in

Sanny Ardhy Kaji Pelapisan Material Implan dalam Tubuh, Sandang Gelar Doktor

Sanny Ardhy (tiga kiri) bersama dosen pembimbing dan penguji usai ujian promosi doktor di Ruang Sidang Departemen Teknik Mesin, Unand.

Inilah perjalanan seseorang yang dikenal gigih dan tiada pernah berhenti belajar. Sekalipun sudah memasuki dunia kerja, dia tetap belajar dan belajar: membaca dan membaca, menulis dan menulis. Dua hal yang selalu ia tekuni sepanjang hidupnya.
Selamat kepada Dr Sanny Ardhy, ST, MT yang sudah menjalani ujian promosi doktor dengan khidmat di Ruang Sidang Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Unand Padang, Rabu (26/10) lalu. Sebuah capaian hebat oleh seorang mantan reporter, begitu saya pertama mengenalnya.

Laporan: Wiztian Yoetri, Wartawan Senior

Sanny—demikian kami menyapanya dengan akrab di ruang redaksi Padang Ekspres ketika itu—berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Pengaruh Penambahan Zirconium Oxide terhadap Ketahanan Retak Lapisan Hidroksiapatit pada Ti-6Al-4V ELI melalui Metode Dip Coating” di hadapan para profesor penguji.

Ada sembilan orang penguji yang mengantarkan mantan reporter ini menjadi doktor. Yaitu Prof Ikhwana Elfitri, Ph.D (Dekan FT Unand), Prof. Dr. Eng. Gunawarman (Promotor), Prof. Dr. Yuli Yetri, M.Si (Co Promotor), Prof. Dr. Novesar Jamarun, MS, Prof. Dr. Ir. M Yahya, M.Sc, Devi Chandra, Ph.D (Ketua Departemen Teknik Mesin Unand), Dr. Eng. Jon Affi (Co Promotor), Dr. Oknovia Susanti, ST, M.Eng dan Zulkifli Amin, MSc, Ph.D.

Dalam karirnya sebagai jurnalis selama 8 tahun (2005-2013), Sanny pernah menduduki posisi strategis di Padang Ekspres, yakni menjadi Redaktur Pelaksana Harian dan Edisi Minggu. Peraih Juara 1 Rida Award 2012 ini begitu lancar menjawab setiap pertanyaan yang diajukan para profesor penguji dalam sidang ujian Promosi Doktor itu.

Sanny pun tak kuasa menahan haru ketika dinyatakan lulus dengan pujian (Cum Laude) dengan menyandang Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,98 dengan masa studi 3 tahun 2 bulan. Sanny pun ditasbihkan sebagai doktor ke-3 di Fakultas Teknik Unand.

Mengikuti ujian promosi doktor kali ini, amat berbeda terasa dengan sejumlah pengalaman liputan jurnalistik yang pernah dijalani pemegang sertifikasi kompetensi wartawan utama ini. Beliau yang kini menjabat Sekretaris Prodi Teknik Mesin Universitas Dharma Andalas (Unidha) ini, awalnya bekerja sebagai wartawan Padang Ekspres pada 2005. Waktu itu, ia seorang pemuda yang baru tamat kuliah satu tahun, lalu melamar ke Harian Pagi Padang Ekspres.

Ia langsung menjadi tim kerja saya yang andal bersama yang lain. Sebagai redaktur pada masa itu, saya menjadi atasannya, yang terlibat langsung dalam kerja jurnalistik sehari-hari. Ia cakap di dunia jurnalistik, baik secara teoritis maupun secara praktis. Sudah banyak posko yang dia lewati; mulai dari instansi pemerintahan, perbankan, olahraga, selebritis, hingga instansi hukum.

Secara teoritis, dia banyak diasuh oleh senior di ruang redaksi —khususnya Abdullah Khusairi dan Montosori yang ketika itu silih berganti menjadi Koordinator Liputan. Di situlah, tahun-tahun pertama sang doktor kita ini belajar jurnalistik. Meski Sanny tamatan Sarjana Teknik Mesin, namun beliau mau belajar dan mampu cepat beradaptasi di dunia jurnalistik.

Melihat potensi beliau, baru empat bulan bekerja, saya mempercayai beliau untuk mengisi pos wartawan daerah (koresponden) di Kota Pariaman dan Padangpariaman. Merasa cakap di sana selama delapan bulan, saya kembali menarik beliau ke Padang dan mempromosikan beliau menjadi Asisten Redaktur.

Tak sampai tiga bulan, saya menyekolahkan beliau ke Riau Pos (Grup Padang Ekspres), Mei 2006. Luar biasa, beliau menjawab tantangan itu, dengan menghadirkan dua berita headline di halaman 1 Riau Pos; liputan investigasi pembakaran hutan dengan menaiki pesawat Hercules bersama TNI, serta liputan investigasi prostitusi dan bisnis narkoba di Jembatan Siak 1 dan Club MP Pekanbaru.

Tak ayal, Pemimpin Redaksi Riau Pos ketika itu, Kazzani KS memberi kepercayaan kepada beliau untuk mengisi jabatan Asisten Redaktur. Enam bulan magang di Riau Pos, saya pun kembali menarik beliau ke Padang, untuk dipromosikan menjadi Redaktur.

Perjalanan kerja di dunia jurnalistik bersama Sanny, menoreh begitu banyak perdebatan demi kualitas jurnalistik yang kami produksi dari ruang redaksi. Semua itu sudah menjadi kenangan yang indah, setelah kami sama-sama memilih jalan baru yang lebih menantang.

Episode di Harian Pagi Padang Ekspres, berakhir dengan beliau memilih kembali ke kampus. Jadi dosen, mengikuti jejak istrinya, dosen Ilmu Komunikasi Unand, Dr Elva Roaning Roem, M.Si yang dulunya juga mantan wartawan Riau TV (Grup Padang Ekspres).

Kemarin, mendengar kabar ia sudah lulus doktor, saya ikut bangga dengan capaiannya. Capaian yang sungguh indah bagi seorang yang selalu belajar dan rendah hati dalam bekerja. Catatan penting bagi para wartawan, pun bagi siapa saja; memang tak boleh berhenti belajar, baik secara formal maupun informal. Secara informal, hari-hari kita mesti disadari sebagai hari-hari yang penuh belajar.

Disertasi

Pada resume yang didapatkan para hadirin yang mengikuti ujian promosi, ayah tiga putri ini meneliti tentang metode pelapisan material implan dalam tubuh. Putra kelahiran Padang,16 Juni 1981 ini berhasil menemukan metode baru; penambahan senyawa Zirconium Oxide untuk mengurangi retak lapisan hidroksiapatit pada material implan titanium Ti-6Al-4V ELI dengan menggunakan metode pelapisan celup cepat (Dip Coating).

Hasil penelitian ini nantinya dapat diaplikasikan pada bidang biomaterial dan biomedis. Sampai saat ini, masalah utama dalam pelapisan hidroksipatit pada material implan, yakni lapisan masih mudah retak. Ini tidak baik untuk proses pertumbuhan tulang baru (osseointegrasi) pada pemasangan implan.

Menurut pengakuan Sanny, hampir 1,5 tahun ia fokus menulis naskah 150 halaman yang dia ketengahkan dalam ujian doktornya. Begitu banyak waktu yang menyita untuk penelitiannya ini, agar bisa lolos ujian demi ujian. Beliau bersama promotor dan co-promotor juga memenangkan dana hibah Penelitian Disertasi Doktor (PDD) Kemenristek-Dikti tahun 2020.

“Doktor ini adalah pencapaian tertinggi studi dalam dunia akademik perguruan tinggi. Memang saya menjalaninya, namun begitu banyak orang yang terlibat. Mendorong dan membantu, baik materil maupun imateril. Mulai dari promotor, co promotor, dosen penguji, keluarga, kolega, yang saya sudah menganggapnya guru, bapak, abang, adik, dan seterusnya. Termasuk juga kawah candradimuka saya, Padang Ekspres. Karena Padek lah, saya bisa menulis. Saya mengucapkan terima kasih yang banyak untuk semua itu. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan ini,” ujarnya penuh haru. (*)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Wamendag Temukan Harga Minyakita di Pasar Raya Padang Lebihi HET

Peradi Jawab Tanya Siswa Soal Hukumnya Membela Diri hingga Pembegal Meninggal