Jakarta (ANTARA News) – Yayasan Sekar Kawung pamerkan kain tenun dari kelompok seni tenun ikat Paluanda Lama Hamu dari Sumba Timur, NTT, pada 1-8 Oktober, di Museum Mandiri, Jakarta.
Ketua Yayasan Sekar Kawung, Chandra Kirana, mengatakan, pameran itu untuk memberikan pemahaman kepada khalayak luas bahwa orang-orang yang terlibat dalam pembuatan kain tenun bukan pengrajin melainkan seniman.
“Membuat kain tenun itu para seniman akan menginterpretasikan dan menuangkan pengalamannya ke dalam kain dan ada 42 langkah dalam membuat kain tenun itu,” kata Kirana, di Jakarta, Selasa.
Selain itu melalui pameran tersebut Yayasan Sekar Kawung berupaya mengubah konsep diri para seniman kain tenun tersebut agar memiliki rasa bangga sebagai orang yang memiliki proses kreatif dan mandiri.
“Ketika mereka memiliki kebanggaan maka mereka dapat membawa diri ke masyarakat luas, maka karyanya juga akan beda dan lebih beharga. Ini salah satu cara untuk mengangkat nilai seni itu,” kata dia.
Ada 55 lembar kain dari tujuh desainer Paluanda Lama Hamu yang ditunjukkan dalam pameran itu, serta ada sekitar 300-an kain tenun Sumba Timur yang dijual di bazar.
Dia mengatakan para desainer tenun memilih sendiri kain yang akan dipamerkan, kemudian Sekar Kawung mempelajari makna-makna yang ada di kain tersebut.
“Kami mempelajari makna setiap simbol, ketika memahami makna simbol maka kami dapat memahami pesan yang ada di dalam kain tersebut,” kata dia.
Kelompok seni Paluanda Lama Hamu yang berjumlah 32 orang ini, memang konsisten menggunakan pewarna alami dalam pembuatan kain tenun.
Saat ini kelompok itu juga bekerja sama dengan orang di luar kelompok mereka, setiap orang yang ingin menjadi anggota mereka harus menggunakan pewarna alam.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2017