Yogyakarta – Pakar gempa Departemen Teknik Geologi UGM, Dr Gayatri Indah Marliyani menyebutkan bahwa sesar aktif yang bergerak di Pidie Jaya, merupakan cabang dari sesar Sumatera di bagian utara. Sesar ini berorientasi barat laut-tenggara, dan gempa terjadi karena pengaruh dari pergerakan sesar yang sudah ada tapi belum terpetakan sebelumnya.
Pergerakan sesar aktif yang terjadi bersifat mendatar dan dekstral (menganan). �Gempa Pidie Jaya disebabkan oleh pergerakan sesar aktif di kawasan tersebut, dan adanya tekanan dari zona subduksi atau penunjaman di selatan Sumatera yang memberikan gaya tekan ke permukaan dan akibatnya membentuk sesar-sesar yang aktif. Gempa terjadi akibat pergerakan dari sesar-sesar ini, namun memang belum terpetakan sebelumnya,” ungkapnya,
Rabu (8/12) di UGM.
Kerusakan parah akibat gempa Pidie, disebabkan karena jarak antara pusat gempa dengan permukaan sangat dekat dan energi yang dilepaskan besar.
Goncangan gempa terasa kuat di daerah ini, kata dia, karena di wilayah dekat pusat gempa tersusun oleh batuan yang tidak kompak.
Gelombang gempa merambat lebih cepat pada batuan kompak dan melambat ketika melewati batuan yang lepas-lepas. Ketika melewati daerah dengan batuan yang lepas-lepas, amplitudo gelombang gempa akan membesar untuk bisa merambatkan energi yang sama, sehingga getaran yang dirasakan pada daerah ini lebih kuat. Getaran yang kuat dari gempa bumi ini juga bisa menimbulkan longsoran.
Anggota tim revisi peta gempa nasional ini menjelaskan, pergerakan sesar yang bersifat mendatar dan terjadi di kedalaman yang dangkal, maka gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Akan tetapi, gempa yang terjadi ini bersifat merusak, terutama disebabkan oleh kedalamannya yang dangkal dan terjadi di kawasan pemukiman padat
penduduk.
Meski tidak berpotensi tsunami, Gayatri meminta masyarakat untuk tetap waspada dan mengantisipasi kejadian gempa susulan, walapun gempa susulan yang terjadi memiliki kekuatan yang lebih kecil dan akan terus menurun. Yang harus dilakukan terutama adalah memeriksa kondisi bangunan karena jika bangunan sudah rusak atau retak parah, getaran gempa yang kecil pun mampu merobohkan bangunan.
Mengingat Indonesia merupakan wilayah rawan gempa bumi, Gayatri menekankan pentingnya upaya mitigasi bencana gempa. Salah satu langkah yang perlu segera dilakukan adalah memetakan jalur sesar atau patahan aktif di seluruh kawasan Indonesia, terutama di kawasan padat penduduk atau perkotaan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian geologi secara mendalam tentang sejarah kegempaan di sepanjang sesar tersebut. Penelitian untuk menyingkap sejarah gempa di masa lalu, jauh melampaui batas rekaman sejarah. Selain itu, setelah terjadi gempa sebaiknya langsung dilakukan pemetaan.
BERITA SATU
Redaksi: Please enable Javascript to see the email address
Informasi pemasangan iklan
Hubungi: Please enable Javascript to see the email address
Telp. (0651) 741 4556
Fax. (0651) 755 7304
SMS. 0819 739 00 730