in

Rumah Sakit Unand untuk Kejayaan Bangsa

Acara soft launching Rumah Sakit Universitas Andalas  (RS Unand) telah dilaksanakan hari Rabu, tanggal 29 Maret 2017, oleh Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti, Kemeristekdikti, Prof dr Ali Ghufron Mukti MSc PhD. Acara soft launching ini, memberi tahu kepada publik bahwa RS Unand telah dapat beroperasi secara resmi untuk keperluan pendidikan kedokteran dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Meskipun pembangunan RS Unand telah lama diketahui oleh publik, namun diyakini masih banyak yang bertanya kenapa Unand harus membangun rumah sakit dan apa bedanya rumah sakit ini dengan rumah sakit yang lainnya, serta reputasi apa yang akan dibangun Unand dengan rumah sakit tersebut? Jawaban dari ketiga pertanyaan penting tentu perlu diketahui publik secara luas  agar semua pihak dapat memberi dan meningkatkan dukungannya terhadap operasional rumah sakit tersebut.

Pembangunan RS Unand didasari oleh ketentuan yang dikeluarkan oleh Dirjen Dikti, Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2005 yang menyatakan bahwa setiap fakultas kedokteran harus mempunyai rumah sakit pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kedokteran dan membangun pusat keunggulan dalam riset bidang kedokteran. Ketentuan ini menjadi kewajiban setelah dikeluarkannya UU Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran.

Pasal 6 undang-undang tersebut menyatakan bahwa rumah sakit pendidikan menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk fakultas kedokteran dan fakultas kedokteran gigi. 

Rencana pembangunan RS Unand telah dimulai dengan membuat proposal sejak tahun 2007, ketika Prof Dr Musliar Kasim menjadi Rektor Unand. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa Unand termasuk salah satu perguruan tinggi negeri yang cepat merespons untuk membangun rumah sakit berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan oleh Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional pada waktu itu atau jauh sebelum UU Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran dikeluarkan. 

Meskipun Unand cepat merespons pembangunan rumah sakit, ternyata jalan yang harus ditempuh tidak semudah yang dibayangkan semula. Proposal yang disusun sejak tahun 2007 tersebut baru disetujui pada tanggal 11 Agustus 2009 yang ditandai dengan acara penandatanganan Ad Memoare. Proposal yang disetujui tersebut termasuk dalam The Medical Education and Research Center and Two University Hospital Project yang dikenal dengan Three in One Project, yaitu gabungan pembangunan RS Universitas Sebelas Maret, RS Universitas Andalas dan Universitas Indonesia melalui skim pinjaman dana luar negeri.

Setelah persetujuan proposal, loan agreement untuk pembangunan fisik rumah sakit dari Saudi Fund for Development (SFD) baru ditandatangangi pada tanggal 22 September 2010 dan loan aggerement untuk peralatan rumah sakit dari Islamic Development Bank (IDB) disetujui pada tanggal 8 Januari 2011. Total dana yang diperlukan untuk pembangunan fisik, peralatan dan pengembangan sumber daya manusia pada waktu itu diperkirakan mencapai Rp 450 miliar. 

Meskipun sudah disetujui pinjaman dana yang diperlukan, pembangunan fisik RS Unand belum dapat segera dimulai karena banyak persyaratan yang diminta SFD dan IDB, seperti land development dan akses masuk dari arah Kelurahan Limaumanis. Land development untuk pembangunan rumah sakit dilaksanakan pada tahun 2012 dan akses masuk kampus dari Kelurahan Limaumanis baru dapat diwujudkan setelah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat bersedia membangun jalan dan jembatan dengan  biaya sekitar Rp 14 miliar.

Penggunaan jembatan yang menghubungkan wilayah Limaumanis dengan Kampus Unand diresmikan oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno pada tanggal 12 Desember 2013. Setelah semua persyaratan yang diminta dan persyaratan amdal terpenuhi, barulah dilaksanakan pembangunan fisik rumah sakit yang ditandai dengan acara ground breaking pada tanggal 29 Maret 2014 oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Musliar Kasim MS. 

Pembangunan Rumah Sakit Unand dengan kapasitas 200 unit tempat tidur selain untuk untuk keperluan pendidikan, juga ingin membangun keunggulan penelitian dalam bidang pengobatan kanker dan gastroenterology dengan dukungan peralatan yang canggih. Ruang rawatan terdiri dari VIP, Kelas I  dan Kelas III, serta ICU, ICCU dan CVCU.

Selain itu, juga disediakan ruang diskusi yang mencukupi untuk mahasiswa yang sedang bertugas di rumah sakit. Sebagai rumah sakit universitas, kinerja rumah sakit tidak diukur dari profit, tetapi lebih menekan pada jumlah penelitian dan publikasi yang dihasilkan. Ciri-ciri inilah yang membedakan RS Unand dengan rumah sakit lainnya.

Dengan proses pembangunan yang demikian panjang, menghabiskan energi dan fasilitas peralatan kedokteran canggih yang dimiliki, tentu banyak harapan yang digantungkan dari berdirinya RS Unand baik oleh dunia kedokteran maupun masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang prima. Tentu semua kita sangat berharap pengelolaan dan pelayanan RS Unand jangan sampai tidak lebih baik dari rumah sakit lain, jika ingin mewujudkan keunggulan dan mutu pendidikan kedokteran yang dapat meningkatkan reputasi Unand di level nasional dan internasional. Jika semua harapan yang digantungkan ini dapat dibuktikan, maka RS Unand tidak diragukan lagi kontribusinya untuk kejayaan bangsa. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

QS. Yaasiin: 59

Novel Baswedan Sebut Ganjar Tahu Bagi-Bagi Uang Proyek e-KTP