Jakarta (Antarasumsel.com) – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, bergerak menguat sebesar 22 poin menjadi Rp13.342 dibandingkan hari sebelumnya Rp13.364 per dolar Amerika Serikat.
“Pagi ini, sebagian besar mata uang di kawasan Asia bergerak menguat terhadap dolar AS, situasi itu menjadi salah satu sentimen positif terhadap rupiah untuk menguat,” kata ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, harga minyak mentah dunia yang cenderung mulai pulih menjadi salah satu faktor penopang penguatan mata uang itu. Jenis WTI relatif bertahan pada level 47,07 dolar AS per barel dan harga Brent berada di level 49,61 dolar AS per barel.
Ia mengemukakan bahwa dalam sepekan terakhir harga minyak mentah mencatatkan kenaikan dari posisi terendahnya untuk jenis WTI sebesar 44 dolar AS per barel karena faktor musiman liburan musim panas.
Di sisi lain, kata dia, meningkatnya kepemilikan investor asing di aset berdenominasi rupiah juga turut menjadi penopang bagi mata uang rupiah.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementrian Keuangan per 3 Juli 2017 mencatat posisi kepemilikan asing sebesar Rp770,15 triliun, naik dari posisi pada akhir Desember 2016 sebesar Rp.665,81 triliun.
“Asing mempertimbangkan beberapa faktor, di antaranya inflasi yang relatif stabil di kisaran 3,5 persen hingga 4,5 persen, nilai tukar rupiah yang cenderung stabil, risiko politik yang relatif minim, dan peringkat utang Indonesia di level layak investasi,” katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa seiring dengan pergerakan harga minyak mentah dunia yang relatif stabil membuat mata uang berbasis komoditas seperti rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS.
Ia memproyeksikan bahwa kurs rupiah akan bergerak di kisaran Rp13.420-Rp13.369 per dolar AS dengan potensi menguat. Pelaku pasar diharapkan tetap mencermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat membuat arah rupiah menjadi berbalik arah.
Editor: Ujang
COPYRIGHT © ANTARA 2017