in

Proyek Penguatan Hutan Sosial di Limapuluh Kota, Manajer Bank Dunia Terpesona

PERHUTANAN SOSIAL: Manajer World Bank Ann Jeannette Glaber saat berkunjung ke objek wisata Kapalo Banda, Nagari Taram, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Januari lalu.(IST)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia bersama Bank Dunia, membuat proyek penguatan hutan sosial di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Dirancang sejak 17 Juni 2020, proyek ini sudah dimulai sejak 2021 dan berlanjut sampai 2025. Seperti apa, perkembangannya sekarang?

Ann Jeannette Glaber adalah Manajer World Bank atau Bank Dunia untuk kawasan Asia Pasifik. Pada Januari lalu, dia berkunjung ke objek wisata Kapalo Banda, Nagari Taram, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.

Kapalo Banda Taram berada dalam kawasan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) dan Hutan Kemasyarakatan (HKm). Di kawasan HTR dan HKm ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Bank Dunia, menggagas proyek penguatan perhutanan sosial.

Proyek yang dalam bahasa Inggris ditulis sebagai Strengthening of Social Forestry (SSF) in Indonesia Project ini, juga dilaksanakan KLHK dan Bank Dunia di lima kabupaten/kota lainnya di Indonesia. Yakni, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Kemudian, Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Serta Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku.

Proyek penguatan hutan sosial ini, melibatkan peran Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Indonesia bersama Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves). Maka tidak heran, saat Ann Jeannette Glaber datang ke Kapalo Banda Taram, dia tidak hanya didampingi Dede, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, dan Yonefis, Manager SSF in Indonesia Project.

Namun, Ann Jeannette Glaber juga ditemani oleh sejumlah pejabat dari KLHK, Kemendagri, dan Kemenko Marves. Termasuk diantaranya, Direktur Penyiapan Perhutanan Sosial KLHK Syafda Roswandi. Mereka, mendampingi An Jeannete Glaber bersama Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi Usama Putra, dan Tim Fasilitasi Perhutanan Sosial Kabupaten Limapuluh Kota.

Saat berada di Kapalo Banda Taram, Ann Jeannette Glaber terkagum-kagum melihat objek wisata yang berada di antara kawasan hutan pinus dan sungai dengan bebatuanya yang masih dikeruk untuk kepentingan pembangunan infrastuktur jalan dan permukiman tersebut. “Luar biasa tempat tinggal dan keindahan alam Limapuluh Kota,” kata Ann Jeannette Glaber dihadapan Camat Harau dan Wali Nagari Taram.

Ann Jeannette Glaber yang merupakan penanggungjawab urusan Bank Dunia untuk sumber daya alam, ekonomi dan ekonomi biru di kawasan Asia Pasifik, juga berbicara tentang proyek penguatan hutan sosial di Indonesia yang melibatkan masyarakat di dalamnya. Menurutnya, hutan sosial di Indonesia jauh lebih baik. Dimana lahan dan hutan dapat dipergunakan secara lestari untuk kepentingan masyarakat.

Ann Jeannette Glaber menyebut, Bank Dunia mendukung penuh proyek penguatan hutan sosial di Indonesia, karena proyek ini masyarakat lebih aktif dalam berpartisipasi. Melalui proyek ini, masyarakat tidak hanya memiliki akses aset atau hak pengelolan hutan, tapi juga mendapatkan fasilitas bibit, benih atau sarana usaha tani, dan pelatihan.

Menurut Yonefis, Manager SSF in Indonesia Project yang mendampingi Ann Jeannette Glaber ke Kapalo Banda Taram, Bank Dunia mendukung target pemerintah Indonesia, untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pemanfaatan lahan hutan. Ini dilakukan lewat program Penguatan Perhutanan Sosial (SSF).

“Perhutanan sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari. Sistem ini diciptakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat. Sedangkan pelaksananya adalah masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat. Tujuannya utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan, dan dinamika sosial budaya,” kata Yonefis.

Khusus untuk Kabupaten Limapuluh Kota, menurut Yonefis, sudah memiluki 29 kelompok perhutanan sosial, dengan luas hutan yang dikelola lebih 43.000 hektare. “Salah satunya adanya Nagari Taram yang mengembangkan wisata alam dan perhutanan sosial, dalam meningkatkan ekonomi masyarakat,” kata Yonefis.

Sayangnya, Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Dt Bandaro Rajo, tidak hadir saat Ann Jeannette Glaber datang ke Kapalo Banda Taram. Tapi, Safar yang melanjutkan kepemimpinan Irfendi Arbi, cukup antusias dengan proyek penguatan hutan sosial. Bahkan, bersama Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, Bupati Safaruddin pernah pula menghadiri Festival Taram akhir tahun lalu, sebagai bagian dari proyek ini.

Kepala Bagian Perekonomian Setdakab Limapuluh Kota Lisa Angreini yang mewakili Bupati Safaruddin saat Ann Jeannette Glaber datang ke Kapalo Banda Taram, menyampaikan apresiasi kepada KLHK dan Bank Dunia.

“Berkat adanya program dari World Bank melalui perhutanan sosial, pengembangan pariwisata dan ekonomi masyarakat dapat terbantu,” ucap Lisa Angreini. (Fajar Rillah Vesky)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Wisata Sejarah Candi Tanjung Medan, Cagar Budaya Peninggalan Zaman Hindu-Budha

“Subuh Keramat” Kapolda Sumbar