CEO Citilink Mengundurkan Diri
Bola panas akibat gaya mabuk Tekad Purna Agniamartanto semakin besar. Pilot 32 tahun itu dipecat. CEO Citilink Indonesia Albert Burhan pun mengundurkan diri. Selain itu, muncul desakan agar pihak-pihak terkait yang melakukan kelalaian juga disanksi. Sebab, berdasar informasi, Tekad sudah beberapa kali “oleng”.
Tekad melakukan banyak pelanggaran menjelang menerbangkan Airbus A320 dengan nomor penerbangan QG800, Rabu (28/12). Saat pemeriksaan oleh aviation security, dia sempoyongan.
Ketika memberikan pengumuman dari kokpit, omongannya ngelantur. Dia bisa masuk ke kokpit meski kondisinya sangat tidak layak karena tidak menjalani beberapa ketentuan yang harus dilalui.
“Tes kesehatan di Balai Kesehatan Penerbangan (Hatpen) dan Lembaga Kesehatan Penerbangan (Lakespra) sudah selesai. Namun, hasilnya baru keluar tahun depan. Tapi, kami tidak mau menunggu hasil itu dan langsung melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja, red) kepada yang bersangkutan,” jelas Albert dalam konferensi pers Citilink di Menara Citicon, Jakarta, kemarin (28/12).
Tekad dipecat dengan pertimbangan banyaknya prosedur yang dilanggar dan mencoreng nama baik perusahaan. Mulai terlambat dalam menjalankan tugas hingga melakukan announcement yang tidak sesuai dengan standar.
“Saya juga sedang mengajukan pengunduran diri,” kata Albert pada pengujung konferensi pers.
“Ini adalah bentuk tanggung jawab kami sebagai orang yang paling terkait dengan insiden ini. Saya sudah mengajukan secara informal ke pihak pemegang saham, yakni komisaris utama Garuda Indonesia (Jusman Syafii Djamal),” lanjutnya.
VP corporate communication (Corcom) Citilink yang merangkap Corcom Garuda Beny Butar Butar menyatakan, pengajuan tersebut masih harus dibicarakan oleh pemegang saham. Karena itu, sampai ada keputusan pemegang saham, Albert masih menjadi pemimpin maskapai domestik tersebut.
Dia menegaskan, Albert dan semua pihak Citilink masih akan berperan aktif untuk melanjutkan investigasi terhadap Tekad.
Menurut dia, keputusan pengunduran diri sebagai bentuk tanggung jawab tidak akan menghentikan komitmen Citilink untuk mengusut kasus dugaan pilot yang mengonsumsi zat psikotropika atau alkohol.
“Tentu saja kami akan terus bekerja sama dengan Kemenhub untuk terus menyelidiki permasalahan ini. Keputusan Pak Albert adalah tanggung jawabnya kepada publik. Tapi, komitmen kepada pemerintah masih berlanjut,” ungkapnya.
Sementara itu, pengamat penerbangan Alvin Lie mengapresiasi keputusan Albert untuk mengundurkan diri. Menurut dia, hal tersebut bisa menjadi contoh terkait dengan bentuk pertanggungjawaban jika terjadi kesalahan dalam manajemen maskapai.
Sebab, mau dikatakan bagaimana pun, Tekad saat penerbangan berhasil menerobos berbagai lapisan pengamanan dan masuk ke kokpit hingga meresahkan penumpang.
Hal tersebut, lanjut dia, bukan hanya kesalahan Citilink. Menurut dia, petugas keamanan bandara sebenarnya juga berhak menghentikan pilot jika terlihat mencurigakan. Demikian pula kru-kru lain yang melihat sesuatu yang tidak beres pada sang kapten pesawat.
“Ini hanya permukaan dari masalah pengamanan yang sesungguhnya. Harusnya Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga bertanggung jawab atas kasus ini. Kalau bisa, ya ikut mengundurkan diri karena banyak juga kasus yang tak tertangani dengan baik di bawah kepemimpinan dia,” imbuhnya.
Alvin juga mempertanyakan sistem rekrutmen yang seharusnya mencegah adanya personel yang punya rekam jejak meragukan. Padahal, Tekad keluar dari perusahaan sebelumnya, AirAsia Indonesia, karena masalah penggunaan zat psikotropika.
“Saya heran kenapa mereka masih mau mempekerjakan tanpa mengecek lebih teliti,” ucapnya.
Mengenai hal tersebut, Vice President Human Capital Management Citilink Devina Veryana mengungkapkan, pihaknya memang tidak melakukan background check komprehensif saat mempekerjakan Tekad pada Februari lalu.
Dia mengaku melakukan background check dari dokumen yang dibawa Tekad yang berbekal 4.888 jam terbang mengoperasikan pesawat Airbus A320.
“Kami belum mengecek ke perusahaan sebelumnya saat perekrutan. Tapi, prosesnya tetap dengan standar yang sama, termasuk pengecekan kesehatan,” jelasnya. Selama sembilan bulan di Citilink, Tekad sudah mengumpulkan 625 jam terbang.
Sementara itu, dugaan adanya kelalaian Aviation Security (Avsec) Bandara Juanda, Sidoarjo, juga mendapat perhatian dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Kendati begitu, Kemenhub belum bisa langsung memutuskan apakah yang bersangkutan bersalah atau tidak.
“Dari laporan yang kami terima, disampaikan bahwa Avsec sempat curiga dan langsung melapor ke atasannya dan ikut ke pesawat untuk mengamankan,” ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan.
Dari keterangan tersebut, muncul kembali pertanyaan, mengapa tidak dilakukan pencegatan sejak awal bila memang ada kecurigaan? Sayang, jawaban yang disampaikan tidak memuaskan. “Karena itu, ini masih terus kami selidiki,” ujarnya.
Di sisi lain, terkuaknya catatan kelam Tekad sebelumnya turut disesalkan Bambang. Sebab, tidak ada komunikasi dari maskapai penerbangan dengan Kemenhub. Padahal, seharusnya catatan-catatan tersebut dilaporkan ke pihak regulator.
“Seyogianya sih lapor. Sebab, sehari-hari pilot menjadi tanggung jawab maskapai. Sementara kami kan biasanya enam bulan sekali untuk medical checkup secara keseluruhan,” tuturnya.
Lalu, apa langkah Kemenhub selanjutnya? Bambang menyampaikan, Ditjen Perhubungan Udara sejatinya sudah mengeluarkan sirkuler kepada seluruh maskapai untuk memperhatikan kewajiban tersebut. Selain itu, Kemenhub berencana mengubah tes kesehatan agar lebih mendalam.
Tekad Berubah setelah jadi Kapten
Lantas, siapa sebenarnya Tekad? Koran ini berhasil mewawancarai orang yang kenal dekat dengan Tekad. Pria yang tidak mau namanya disebutkan itu mengaku mengenal Tekad saat masih menjalani pendidikan pilot di AirAsia pada 2009.
Dia mengingat Tekad sebagai pria yang pintar dan supel, sehingga punya karir yang cukup cemerlang. Sejak menjadi siswa penerbangan atau pilot bar 1, dia dinilai sangat rajin dan pintar.
Karena itu, pada 2014 dia dilantik sebagai pilot homegrown AirAsia Indonesia yang naik menjadi captain. Yang dimaksud homegrown, Tekad memang sejak awal berkarir di maskapai tersebut hingga mendapat bar 4. “Itu hitungannya cepat sekali, dalam lima tahun bisa dilantik sebagai captain,” jelasnya.
Namun, perilaku Tekad justru berubah saat dilantik menjadi kapten. Pria yang dulu dikatakan bekerja di base Denpasar itu sesekali terlihat ngelantur. Sumber koran ini pun tak tahu jelas alasan perubahan tersebut. Namun, salah satu faktornya yang jelas, dia sudah mampu secara finansial.
“Pendapatan kapten itu dua kali lipat kopilot. Jadi, wajar saja mereka merasa mampu,” ungkapnya.
Puncaknya, dalam suatu penerbangan pada akhir 2015, seorang pramugari mendengar kata-kata tidak mengenakkan dari Tekad saat brifing sebelum perjalanan.
“Kalau tidak salah, pramugari dengar Tekad berkata: ’Duh gua kebanyakan ngisep semalem’,” jelasnya. Karena tidak nyaman, dia langsung melapor kepada petugas. Tekad pun langsung ditarik dari rencana penerbangan untuk diselidiki.
Sumber koran ini mengungkapkan, hari itu juga Tekad di-grounded dan diharuskan menjalani tes kesehatan.
Penyelidikan tersebut dilakukan secara internal sehingga tidak ada yang tahu zat apa yang dipakai. Namun, dia mendengar informasi bahwa Tekad ditawari dua pilihan: mengundurkan diri atau dilaporkan ke polisi dan jika terbukti positif akan dipecat.
“Akhirnya, dia memilih mengundurkan diri dari AirAsia Indonesia. Meski hasilnya tak dipublikasikan, pilihannya seperti menyatakan bahwa dia memang memakai zat. Tapi, informasinya, zat tersebut tidak akan terdeteksi oleh alat tes yang standar,” ujarnya.
Saat Tekad di Citilink, sumber koran ini pun masih mendengar beberapa kabar tidak mengenakkan soal dia. Kabarnya, Tekad sebenarnya pernah dilaporkan pada April lalu saat melewati pemeriksaan X-ray di Terimnal 1C Bandara Soekarno-Hatta.
Laporan itu menyebutkan bahwa Tekad bertindak aneh. Namun, dia tak tahu apa yang dilakukan Citilink atas laporan tersebut. “Yang saya dengar, insiden kemarin itu sudah kali ketiga dia dilaporkan karena ngelantur. Saya juga heran kenapa maskapainya seakan menutupi,” ungkapnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.