Gemas dengan perilaku anggota DPR dan sejumlah pihak yang terus berupaya melemahkan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), seniman asal Bandung, Tisna Sanjaya, melakukan aksi teatrikal “Seni untuk KPK, Save KPK”. Aksi seniman yang dikenal dengan karya-karya uniknya itu berlangsung di Jalan Sukarno, tidak jauh dari Gedung Merdeka Kota Bandung, Jumat (21/7). Aksi yang dilakukan sore hari itu tentunya mengundang masyarakat yang kebetulan sedang berjalan-jalan di sekitar Jalan Asia Afrika dan Alun-alun Bandung.
Ada tiga kanvas yang dijadikan media Tisna untuk melukis. Dua kanvas ukuran besar sekitar dua kali dua meter persegi dan satu kanvas ukuran sekitar 50 cm kali 80 cm. Kanvas ukuran besar memiliki warna dasar hitam dan putih yang akan digunakan untuk melukis dengan menggunakan badannya.
Sementara di kanvas kecil, ia menuliskan sejumlah pernyataan dukungan terhadap KPK. “Seni pertunjukan ini sebagai keberpihakan dukungan dan suport saya/ kita sebagai warga kepada KPK. Lindungi KPK dari gangguan institusi DPR yang mengatasnamakan wakil rakyat,” demikian salah satu baris kata yang ia tuliskan.
Setelah selesai menuliskan “repertoar” kecil, ia kemudian bersiap untuk memulai melukis. Di Kanvas hitam, ia menggambar dengan kapur warna putih, menuliskan SAVE KPK. Demikian pula di kanvas putih yang dijajarkan di sebelahnya. Bedanya di kanvas putih, ia menuliskan dengan cara terbalik KPK EVAS.
Ia lalu meraup lem kayu fox dengan kedua tanganya pada baki yang sudah disiapkan. Lalu melumuri pada tulisan yang ia buat. Ia lakukan terus hingga seluruh kanvas berubah menjadi putih karena tertutup lem. Di kanvas lainnya juga dia melakukan hal serupa, hingga seluruh permukaan tertutupi lem. Sesaat kemudian, kanvas yang berdiri tegak itu dibaringkan.
Aksi unik berikutnya, ia berjalan di atas kanvas. Sambil berjalan, ia menaburi kakinya dengan arang yang didapat dari sisa-sisa peristiwa kebakaran di Jalan Tamansari beberapa waktu lalu itu. Langkahnya berirama, berjalan beraturan sehingga terciptalah jejak kaki. Jika dikanvas yang sebelumnya berwarna putih, ia menaburkan arang, di kanvas hitam ia menaburkan tepung tapioka.
Di kanvas lainnya, dia melakukan hal yang sama. Bedanya posisi tubuhnya tertidur tengkurap dan ditaburi dengan tepung tapioka. Seorang turis dari Tiongkok yang kebetulan ikut melihat aksinya, ikut pula menaburkan tepung tapioka ke tubuh Tisna. Proses menggambar tubuh di kanvas dengan cara ditaburi arang dan tepung pun selesai.
Dua kanvas ukuran dua kali dua meter itu pun kembali dipajang berdiri. Hitam putih keduanya memberikan warna yang sangat kontras. Tisna menyatakan aksi melukis dengan tubuh di atas kanvas di luar ruang dengan disaksikan oleh orang banyak sebagai bentuk perhatian seniman atas upaya pelemahan KPK, terutama oleh institusi DPR.
Dalam aksinya yang menggunakan banyak warna hitam dan putih, menurutnya, itu adalah simbol bahwa apa yang terjadi di Indonesia, khususnya tentang pelemahan KPK harus dilihat dengan jelas hitam dan putihnya. “Hitam dan putih ini sebagai simbol bahwa ada orang baik dan orang jahat. Ini warna alamiah,” ujarnya seusai beraksi.
Harus Didukung Ia menegaskan sikapnya untuk terus mendukung KPK bersama para seniman di Bandung karena melihat KPK memang harus didukung dari upaya pelemahan. Apa yang terjadi di parlemen sudah sepatutnya dilawan oleh masyarakat. “Hak angket adalah hak DPR, tetapi kami tidak terima jika KPK dilucuti. Kalau kita tidak menggalang solidaritas, KPK akan terus dilucuti. KPK harus diselamatkan karena sudah terbukti berhasil melakukan pemberantasan korupsi,” tegasnya.
Tisna memang sudah sering melakukan aksi teaterikal dan melukis untuk menyuarakan dukungan terhadap penindasan mereka yang menjadi penguasa. Kali ini ia melakukan aksi sebagai dukungan terhadap KPK. “DPR dengan angketnya sudah sepantasnya kita lawan. Sebab merupakan gangguan dari institusi yang mengatasnamakan wakil rakyat, tapi tidak mencerminkan kehendak rakyat.
Lindungi KPK dari segala godaan DPR yang super ribet,” tuturnya. Masyarakat yang ikut hadir dan menonton aksi Tisna menyatakan ikut menolak hak angket DPR. Yulis, warga yang tinggal di Jalan Jendral Sudirman, Kota Bandung, mengatakan jika KPK dilemahkan maka yang akan bertepuk tangan adalah para koruptor. “Aksi ini sangat menarik, saya mendukung seniman yang ikut membela KPK,” ujarnya. teguh raharjo/N-3