in

Rantai Pasokan Global Bakal Berubah

TOKYO – Salah satu peting­gi perusahaan konglomerasi asal Jepang, Mitsui & Co, mem­peringatkan bahwa pandemi Covid-19 akan mengatur ulang rantai pasokan global, menga­caukan fenomena globalisasi selama bertahun-tahun, dan membuat ekonomi nasional le­bih sesak.

Kepala Eksekutif Mitsui & Co, Tatsuo Yasunaga, menga­takan reaksi globalisasi terha­dap pandemi Covid-19 akan mempersulit ekonomi dunia untuk kembali ke era konsumsi 100 juta barel minyak per hari. “Saya membayangkan dalam jangka menengah, orang akan cenderung mencari ke dalam. Rantai pasokan harus ditata ulang dengan fokus yang lebih berorientasi domestik. Orang-orang akan cenderung tinggal di rumah,” kata Yasunaga se­perti dikutip Financial Times, Senin (20/4).

Sebagai salah satu perusa­haan manufaktur paling berpe­ngaruh di Jepang, Mitsui memi­liki beragam kepentingan bisnis mulai dari pengeboran gas laut dalam hingga konveksi.

Yasunaga menambahkan, setiap sentimen antiglobalisasi hanya akan bersifat sementara. “Dalam jangka panjang, dunia akan kembali ke mode global­isasi. Kita harus ingat mengapa kita mencari globalisasi. Itu ka­rena paling efisien secara eko­nomi dan AS menikmatinya jauh lebih baik daripada siapa pun,” ujarnya.

Mitsui diperkirakan akan mengalami kerugian akibat ke­jatuhan harga minyak mentah sejak awal 2020. Perusahaan itu menghasilkan sekitar 30 persen laba bersih dari bisnis energinya dalam sembilan bu­lan pertama tahun fiskal.

Mitsui telah memperingat­kan kemungkinan akan me­lakukan writedown (pengu­rangan nilai aset) hingga 70 miliar yen atau sekitar 650 juta dollar AS atau 15 persen dari perkiraan laba bersih tahunan karena dampak dari harga mi­nyak mentah yang lebih ren­dah pada bisnis gas shale AS dan proyek minyaknya di Ita­lia. Sementara itu, perusaha­an saingannya, Marubeni juga menuju kerugian tahunan ter­besar karena penurunan aset energi 3,3 miliar dollar AS.

Yasunaga mengatakan Mit­sui telah memangkas biaya operasional dan menunda in­vestasi sebagai tanggapan, se­rupa ketika harga minyak jatuh pada awal 2016.

“Kita perlu menyadari bahwa kita akan menghadapi resesi global karena permintaan tiba-tiba lenyap. Kita harus siap menghadapi pemulihan eko­nomi yang lambat,” katanya.

Yasunaga menambahkan langkah-langkah stimulus pe­merintah yang tersebar luas di seluruh dunia untuk mengu­rangi krisis tidak akan meng­arah pada penciptaan permin­taan yang nyata.

Kinerja juga dipengaruhi oleh seberapa cepat ekonomi pulih di Tiongkok, karena Mit­sui berinvestasi dalam pem­bangkit listrik tenaga batu bara, mesin industri, otomotif, dan bisnis pengiriman.

“Orang-orang kami yang di­tempatkan di Tiongkok telah mengisyaratkan negara itu akan segera kembali ke jalurnya. Tapi, saya belum tahu apakah mereka membendung virus korona 100 persen dan apa­kah Tiongkok bisa berdiri sen­diri karena pabrik-pabrik yang berorientasi ekspor pasti ter­kena dampak negatif,” tuturnya. FT/SB/AR-2

What do you think?

Written by Julliana Elora

105 Relawan PMI Siap Bantu Masyarakat Lawan Covid-19

RS Rujukan Diprioritaskan untuk Pasien Sakit Berat