Oleh: Dahlan Iskan
AWALNYA berita kecil: Bupati Kediri ngamuk-ngamuk. Bulan lalu. Yakni saat meninjau proyek pasar di sana. Anggaran proyek itu dari kementerian perdagangan.
Sang Bupati, Hanindhito Himawan Pramana, mendadak ke proyek pasar itu. Ia sepak bahan untuk plafon pasar.
Berantakan.
Ia pun marah-marah. Salah satu kalimatnya menyebut Semen Padang. Ia katakan itu semen dengan kualitas terendah. Tidak kuat.
Belakangan Mas Dhito, panggilan akrabnya, minta maaf kepada Semen Padang. Ia tidak punya maksud merendahkan Semen Padang. Selesai. Semen Padang juga memaafkan anak Pramono Anung itu.
“Semen Padang itu sudah dipakai di Surabaya sejak tahun 1914,” ujar Khairul Jasmi, komisaris perusahaan itu kepada saya.
Tentu Mas Dhito tidak tahu.
Ia belum lahir saat itu. Saya juga baru tahu begitu panjang sejarah Semen Padang di Surabaya.