in

Rombongan Asal Sumbar Sempat Dihadang di Lampung

Warga Bukittinggi berkumpul di Fly Over jelang keberangkatan.

PADANG, METRO–Rombongan bela Islam jilid III asal Sumbar, yang berangkat menuju Jakarta melalui jalur darat, dihadang dengan berbagai modus. Saat tiba di Lampung, bus yang mengangkut massa dari Sumbar dihadang oleh kendaraan yang rusak dan jembatan putus. Saat dicek, rupanya jembatan aman dan bisa dilalui.

Ada pula satu bus rombongan yang melalui lintas timur dari Solok distop petugas. Mereka diberhentikan oleh angota Polsek Mesuji. Seluruh penumpang diminta data-datanya, namun rombongan tidak bersedia. Perdebatan sempat terjadi dan mereka mengalami keterlambatan sekitar dua jam.

Koordinator Rombongan Bela Islam Jilid III asal Sumbar, Irfianda Abidin mengatakan, apa yang disampaikan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk mengawal ‘Aksi Super Damai 212″, ternyata berbeda dengan apa yang mereka alami selama dalam proses perjalanan. Meski banyak tekanan dari awal hingga selama dalam proses perjalanan tidak menciutkan niat mereka untuk mengikuti aksi bela Islam ke Jakarta.

Dia juga mengatakan, upaya penjegalan yang dilakukan itu, selain untuk memperlambat rombongan sampai ke medan perjuangan, juga ada unsur kesengajaan memancing emosi dari rombongan. “Kita masih menjaga agar jamaah jangan sampai terpancing, karena medan perjuangan kami bukanlah di sana, akan tetapi medan perjuangan itu berada di Jakarta,” tegasnya.

Sebelumnya, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyepakati sejumlah poin dengan kepolisian terkait aksi 2 Desember 2016. Salah satunya, polisi mengawal aksi tersebut, tidak ada imbauan atau larangan datang ke ibu kota. Serta meminta agar transportasi diperbolehkan untuk mengangkut massa.

Menurutnya, upaya untuk memperlambat kedatangan mereka ke Jakarta itu sudah mulai terasa saat awal keberangkatan. Sesuai rencana, rombongan berangkat pada Senin (28/11) malam, namun karena polisi melakukan negosiasi maka keberanglatan diundur hingga Selasa (29/11). Polisi yang mengatakan akan melakukan pengawalan dengan voorijder hingga ke Jakarta ternyata tidak benar.

”Rombongan hanya dikawal hingga perbatasan Solok, setelah itu polisi yang mengawal kembali pulang. Kami sebenarnya tidak mau berburuk sangka karena itu bisa memicu konflik baru, dan kami menganggapnya masih hal wajar,” ungkapnya.

Diungkap Irfianda, saat bus meningalkan Sumbar dan memasuki Muaro Bungo, perjalanan hingga Palembang masih aman-aman saja. Namun, setelah mulai wilayah Lampung, Rabu (30/11), sekitar pukul 11.00 WIB, tepatnya di daerah Wai Kanan, Lampung Utara, upaya penjegalan itu mulai terjadi.

Ada aksi penghambatan rombongan dengan alasan jembatan rusak. Antrean mobil terjadi sekitar 5 kilometer. ”Di lokasi ada anggota polisi, katanya jembatan putus dan jalan terhambat karena terhalang kendaraan. Akibatnya, terjadi kemacetan,” ungkapnya.

Ternyata, setelah dicek tidak ada jembatan putus. Mobil yang disebut rusak dan menghalangi jalan itu juga ternyata tidak benar. Rombongan hampir terpancing emosi karena merasa dipermainkan. Perwalikan rombongan akhirnya meminta polisi segera memindahkan  mobil tersebut.

”Awalnya mereka tidak mau, rombongan pun akhirnya takbir secara bersama-sama, dan mengatakan jika mobil itu tidak dipindahkan, maka akan diangkat bersama-sama. Polisi akhirnya memindahkan mobil tersebut dan ternyata mobil itu tidak rusak dan hanya permainan saja,” tukas Irfianda.

Akibat upaya penghadangan itu, perjalanan rombongan terlambat sampai 5 jam. Rombongan asal Kota Bukittingi yang terakhir berangkat, bertemu dengan bus dari Kota Padang di Lampung.
Upaya penghadangan kedua juga terjadi di Kemuning, Lampung. Saat itu rombongan sedang makan di Rumah Makan Sutan Kayo Talang, sekitar pukul 19.00 WIB.

”Tiba-tiba, polisi datang dan meminta data-data serta memoto. Polisi berupaya menahan keberangkatan, akan tetapi rombongan kembali melakukan takbir hingga polisi melepaskan kembali. Pukul 22.00 WIB, rombongan baru bisa berangkat,” terangnya.

Saat melanjutkan perjalanan, bus rombongan kembali terhambat oleh polisi yang tengah razia. Penumpang disuruh turun untuk dilakukan pemeriksaan. Ada sekitar satu jam. Takbir pun langsung berkumandang. Melihat semangat takbir rombongan polisi pun akhirnya melepaskan lagi.

Kemudian, rintangan berikutnya, pada saat penyeberangan akan dilakukan, tiba-tiba kapal yang ditumpangi mengalami mesin bermasalah. Penumpang kapal sempat terpung-apung sekitar dua jam. Setelah petugas memperbaiki mesinnya, perjalanan kembali dilanjutkan hingga sampai di Pelabuhan Merak, Kamis sekitar pukul 06.00.

Irfianda juga mengatakan, sejak tiga minggu sebelum keberangkatan, pihaknya sudah merasakan ada tekanan. Orang-orang yang mendaftar untuk ikut aksi digembosi. ”Donatur-donatur kami didatangi, bagitu juga dengan sejumlah perusahaan bus. Mahasiswa yang sudah mendaftar ditakut-takuti,” sebut Irfianda.

Meski demikian, dengan niat yang ikhlas serta keridhoan Allah, akhirnya seluruh rombongan asal Sumbar sudah sampai di Jakarta. ”Bagaimanapun rintangannya, jika Allah menghendaki, Alhamdulillah kami sampai di Jakarta dengan selamat. Tidak ada yang mustahil,” imbuhnya. (hsb)

What do you think?

Written by virgo

Artis Ahmad Dhani Cs Ditangkap Polisi

407 Anggota Korpri Di Anugerahi Satyalancana Karya Satya