in

SD Negeri 01 Situjuah Gadang: Alhamdulillah, Rani Akhirnya Kembali Tersenyum

LEGA: Rani bersama dr. Roni Sahputra usai menjalani operasi scoliosis di RSUP M Djamil, Padang.(TIM LAMAN GURU)

Rani tetap saja merasa sepi. Meski berada di tengah keramaian dan hiruk pikuk teman-temannya yang sedang asyik bermain di hadapannya. Hatinya begitu gundah dan mengasingkan diri di sudut teras dekat kantor kepala sekolah. Pandangannya kosong sembari dihiasi air mata yang berlinang. Dia tidak bisa menyembunyikan wajah sedihnya.

Ini karena, sudah dua tahun wanita bernama lengkap Ilma Kharani tersebut mengidap penyakit scoliosis berat. Itu terlihat dengan pembengkakan di punggungnya. Begitu juga pinggangnya yang meliuk ke kanan, dan kepalanya tertekuk ke bawah. Sehingga anak dari pasangan Mesi dan Santia Dewi itu, tidak seperti remaja normal.

Di usianya yang sudah beranjak remaja, Rani merasa minder dan membuatnya selalu menyendiri. Terkadang dia menangis mengadukan nasibnya pada ayah bundanya.Tapi apalah daya, kedua orang tuanya tidak mampu berbuat banyak untuk kesembuhan penyakit Rani yang sudah parah.

Hari itu, boleh dikatakan adalah hari bahagia bagi SDN 01 Situjuah Gadang. Ini karena Sekolah Dasar Negeri 01 Situjuah Gadang dikunjungi anggota DPR RI. Segala bentuk atraksi dan kreasi seni siswa ditampilkan.

Semua siswa bergembira, foto bareng dengan sang anggota dewan RI, dan tak lupa pula wakil rakyat memberikan sedikit hadiah atau uang saku pada setiap siswa yang menampilkan bakatnya masing-masing.

Lain halnya dengan Rani, siswa kelas VI tersebut duduk menyendiri dengan pandangan kosong. Raut wajahnya diliputi kesedihan yang mendalam. Sebagai kepala sekolah merangkap sebagai guru, naluri keibuanku tersentuh.

Ku hampiri wanita kelahiran Situjuah Gadang, 26 November 2009 itu. Tak peduli bagiku, sepenting apapun acara itu. Aku bertanya ke Rani, kenapa masih belum dioperasi. Namun sulung dari empat bersaudara itu menjawab kalau dia sudah capek untuk pulang pergi ke rumah sakit, sementara masih menunggu giliran operasi.

Hatiku terenyuh mendengar jawaban Rani. Dalam hati kecilku, aku berjanji untuk ikut menyelamatkan Rani. Ya, menyelamatkan masa depannya yang masih panjang dan berliku. Ku temui ayah Rani, Mesi di kediamannya di Jorong Situjuah Gadang, Nagari Situjuah Gadang, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Limapuluh Kota.

Aku bertanya pada ayah Rani, kenapa penyakit Rani masih belum diobati. Sementara Rani sudah selalu minta izin berobat entah beberapa kali izin. Waktu itu ayah Rani seakan putus asa. Dengan berlinang air mata ayah Rani bilang, “Bantulah Rani buk. Karena Rani selalu menangis, dia ingin sembuh”.

Sebagai seorang kepala keluarga, Mesi mengaku tidak memiliki biaya yang cukup untuk mengobati Rani. Karena dia hanyalah seorang petani yang menerima upah di kebun orang. Dan istrinya, Santia Dewi cuma ibu rumah tangga. Tak terasa, air mata ku ikut berlinang mendengar perkataan Mesi, dan ini makin membakar semangat ku untuk bisa ikut membantu pengobatan Rani.

Beberapa hari telah berlalu. Tapi aku yang pernah berjanji ke Rani siswaku, belum bisa berbuat apa-apa. Setiap aku memandang Rani ketika bersalaman setiap pagi, aku semakin merasa berhutang padanya. Ingin segera menghapus kesedihan di wajahnya yang ayu dan manis.

Pada Jumat, dan aku lupa tanggalnya, aku memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Karena dalam keadaan sakit. Aku ingat Rani lagi, ku ampil HP lalu kutulis beberapa kalimat dan untaian kata yang mengungkapkan sesuatu kesedihan dan harapanku untuk Rani.

Dalam tulisan ku sertakan 4 buah foto Rani yang memperlihatkan penyakit yang di derita Rani. Foto-foto itu sengaja ku minta pada wali kelas Rani. Goresan kesedihan dan harapan ku kirim ke salah seorang dokter berpangkat Jendral.

Dialah Kol (Purn) dr. Faahan Abd Sp THT-BKL. Aku sangat beruntung berada dalam satu grup dengan beliau yaitu Grup Story Sastra. Keberadaanku dalam grup tersebut berkat kebaikan bang Pinto Janir yang tak asing lagi bagi kalangan sastrawan Sumbar ini.

Takdir telah mengenalkan aku pada seorang dokter berhati malaikat tersebut. Keluh kesahku beliau tanggapi dengan sangat luar biasa. Dua hari penuh, tak putus-putus beliau selalu memerintahkan aku untuk segera mengurus kelengkapan surat–surat Rani. Agar segera di bawa ke rumah sakit.

Dr. Farhaan adalah seorang dokter ternama yang selalu berjuang untuk kaum duafa. Dari hari Jumat itu, dr. Faarhan menghimpun segala dukungan moril dan dana dengan teman-teman hebatnya.

Mulai dari kalangan politisi nagari, wartawan sampai kepada komisaris dompet duafa yaitu Khairul Jasmi, serta Fauzi Yandri teman beliau dari dompet duafa juga dengan rela mengurus keperluan dan kepentingan Rani.

Jumat aku berkeluh kesah, Sabtu pagi dr. Faarhan bersama teman-temannya telah berhasil mengumpulkan dana sebanyak belasan juta. Dana itu diperuntukkan biaya perjalanan dan biaya orangtua Rani dalam kepengurusan Rani.

Hari Minggu, Rani langsung dibawa ke rumah sakit. Dan masuk ruangan inap. Sebelum pertengahan Agustus 2023, aku dengan guru-guru Rani dipanggil pihak rumah sakit. Saat di telepon aku bilang, kenapa harus aku, kan ada orang tua si Rani.

Tapi Dokter yang menangani Rani ingin bertemu dengan aku sebagai kepala sekolah Rani. Barang kali ingin membahas tentang rencana operasi Rani. Dialah dr. Roni Sahputra, seorang dokter yang ramah, baik hati dan hebat tentunya.

Kami datang ke Padang memenuhi undangan dr. Roni, yang merupakan satu-satunya dokter ahli tulang punggung di Sumbar. Itulah yang aku dengar dari pihak puskesmas nagariku. Ketika kami dipanggil ke ruangannya, dr. Roni bilang kalau penyakit Rani adalah penyakit yang sudah ada gejalanya semenjak lama.

Namun seiring bertambah umurnya penyakit juga tumbuh sampai pertumbuhan Rani remaja. Walau penyakit scoliosis tidak membunuh, tapi akan membuat pasien cacat. Begitulah penjelasan dr. Roni waktu itu.

Setelah selesai, dr. Roni memberi penjelasan. Aku minta maaf, karena telah membuat dr. Roni sibuk. Aku bilang bukan ada maksud sedikitpun membuat viral tentang penyakit Rani. Melainkan hanya naluri kasih seorang ibu atas penderitaan anaknya.

Dr. Roni bilang tidak ada yang salah, justru dengan viralnya penyakit Rani, pihak rumah sakit diuntungkan, dan dapat bantuan alat untuk operasi penyakit seperti penyakit ini. Dr. Roni juga memberi saran agar Rani di operasi di di Padang saja.

Karena awalnya dr. Faarhan menginginkan Rani di operasi di rumah sakit Jakarta. Dan hari itu juga, Rani di antar pulang dulu. Sementara menunggu alat datang dari Kementerian Kesehatan Jakarta.

Hari yang ditentukan pun tiba. Rani dikirim ke Padang dengan biaya, transportasi, dan biaya orang tua Rani dengan uang dari dompet duafa. Adalah Fauzi Yandri sebagai penanggung jawab dananya. Sementara biaya operasi Rani yang konon mencapai dua ratus juta lebih sudah di tanggung BPJS.

Pada tanggal 20 Agustus, keinginan Rani untuk berbaring di ruang operasi terkabul sudah. Mendengar kabar itu, kegembiraan menghiasi wajahnya. Lalu Rani didorong ke ruang operasi. Aku sangat haru ketika Dokter Faarhan memintaku untuk memvideokan Rani saat di dorong ke ruang operasi.

Aku menangis memang ada di dunia nyata ini orang hebat sehebat dr. Faarhan berhati sangat mulia. Sampai saat itu beliau ingin memastikan kalau Rani memang akan di operasi dan dalam keadaan baik-baik saja.

Pada Senin, 21 Agustus, kami dan rombongan kepala sekolah SD se-kecamatan yang berjumlah 23 orang menuju rumah sakit untuk membesuk Rani. Namun sampai hari kedua Rani selesai operasi, Rani masih belum sadar. Perasaan khawatir ku muncul. Aku takut Rani tidak mampu melewati masa kritisnya.

Dengan perasaan tidak menentu aku pulang dari rumah sakit Padang. Dan selalu berdoa semoga Rani segera sadar dari kritisnya. Keesokan paginya, ayah Rani mengabarkan kalau Rani sudah sadar. Dan ayah Rani bilang orang pertama yang Rani tanyakan adalah buk Nurma, yaitu diriku yang selalu mengkhawatirkan keselamatannya.

Walau aku bukan orang tua yang melahirkannya, namun aku adalah guru yang selalu berdoa dan berjuang untuk keselamatan dan kebahagian Rani. Walau aku hanya guru biasa yang ekonominya juga pas-pasan. Dan hanya dengan cara inilah aku bisa membantu rani.

Perjuangan dr. Faarhan dan teman-temannya yang mampu menggalang dana belasan juta dalam waktu satu malam sungguh luar biasa. Paling tidaknya kami sebagai guru Rani punya kasih dan sayang yang tulus. Tidak akan segan memohon bantuan dari orang-orang yang dermawan yang tergabung dalam dompet duafa.

Lebih kurang 3 bulan berlalu, impian Rani ingin sembuh layaknya seperti gadis normal telah terwujud. Bahkan setelah operasi tersebut, tinggi Rani bertambah 12 centimeter. Sekarang Rani telah masuk lagi sekolah dan bergabung dengan teman-temannya. Saat ini Rani menjadi gadis remaja yang sangat cantik, tinggi semampai, kulit putih bersih, ayu dan senyumnya menawan.

Terima kasih dr. Faarhan, pengurus rumah singgah dompet duafa. Dan juga terima kasih kepada dr. Roni Sahputra yang hebat. Berkat sentuhan tangan dan ilmumu, Rani sekarang telah menjelma menjadi gadis yang cantik dan manis. (Nurma, S.Pd, M.Pd, KEPALA SDN 01 SITUJUAH GADANG)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Andre Rosiade Keliling Tanahdatar Serap Aspirasi Masyarakat

Bikin Bangga, Pessel Berhasil Raih Penghargaan Tertinggi Swasti Saba Kategori Wistara