Jakarta ( Berita ) : Direktur Pusat Krisis Rohingya (CC4R) Partai Keadilan Sejahtera Sukamta menilai krisis yang terjadi di Rakhine state, Myanmar terhadap etnis Rohingya merupakan tragedi kemanusiaan terburuk yang terjadi pasca Perang Dunia II lebih dari 70 tahun lalu.
“Di sana orang-orang diusir dengan cara rumahnya dibakar, ditembaki, dan bahkan ditanam ranjau agar tidak bisa pergi dengan aman,” ujar Sukamta dalam keterangan pers yang diterima Antara di Jakarta, Sabtu.
Menurut Sukamta tragedi yang terjadi di Rakhine state tersebut bukan hanya sebatas tindakan diskriminasi, melainkan sudah masuk dalam aksi genoside atau pembersihan etnis.
Meski dunia internasional sudah memberikan kecaman terhadap kekejaman pemerintah Myanmar, namun mereka tetap tidak bergeming. Oleh sebab itu ia pun menegaskan harus dilakukan tekanan keras agar Myanmar menghentikan aksinya tersebut. “Kalau dunia internasional tidak turun tangan mungkin kita tidak akan pernah melihat lagi warga Rohingya di Myanmar,” tutur Sukamta.
Hari ini Sukamta beserta staf CC4R ikut dalam Aksi Bela Rohingya dengan menyerukan tuntutan tersebut dan juga melakukan penggalangan dana. Sukamta menyebutkan bahwa pihaknya telah berhasil mengumpulkan dana kemanusiaan mencapai Rp3,8 miliar yang diperoleh dari usaha penggalangan nasional.
“Semua dana kemanusiaan yang didapat CC4R akan disumbangkan melalui lembaga sosial yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) yang sudah lama bekerja membantu Rohingya,” kata Sukamta.
Tragedi Kemanusiaan
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menggelar Aksi Bela Rohingya di Bundaran Patung Kuda Silang Monas, Jakarta, Sabtu, dalam rangka mengingatkan bahwa penderitaan masyarakat Rohingya adalah sebuah tragedi kemanusiaan.
“Aksi kita hari ini menunjukkan bukti keindonesiaan kita. Tidak hanya umat Islam, tapi juga dari Walubi. Karena tragedi Rohingya adalah tragedi kemanusiaan bukan tragedi agama,” kata Ketua Bidang Kepemudaan DPP PKS Mardani Ali Sera di Jakarta, Sabtu.
Mardani Ali Sera menegaskan sudah menjadi amanat konstitusi bahwa Indonesia harus turut serta berperan aktif menjaga perdamaian dan menghapus penjajahan di atas dunia, termasuk dalam menangani krisis Rohingya.
Selain sebagai bukti keindonesiaan, Anggota Komisi II DPR RI ini menegaskan aksi hari ini sebagai bukti keimanan, serta bukti ukhuwah atau persaudaran antarsesama umat Islam.
Sebagai solusi, Mardani mengajak agar umat Islam di Indonesia mengerjakan beberapa hal antara lain meningkatkan kapasitas amal. “Kita harus terus memberikan donasi terbaik kita untuk Rohingya. Karena dengan itu, kita bisa terus menjaga bantuan sosial, mendirikan sekolah dan rumah sakit sebagai bentuk solidaritas Muslim,” ucapnya.
Ia juga mengajak umat mengingkatkan kapasitas pemikiran dan kemampuan media sosial agar punya kepedulian terhadap Rohingya, serta meningkatkan kapasitas untuk memiliki pemikiran yang terbuka.
Sebelumnya, PKS juga menginginkan kasus kemanusiaan etnis Rohingya yang terusir dan mengalami tindak kekerasan di Myanmar dapat diajukan ke Mahkamah Internasional.
“Selain kasus Rohingya harus dibawa ke Mahkamah Internasional, kami juga ingin menekan Myanmar memberikan status kependudukan resmi bagi etnis Rohingya,” kata Direktur Crisis Center for Rohingya (CC4R) PKS Sukamta dalam rilis di Jakarta’.
Dalam Aksi Bela Rohingya tersebut, beberapa tokoh dijadwalkan hadir menyampaikan orasi di antaranya Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid, Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Sandiaga Uno, KH Abdur Rasyid Abdullah Syafii.
Selanjutnya, KH Sobri Lubis, KH Didin Hafidhudin, KH Nazar Haris, KH Nonop Hanafi, KH Muhyiddin Junaidi, Dahnial Simanjutak, Prof Philip K Widjaya dan beberapa tokoh ormas Islam dan agama Buddha.
Selain PKS, ormas-ormas Islam yang turut dalam aksi antara lain Mathlaul Anwar, Ikadi, Cahaya Islam Mathlaul Anwar, AQL Peduli, Jamiat Kheir, Pemuda DDII, Al – Ittihadiyah, Pemuda PUI, Forsitma, Salimah, Wanita Islam, JPRMI, dan FPI. (ant )