Pernahkah Anda mengenal Tony Hawk? Bagi penggemar video game, nama ini sudah tidak asing lagi. Sosok ini adalah seorang skateboarder legendaris yang pernah mensponsori salah satu perusahaan sepatu asal negaranya, Airwalk.
Permulaan dan Masa Kejayaan
Airwalk adalah perusahaan sepatu asal California, Amerika Serikat yang didirikan oleh George Yohn dan Bill Mann pada tahun 1986. Mann memperoleh ide untuk membangun perusahaan sepatu setelah mendengar komplain dari anaknya, yang mengatakan bagaimana membosankannya koleksi sepatu skateboarding anaknya.
Setelah mengamati anaknya serta teman-temannya bermain skateboard, Mann mendapati bahwa sepatu yang mereka gunakan banyak yang rusak yang bisa jadi penyebabnya adalah sepatu tersebut tidak cocok untuk skateboarding.
Oleh karena itu, Mann mulai merintis perusahaannya untuk menjawab masalah-masalah yang para skateboarder alami. Seiring dengan popularitas olahraga skateboarding, perusahaan tersebut semakin berkembang.
Kesuksesan perusahaan kemudian semakin besar ketika Tony Hawk mulai meng-endorse produknya. Atas kesuksesan ini, perusahaan milik Mann in mulai menjadi perusahaan yang terkenal akan produk sepatu skateboard-nya, yang juga menjadi identitasnya pada saat itu.
Stigma Negatif Skateboarding
Namun, tentu saja menjadi perusahaan sepatu skateboard memiliki kelemahan yang cukup fatal, yaitu kesuksesannya yang bergantung pada popularitas skateboarding di negaranya. Ketika skateboarding tidak lagi terkenal, daya beli masyarakat akan sepatu skateboard tentu akan berkurang.
Untuk memperparah kondisi, beriringan dengan membesarnya budaya skateboarding di Amerika Serikat di tahun 90-an, sentimen buruk masyarakat tentang skateboarding juga meningkat. Tidak sedikit orang yang menganggap taman skating sebagai sarang dari kriminalitas, termasuk para orang tua.
Kondisi ini memberikan pukulan yang sangat telak bagi perusahaan. Stigma negatif tentang budaya skateboarding yang berkembang di negaranya membuat para orang tua enggan membelikan anaknya hal-hal yang berkaitan dengan skateboarding, termasuk sepatu skateboard.
Akibatnya, perusahaan harus melakukan sesuatu agar bisnisnya dapat bertahan. Pada akhirnya, mau tidak mau mereka harus mulai menggerakkan bisnis ke industri yang lebih umum, yaitu produksi sepatu secara umum, tidak melulu sepatu skateboard.
Alhasil, karena perusahaan mulai secara perlahan memproduksi sepatu umum tanpa harus menghentikan produksi sepatu skateboard-nya, profesionalismenya semakin luntur. Para skateboarder yang serius akhirnya mulai meninggalkan franchise tersebut.
Walaupun demikian, baru-baru ini perusahaan sudah mulai mencoba untuk kembali ke masa kejayaannya, dengan jargonnya “Reinventing the Classics”.
Penutup
Dari sejarah panjang Airwalk, kita bisa memetik pelajaran. Dunia yang dinamis menuntut kita agar berubah bersama zaman. Berkembangnya stigma masyarakat akan skateboarding mungkin bukan salah perusahaan, namun perusahaan tetap harus mengambil keputusan bijak untuk menghadapi kondisi tersebut.