Untuk mencegah terjadinya gangguan saat pelaksanaan UTBK maka ke depan sarana ujian tulis ini perlu ditambah.
JAKARTA – Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) sebagai salah satu tahapan dalam Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) yang telah selesai diselenggarakan ini ke depan perlu ditingkatkan kualitasnya dengan menambah sarana yang dibutukan. UTBK baru diselenggarakan pertama kali setelah sebelumnya pelaksanaan tes dalam SBMPTN menggunakan kertas.
“Ini bagus cuma perlu upaya lebih besar. Karena tesnya itu kan setiap akhir pekan dan dilaksanakan beberapa minggu. Kalau dulu kan sehari. Tapi itu tidak perlu koreksi lagi. Jadi setelah selesai keluar nilai. Ke depan saran saya jumlah komputer harus ditambah,” kata Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria kepada Koran Jakarta, Kamis (6/6).
Arif mengapresiasi adanya UTBK untuk menyeleksi mahasiswa masuk perguruan tinggi. UTBK memberikan kemudahan, terutama dalam proses pengoreksian soal. Meski begitu, dia meminta adanya peningkatan jika UTBK ini akan dilaksanakan lagi tahun depan, terutama dari segi sarana.
Untuk UTBK dilaksanakan dua gelombang yang dimulai pada 13 April sampai 26 Mei. Peserta bisa mengikuti tes dua kali. Menurut laporan Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) sebanyak 1.295.604 peserta mengikuti tes di 73 perguruan tinggi negeri di Indonesia yang menjadi pusat UTBK.
Arif melanjutkan pentingnya penambahan komputer dalam pelaksanaan UTBK ini agar pelaksanaan tes bisa efektif. Namun, jika ini dilakukan, fasilitas lain yang sama pentingnya seperti listrik harus diperhatikan juga.
Jumlah komputer di universitas kan terbatas. Selain itu yang harus diperhatikan adalah masalah stabilitas listrik. Begitu listrik padam tes harus mulai dari awal lagi. Di IPB, alhamdulillah tidak terjadi, tapi di tempat lain ada. Itu kasihan siswanya apalagi kalau lebih dari 30 menit lebih ngeri lagi,” ujarnya.
Berjalan Lancar
Sementara itu, Ketua LTMPT, Ravik Karsidi menjelaskan pelaksanaan UTBK relatif berjalan lancar. Kendala yang terjadi selama pelaksanaan lebih banyak pada kelalaian peserta dalam mempersiapkan persyaratan ketika mengikuti tes sehingga berakibat nilai tidak bisa keluar.
Sejauh ini, lanjut Ravik, LTMPT sudah melakukan proses rekapitulasi nilai seluruh peserta dari sesi pertama sampai sesi terakhir UTBK. “Setiap peserta yang telah mengikuti UTBK 2019 dapat melihat hasil UTBK secara individu pada laman www.pengumuman-utbk.ltmpt.ac.id dengan menggunakan user name dan password yang digunakan saat pendaftaran UTBK,” jelasnya.
Selanjutnya, nilai yang telah didapat oleh para peserta bisa digunakan untuk mendaftar SBMPTN. Proses pendaftaran SBMPTN bisa dilakukan pada 10-24 Juni 2019 melalui laman pendaftaran.sbmptn.ac.id.
“Diingatkan kepada para peserta UTBK 2019 yang akan mendaftar SBMPTN 2019 diharapkan memperhatikan persyaratan dan tahapan pendaftaran yang dapat dilihat di laman sbmptn.ltmpt.ac.id,” kata Ravik.
Sebelumnya, Ravik mengatakan LTMPT merupakan lembaga permanen yang mengurusi tes masuk PTN. “Saya diminta oleh para rektor dan Menteri untuk mengelola lembaga ini. Jadi posisi saya ya sebagai perintis. Kenapa dipilih tentu terkait dengan keterlibatan saya di SNMPTN yang lalu. Pernah menjadi bendahara dua tahun, jadi ketua juga dua tahun. Jadi ya mudah-mudahan lancar,” katanya.
Menurut Ravik, kegiatan LTMPT ada dua. Pertama, menyeleksi melalui jalur yang dulu dikenal sebagai jalur raport atau undangan. Tapi yang membedakan dengan tahun lalu, saat ini kuotanya sedikit diturunkan. 50 persen untuk yang terakreditasi A, 30 persen untuk B, C, dan yang tak terakreditasi hanya dapat jatah lima persen. Kuotanya juga diturunkan, dulu minimum 30 persen, sekarang maksimum hanya 20 persen dari seluruh kuota.
Sisanya dialihkan menjadi SBMPTN semua. Nah, yang kedua adalah seleksi SBMPTN. Di mana ada perubahan cukup drastis dibanding dengan ujian sebelumnya. ruf/YK/N-3