Berbekal resep warisan keluarga, Rahmanita sukses membuat kerupuk bawang berbagai varian. Produksinya menembus 400 kg/hari dengan omzet mencapai ratusan juta rupiah sebulan. Siapa sosok Pink kali ini?
Ketertarikan Rahmanita mengembangkan usaha kerupuk bawang, berawal dari kebiasaan orang-orang membuat cemilan dan kue bawang saat Lebaran. Dia melihat ada yang tidak pas dengan kue bawang yang dijual kebanyakan orang.
“Kadang ada rasa pahit dan kurang nyaman di tenggorokan. Makanya, kita cepat haus,” ujar Rahmanita ketika berbincang dengan Padang Ekspres. Melihat tingginya minat orang pada kue bawang, dia yakin bila mendapat resep dan takaran pas, serta diolah lebih baik, kue bawang bisa bersaing di pasaran.
Dia mulai mempelajari pembuatan kue bawang setelah mendapat resep dari keluarga. Beberapa kali mencoba, dia belum puas. Setelah sekian kali bereksperimen, akhirnya dia berhasil membuat kerupuk bawang.
Ketika sudah menemukan racikan pas, salah seorang keluarga memintanya membuat kerupuk bawang tersebut. Waktu itu, beberapa teman dan tetangga turut mencicipi kerupuk bawang. “Akhirnya, mereka (tetangga, red) ikut memesan,” jelas perempuan kelahiran Padang 11 November 1971 ini.
Dari testimoni tetangga, kerupuk bawang buatan Rahmanita terasa beda. Minyaknya tidak tinggal di tenggorokan. Sejak itulah, ibu rumah tangga itu nekat memproduksi kerupuk bawang buatannya. Awalnya hanya memproduksi dua kali seminggu.
“Rata-rata (tahun 1999) saya memproduksi 2-5 kg sehari. Tahun 2000 mulai serius,” jelas alumni SMA Semen Padang ini. Perlahan tapi pasti, dia terus mengembangkan usahanya. Setelah banyak pesanan, dia yakin produknya memiliki prospek cerah. Rahmanita mulai merekrut tenaga kerja.
Waktu itu, Rahmanita dibantu 22 tenaga kerja bagian produksi dan enam orang di bagian pemasaran. Penjualannya pun tidak cuma di Padang, namun Riau dan Jambi. Hingga kini, Rahmanita terus melakukan inovasi atas produknya.
Dia mengembangkan varian rasa kerupuk bawang. Setelah melakukan serangkaian eksperimen, kerupuk bawangnya ada rasa kentang, wortel, pedas, dan lainnya.
Kunci suksesnya menjalankan usaha adalah yakin, kerja keras, pantang menyerah. “Harus selalu memiliki rasa ingin menciptakan sesuatu yang baru. Kemudian, citra rasa harus dipertahankan, jangan sampai ada bahan yang dikurangi atau diubah-ubah,” jelas istri dari Erman itu.
Dalam menjalankan usaha, diakuinya, terdapat kendala-kendala yang dihadapi. Di antaranya, kesulitan tenaga kerja dan menurunnya daya beli masyarakat. Dia mencontohkan dua tahun belakangan produksi menurun dibanding biasanya. Untuk mengetahui permasalahannya, dia terus melakukan survei kecil-kecilan.
“Dari survei itu, akhirnya dicari jalan keluar. Kita harus mengenal keunggulan produk kita. Kita juga harus tahu keunggulan dan kelemahan produk orang lain. Tujuannya, agar kita terus berbenah,” ujar owner Kerupuk Bawang Fajar di Jalan Raya Indarung, Padang. (*)
LOGIN untuk mengomentari.