in

Rata-rata Nilai UN SMP Anjlok

Dipicu soal Semakin Sulit, UNBK Bertambah Banyak

Tugas guru SMP sederajat bakal semakin berat. Merujuk hasil ujian nasional (UN) yang dibeber Kemendikbud, kemarin (15/6), cukup memprihatinkan. Sebab, nilai UN SMP sederajat tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Analisis hasil UN harus dimanfaatkan sekolah untuk berbenah.

Secara keseluruhan nilai UN SMP/MTs tuhun ini turun dari 58,61 poin (2016) menjadi 54,28 poin (2017). Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud Nizam menuturkan, tidak bisa dipungkiri nilai UN tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Namun dia mengatakan nilai UN tahun ini, meski turun, menggambarkan kemampuan siswa sesungguhnya. 

“Sebab indeks integritas ujian nasionalnya (IIUN, red) lebih baik dibandingkan tahun lalu,” tuturnya. Secara keseluruhan untuk sekolah negeri dan swasta, IIUN meningkat dari 69,65 poin tahun lalu menjadi 77,96 poin tahun ini (meningkat 8,31 poin). 

Menurut guru besar fakultas teknik UGM itu, di antara penyebab meningkatnya IIUN adalah penambahan jumlah peserta ujian nasional berbasis komputer (UNBK).

Nizam menuturkan, tahun lalu UNBK diselenggarkan di 984 unit SMP/MTs dengan jumlah peserta 156.320 anak. Sementara tahun ini UNBK digelar di 11.096 unit SMP/MTS dengan jumlah peserta 1.349.744 siswa.

Pejabat yang hobi bersepeda itu menuturkan, hasil analisis Kemendikbud menyebutkan ada korelasi positif antara penggunaan UNBK dengan peningkatan indeks integritas.

Dia kemudian mengungkapkan penurunan nilai UN SMP/MTs juga disebabkan soal ujian yang semakin sulit. “Khususnya untuk mata pelajaran bahasa Inggris,” jelas Nizam.

Dia mengatakan sejatinya tidak ada niatan dari Kemendikbud untuk menambah kadar kesulitan soal ujian. Kemendikbud hanya menyajikan soal ujian yang benar-benar sesuai dengan kurikulum.

Nizam mengatakan, banyak sekali muncul suara keluhan bahwa soal ujian bahasa Inggris tahun ini sulit-sulit. Keluhan itu muncul karena soal yang disajikan mengukur kemampuan bahasa fungsional (literasi fungsional). Kemudian level kognitifnya ditingkatkan menjadi C1-C6 atau komperhensif. 

“Jadi soal ujian seperti menyusun kalimat atau paragraf sudah tidak ada lagi,’’ tuturnya. Kemudian soal yang mengharuskan siswa memahami 1-2 kalimat juga tidak ada. Siswa dituntut untuk memahami 1 wacana secara utuh. Siswa juga dituntut untuk bisa mengidentifikasi informasi yang tersirat, bukan hanya tersurat.

Nizam berpesan soal ujian yang kelihatannya semakin sulit itu, sejatinya tidak sulit jika materi yang diajarkan guru tuntas. Pesan yang ingin disampaikan Kemendikbud adalah, guru jangan lagi membiasakan mengajar dengan pola latihan (drilling) contoh soal ujian. Kemudian mengabaikan ketuntasan materi yang harus diajarkan ke siswa.

“Materi-materi bimbel yang cenderung drilling itu juga tidak cocok dengan ketuntasan kurikulum,” tegasnya. Nizam mengatakan tidak hanya bahasa Inggris yang semakin sulit. Sejatinya untuk bahasa Indonesia, matematika, dan IPA juga sama. Hanya saja keluhan sulitnya soal matematika munculnya tahun lalu.

Kepala Balitbang Kemendikbud Totok Suprayitno mengatakan, tahun depan jumlah sekolah maupun peserta UNBK bakal ditambah. Sebab, saat ini tren yang muncul adalah, UN dengan komputer lebih keren ketimbang menggunakan kertas. 

Totok menjelaskan setiap kali selesai penilaian hasil UN Kemendikbud menyerahkan hasil analisisnya ke seluruh dinas pendidikan. “Lengkap dengan data sekolah ini lemahnya di pelajaran apa. Sampai di materi perlajarannya,” jelasnya. 

Totok berharap hasil analisis itu didistribusikan ke sekolah. Sehingga, kepala sekolah dan guru bisa melakukan pembenahan supaya nilai UN tahun berikutnya lebih baik.

Hasil analisis itu juga dijadikan bahan pelatihan guru oleh Kemendikbud. Sebelumnya pelatihan guru menggunakan materi yang umum. Semua guru dengan tingkat kemampuan yang beragam, diajar dengan materi yang sama. Namun dengan hasil analisis UN, materi pelatihan bisa disesuaikan dengan kondisi gurunya. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Nasib Full Day School Ada di Tangan Jokowi

Gamawan Ngaku tak Kenal Andi Narogong