Jakarta (ANTARA) –
Meski bukan pertama kalinya diundang ke istana untuk bernyanyi dalam upacara 17 Agustus, rupanya Dira Sugandi tetap merasa gugup ketika harus menyanyi di hadapan presiden.
“Tetap ya nervous kalau di depan Presiden, pasti kan rasanya beda,” kata Dira kepada ANTARA.
Rencananya, ia akan bernyanyi di upacara penurunan bendera pada 17 Agustus 2022.
Baca juga: Sosok Kartini musik versi DIRA
Di setiap penampilan, dia selalu berdoa agar diberi kelancaran dan bisa menampilkan pertunjukan terbaik. Meski bukan kali pertama, bernyanyi di istana merupakan momen yang selalu memberikan kegembiraan dan membuat Dira merasa tersanjung.
Dira Sugandi baru-baru ini menjajal pementasan monolog, memerankan pelukis Emiria Soenassa dalam episode berjudul “Yang Tertinggal di Jakarta” yang masuk dalam seri monolog “Di Tepi Sejarah”. Monolog ini mengangkat kisah sosok-sosok yang tak banyak diketahui sejarahnya, namun sebetulnya punya andil untuk Indonesia.
Pentas seri monolog musim kedua itu berjudul “Yang Tertinggal di Jakarta” yang ditulis oleh Felix K. Nesi dan disutradarai oleh Sri Qadariatin.
Pentas ini mengisahkan tentang Emiria Soenassa, seorang pelukis perempuan pertama di Indonesia yang hidup di tahun 1895-1964.
Sosok tersebut digambarkan sebagai seorang pemikir revolusioner dan disebut kedudukannya sejajar dengan Chairil Anwar dan Kartini.
Baca juga: Lomba 17 Agustus jadi kenangan tak terlupakan bagi Dira Sugandi Baca juga: Takut tapi penasaran, Dira Sugandi coba monolog
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2022