in

Rakyat Makin Kritis, Presiden Jokowi Minta Badan Layanan Umum Jadikan Momentum Perbaikan

Oleh: Humas ; Diposkan pada: 22 Nov 2016 ; 10 Views Kategori: Berita


Presiden Jokowi menyerahkan Apresiasi BLU kepada Menkes dan Menag, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (22/11) pagi. (Foto: JAY/Humas)

Presiden Jokowi menyerahkan Apresiasi BLU kepada Menkes dan Menag, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (22/11) pagi. (Foto: JAY/Humas)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, sudah lama kita mendengar keluhan dari rakyat bahwa yang namanya pelayanan di instansi pemerintah itu sering identik dengan kurang cepat atau lambat, kemudian berbelit-belit. Ini masalah persepsi, tapi banyak benarnya. Tempat pelayanan yang tidak nyaman, petugas yang melayanitidak pernah tersenyum, cemberut, tidak ramah, dan kurang bersikap profesional.

Keluhan-keluhan masyarakat, keluhan-keluhan rakyat seperti itu, kata Presiden, membuat sentra-sentra pelayanan yang disediakan oleh pemerintah ini makin kalah bersaing dengan layanan yang diberikan oleh swasta.

“Ini fakta yang harus kita terima. Apalagi, saat  ini juga rakyat semakin kritis, sering merespon pelayanan publik yang diberikan pemerintah,” kata Presiden Jokowi saat memberikan arahan pada pembukaan Rapat Koordinasi Penetapan dan penyerahan Apresiasi Badan layanan Umum (BLU), di Istana Negara, Senin (22/11) pagi.

Menurut Presiden, gampang sekali sekarang ini rakyat memberikan respon. Begitu ada layanan yang kurang baik, tahu-tahu keluar di media sosial. Ada yang berbentuk video, ada yang berbentuk komentar-komentar, dan itu tidak bisa dicegah sekarang ini.  “Apapun, pasti gampang sekali. Ada yang lagi cemberut, tahu-tahu mukanya cemberut keluar di medsos. Banyak seperti itu. Di Instagram juga sama, tahu-tahu ada foto, masuk,” ujarnya mengingatkan.

Presiden juga mengingatkan, karena memang dunia sekarang ini betul-betul sudah sangat terbuka dan rakyatnya semakin tahu hak-haknya, harapan rakyat pada kualitas pelayanan publik juga akan semakin meningkat ketika rakyat semakin sadar dalam membayar pajak.

Untuk itu, Presiden Jokowi mengingatkan, kita harus benahi semuanya. Langkah-langkah perbaikan harus dilakukan.  Jika sentra-sentra pelayanan publik tidak mau berubah, tidak mau memperbaiki, tidak mau berbenah, Presiden memastikan  sentra-sentra pelayanan itu akan ditinggal oleh rakyat, akan ditinggal oleh masyarakat.

Bukan hanya ketinggalan dibandingkan  dengan layanan swasta, menurut Presiden,  juga akan kalah bersaing dengan pelayanan yang diberikan oleh sentra-sentra pelayanan  yang nanti bisa saja dimiliki oleh asing. Ini hati-hati.  “Hati-hati dan ini harus kita benahi, ini harus kita perbaiki,” tuturnya.

Kuncinya, tegas Presiden, adalah kemauan. Kemauan untuk berubah, kemauan untuk memperbaiki, kemauan untuk membenahi karena keterbukaan dalam persaingan bukan hal yang perlu kita takuti. Tetapi, jika digunakan sebagai momentum untuk memperbaiki, ini akan menjadikan layanan kita lebih baik kedepan.

Presiden memberi contoh, tahun-tahun 70an, 75an, bank-bank BUMN kita kualitasnya kalau dibandingkan dengan bank-bank swasta, apalagi bank-bank asing, jauh sekali. Tetapi dengan kompetisi, dengan keterbukaan yang ada, bank-bank BUMN sekarang justru memenangi persaingan itu, dan bisa lebih baik dari bank-bank swasta, bisa lebih baik dari bank-bank asing.

“Artinya, kita ini kalau mau, bisa,” tegas Presiden.

Presiden mengingatkan bahwa perubahan menjadi BLU jangan hanya dilihat semata-mata perubahan dari aspek teknis laporan keuangan dan pertanggungjawaban. “Bukan itu. Goal-nya bukan di sini. Tapi harus dipandang sebagai momentum untuk menerapkan tata kelola manajemen yang efisien, yang lebih efisien, dan lebih produktif,” tegasnya seraya menambahkan, dengan format BLU, instansi layanan publik akan memiliki ruang yang lebih besar, ruang otonomi yang lebih besar, dan fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan sebelumnya, lebih lincah, lebih fleksibel.

Untuk itu Presiden Jokowi berpesan, jangan sampai berlomba-lomba menjadi BLU tapi pelayanan tidak ada perbaikan, enggak ada artinya. Kalau berubah berarti pelayanan harus lebih baik.

“Saya berharap, perubahan ini juga menjadi titik penting untuk menerapkan standar-standar pelayanan yang berkualitas. Selain itu, perubahan ke BLU juga bisa dilihat sebagai momentum untuk menjalankan prinsip-prinsip bisnis yang sehat, seperti yang umumnya dilakukan oleh korporasi swasta, tapi tidak kehilangan misi utamanya untuk memberikan pelayanan kepada rakyat, kepada masyarakat,” pungkas Presiden Jokowi.

Acara pembukaan  Rapat Koordinasi Penetapan dan penyerahan Apresiasi Badan Layanan Umum itu juga dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pertahanan Ryarmirzad Ryacudu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Perhubungan Budi K. Soemadi, dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. (FID/JAY/ES)

What do you think?

Written by virgo

Perisic Hindarkan Inter dari Kekalahan Melawan Milan

Mencari Solusi Permasalahan Bangsa