rasa mulai berbaris ke kompleks kantor Abbas, sekelompok pendukung presiden memblokir demonstran itu.
Lantas saja tindakan tersebut memicu aksi saling lempar batu antara kedua belah pihak yang Pro dan Kontra Presiden Abbas.
Pasukan keamanan Palestina dengan perlengkapan anti huru hara menembakkan gas air mata dan granat kejut ke arah para pengunjuk rasa.
Hal itu membuat banyak orang berlari mencari perlindungan serta belakangan, para pendukung Abbas berkumpul dalam unjuk rasa tandingan, dengan puluhan orang meneriakkan.
“Orang-orang menginginkan Abbas sebagai presiden.” Setidaknya 5 wartawan, 4 di antaranya perempuan, terluka dalam protes tersebut, termasuk koresponden Middle East Eye Shatha Hammad, yang wajahnya dipukul dengan tabung gas air mata,” teriak pengujuk rasa. #ric