Buluh Kasok merupakan salah satu jorong yang terletak di Kenagarian Sarilamak Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh Kota. Walaupun terletak di daerah Ibukota Kabupaten, tetapi daerah ini merupakan daerah yang lumayan jauh dari pusat Ibukota itu sendiri.
Di daerah ini terdapat tiga lembaga pendidikan yaitu, TK Suci Hati, UPTD SDN 08 Sarilamak dan SMPN 4 Kecamatan Harau. Saya sendiri merupakan salah seorang guru di UPTD SDN 08 Sarilamak tersebut.
UPTD SDN 08 Sarilamak adalah salah satu tempat menuntut ilmu bagi anak–anak yang tinggal di Jorong Buluh Kasok, Kenagarian Sarilamak, Kecamatan Harau Kabupaten Limapuluh Kota. Untuk tahun ini jumlah siswanya berjumlah 123 orang.
UPTD SDN 08 Sarilamak terletak di antara perbukitan dan sungai. Penduduknya kebanyakan mencari kehidupan dengan cara berkebun, mencari kayu dan buruh tani. Akan tetapi tidak menyurutkan semangat untuk menuntut ilmu .
Dari 123 orang siswa UPTD SDN 08 Sarilamak tersebut, ada sekitar 15 orang yang tinggal di daerah Pantian Rajo. Daerah ini berjarak lebih kurang 6 km dari pusat SD. Dengan penuh semangat bersama teman–teman lainnya, mereka berjalan bersama.
Langkah demi langkah mereka menuju sekolah, dengan harapan ada ilmu yang baru yang akan mereka dapatkan untuk hari itu. Canda dan tawa menyertai setiap langkah mereka. Bahkan dari mereka, ada juga yang membawa nasi sebagai bekal.
Ini tentunya untuk mengisi perut menghindari penyakit nantinya. Jalan bertanah merah mereka lalui. Terkadang ketika musim hujan tiba, tak sedikit jalan yang becek dan berlumpur, dibandingkan dengan jalan yang baik.
Sepatu yang baru saja mereka cuci, berubah warna seketika menjadi berlumpur dan bertanah. Baju merah putih yang rapi dan bersih, menjadi bertanah dan penuh kotor. Tetapi tak ada terpancar di wajah mereka rasa malu dan iba, demi mendapatkan ilmu dan pengajaran dari para pendidik.
Sejauh-jauh mata memandang, hutan belabtara menghadang di kanan dan kiri mereka. Terkadang ada juga binatang buas yang numpang lewat di jalan yang dilalui. Ini mungkin sudah menjadi pemandangan yang biasa bagi mereka, karena itu, kondisi tersebut tak menyurutkan niat baik mereka untuk dapat menuntut ilmu pengetahuan.
Sesampai di sekolah, mereka bermain bersama teman–teman sambil menunggu bel masuk berbunyi. Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Bel sekolah yang dinanti pun berbunyi. Para siswa berbaris untuk mempersiapkan proses pembelajaran di dalam kelas masing–masing.
Waktu terus berjalan, tanpa mau menanti. Bahkan selang beberapa jam, waktu belajar pun usai tepat pada siang hari, setelah mereka melewati proses pembelajaran dari awal hingga akhir. Semua proses pembelajaran telah berakhir yang ditandai dengan bel pulang telah berbunyi.
Seluruh siswa kembali ke rumah masing–masing tanpa terkecuali. Begitu juga dengan mereka yang tinggal di ujung sana. Sambil berkelakar bersama teman-temannya, tas disandang ke belakang seraya bercerita dengan teman-teman seperjuangan.
Mereka yang rumahnya dekat dari sekolah, tentunya akan sampai dalam waktu hitungan menit. Berbeda dengan mereka yang tinggal di daerah ujung Buluh Kasok, yang berbatasan langsung dengan daerah Riau (Pangkalan Kapas).
Kembali menapaki jalan yang belum diaspal bersama–sama. Sesekali ada mobil yang lewat, segera mereka meminta tumpangan dan naik ke atasnya. Akan tetapi, ketika tidak ada tumpangan lewat, mereka hanya berjalan dengan tertatih tatih dan lemas karena sudah seharian belajar di sekolah.
Dan jalan sepanjang 6 km yang mereka lalui tentunya tidak pendek, apalagi harus ditempuh dengan jalan kaki. Tentunya bukan perkara yang mudah bagi para murid tersebut untuk menjalani aktifitas tersebut setiap harinya. Betapa tidak, setidaknya sehari mereka menempuh perjalanan sepanjang 12 km untuk pulang pergi.
Ini tentunya demi satu tekad, yakni menuntut ilmu dan proses pembelajaran. Mereka berharap semoga di kemudian hari, apa yang telah mereka cita–citakan akan tercapai. Sehingga bisa merubah kehidupan mereka menjadi lebih baik lagi.
Sepenggal kisah yang dijalani anak-anak tangguh ini, setidaknya bisa menjadi pelajaran bagi kita, terutama yang tinggal di kota-kota besar, atau rumah mereka yang dekat dengan sekolah. Betapa tidak, mereka yang tinggal jauh dari sekolah saja, masih tetap bersemangat untuk menuntut ilmu walau harus rela menempuh 12 km sehari. Bagaimana kita?(kiriman Guru di UPTD SDN 08 Sarilamak)