Jika pertumbuhan ekonomi mampu bertahan di level 5 persen maka pasar saham sepanjang November masih berpotensi mencatatkan kinerja positif.
JAKARTA – Kinerja reksadana saham akan dipengaruhi oleh banyak sentimen baik dari domestik maupun global, terutama hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS). Analis Pasardana, Beben Feri Wibowo, mengatakan sentimen pasar saham di sepanjang November 2016 datang dari dalam negeri dan luar negeri.
Sentimen dalam negeri terkait dengan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2016, sementara dari luar negeri secara spesifik datang dari hasil pilpres AS yang rencana akan diselenggarakan pada 8 November 2016, dan spekulasi kenaikan tingkat suku bunga The Fed.
Hal ini ditambah lagi dengan rilis data ekonomi negara maju lainnya, seperti Tiongkok dan Jepang. “Dengan kata lain, kondisi pasar saham di sepanjang November 2016 akan ditentukan oleh data pertumbuhan ekonomi dalam negeri kuartal III- 2016 di tengah tekanan global yang tidak kunjung mereda,” kata Beben kepada Koran Jakarta, Rabu (2/11).
Beben berharap, pertumbuhan ekonomi dalam negeri masih mampu bertahan di level 5 persen sehingga bisa memberikan daya tahan yang lebih kuat terhadap sentimen negatif ekonomi global, khususnya terkait dengan pilpres AS dan spekulasi kenaikan suku bunga The Fed.
Dijelaskan Beben, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu bertahan di level 5 persen maka pasar saham di sepanjang November masih berpotensi mencatatkan kinerja positif.
Meski demikian, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia terbatas menuju resistance terdekat 5.470 dengan potensial upside ± 1 persen (berdasarkan penutupan 31 Oktober 2016 di level 5,422.54) dan berpeluang menuju ke 5.535 jika IHSG berhasil breakout resistance terdekat tersebut (5.470), sehingga ada potensial upside ± 2 persen (Berdasarkan penutupan 31 Oktober 2016 di level 5,422.54).
“Return” Melambat
Berdasarkan data, tata-rata return reksadana saham pada Oktober mencapai 0,22 persen sedangkan imbal hasil dari awal tahun hingga sekarang sudah mencapai sekitar 12,81 persen. Menurut Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, return reksadana saham pada November diperkirakan akan sedikit melambat.
“Hal ini karena pasar berhati-hati, terutama menunggu hasil keputusan bank sentral AS tentang perubahan suku bunga,” katanya. Terkait imbal hasil reksadana saham, Hans memprediksi hingga akhir tahun bisa mencapai 14-15 persen.
Apalagi di Desember pasar akan rally. Akan tetapi setelah kenaikan Fed Rate, pasar akan lebih positif. “Memang kalau kita mau menambah posisi kita harus menunggu pasar terkoreksi terlebih dahulu. Jadi harus sabar menanti kalau ada koreksi di pasar saham,” pungkasnya. yni/AR-2