Sudah Terjadi 387 Gempa di Laut, 56 Kali Gempa Darat
Sumbar merupakan daerah rawan gempa yang dipicu adanya tiga zona seismik aktif, yaitu sesar besar Sumatera atau sesar semangko, zona subduksi megathrust dan sesar Mentawai.
Sesar Semangko memanjang dari Aceh hingga Lampung dan melalui beberapa kabupaten di Sumbar. Sedangkan zona subduksi atau megathrust subduction Sumatera, yaitu pertemuan dua lempeng tektonik besar; Eurasia dan Indo-Australia di sebelah barat Pulau Mentawai. Lempeng Indo-Australia menabrak bagian barat pulau Sumatera secara miring. Sementara sesar Mentawai di batas antardua lempeng tersebut yang dibatasi palung di zona subduksi dangkal.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Padangpanjang, Rahmat Triyono mengungkapkan, sepanjang tahun 2017 terdapat sekitar 387 gempa di wilayah Sumbar dan sekitarnya disebabkan tiga seismik aktif tersebut. Sebanyak 22 gempa di antaranya berkekuatan di atas 5 SR, dan 7 kali gempa dirasakan masyarakat. Lalu, ada sekali gempa signifikan pada 31 Agustus 2017 di 68 km timur Muara Saibi, Mentawai dengan kekuatan 6,2 SR.
Gempa tersebut dirasakan cukup kuat di wilayah Padangpariaman, Padang, Mentawai, Agam, Pesisir Selatan dengan intensitas guncangan mencapai V MMI. Bahkan, gempa ini juga dirasakan di wilayah Padangpanjang, Bukittinggi, Pasaman Barat, Limapuluh Kota, Tanahdatar, Solok, Pasaman, Payakumbuh hingga Muko-Muko dan Kepahyang Bengkulu. ”Namun, tidak ada laporan kerusakan serius akibat gempa tersebut,” ujar Rahmat dalam kaleidoskop akhir tahun 2017 yang diterima Padang Ekspres, kemarin.
Sejak Januari hingga awal Desember 2017, kata Rahmat, peta seismisitas menunjukkan gempa di laut lebih banyak terjadi di sekitar Kepulauan Mentawai dibandingkan gempa darat. Sedangkan dari sisi episenter dan kedalaman gempa, hal itu diduga dipicu subduksi megathrust. ”Beberapa gempa lainnya disebabkan sesar Mentawai yang ditunjukkan banyaknya gempa dangkal kurang dari 20 km,” imbuhnya.
Untuk gempa berpusat di darat, sepanjang tahun 2017 terjadi 56 kali, dan sebanyak 24 kali di antaranya akibat aktivitas sesar Sumatera. Ada empat segmen di sesar Sumatera, meliputi segmen Sumpur, Sianok, Sumani dan Suliti. Segmen Sumani dan Sianok aktivitas seismiknya lebih aktif dibandingkan segmen Sumpur. Sedangkan segmen Suliti tak menunjukkan aktivitas kegempaan.
Terdapat sekitar 8 gempa disebabkan segmen Sianok, dan sekitar 15 gempa akibat segmen Sumani. ”Sejumlah gempa lain di darat disebabkan patahan-patahan lokal di Sumbar dan sekitarnya, juga bisa terjadi akibat adanya zona subduksi di bawah pulau Sumatera,” jelas Rahmat.
Segmen Sumani terletak di sebelah selatan Danau Singkarak, tepatnya di Kabupaten Solok. Apabila melewati Kecamatan Sumani, banyak ditemukan bukit-bukit kecil di sepanjang jalan. ”Hal ini menandakan di sanalah segmen Sumani berada. Patahan segmen Sumani memiliki panjang patahan sekitar 60 km dan pergeseran patahannya berkisar 23 mm per tahun,” ujarnya.
Selanjutnya, segmen Sianok di sekitar Kota Bukittinggi dengan panjang patahan sekitar 90 km, dan pergeseran patahannya berkisar 23 mm per tahun. ”Bukittinggi termasuk kota yang rawan gempa darat yang bersumber dari patahan segmen Sianok. Pada segmen Sianok ini, pernah terjadi gempa besar tahun 1926 dengan magnitude 6,7 SR dan 6 Maret 2007 dengan magnitude 5,8 SR,” ungkapnya.
Untuk seismisitas periode Januari hingga awal Desember ini, setiap hari terdapat kejadian gempa. Bahkan, pada Januari dan April gempa terjadi sekitar 51 kali. Artinya, bisa disimpulkan bahwa setiap harinya bisa terjadi 2 gempa. Gempa tersebut berkekuatan relatif kecil atau di bawah 5 SR. Sementara sekitar 26 kali gempa terjadi pada September dan November dengan kekuatan umumnya kurang dari 5 SR. Meski gempa-gempa di sesar Sumatera magnitudonya relatif kecil-kecil, namun hal ini menunjukkan adanya aktivitas dari sesar-sesar di Sumbar.
Gempa dengan kedalaman dangkal didominasi kedalaman di bawah 60 km. Posisi gempa terjadi dilaut disebabkan adanya subduksi dangkal dan adanya aktivitas sesar Sumatera.
Walaupun aktivitas gempa cukup sering terjadi di Sumbar, tapi pada Januari hingga awal Desember ini BMKG tidak mengeluarkan peringatan dini tsunami. ”Masyarakat agar tetap waspada karena aktifnya zona seismik di wilayah Sumbar. Selama 2017 terjadi 387 gempa, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sekitar 195 gempa,” ingatnya.
Warga juga diimbaunya agar waspada terhadap potensi tsunami di pesisir barat Sumbar. Saat Indonesia telah memiliki sistim peringatan dini tsunami (Indonesia Tsunami Early Warning System/InaTEWS. Namun, kata Rahmat, sebaik-baiknya peringatan dini terletak pada kesadaran masyarakat evakuasi mandiri tanpa menunggu informasi atau warning dari pemerintah dan BMKG. ”Begitu merasakan adanya guncangan gempa kuat, masyarakat di daerah pantai sebaiknya menjauh dari pantai dan mencari tempat lebih tinggi,” tuturnya.
Sementara itu, dalam Seminar on Disaster Risk Financing in The Asia Pasific Region di Kota Padang, Selasa (5/12) lalu, Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit mengungkapkan daerah ini seperti supermarket bencana karena semua jenis bencana ada dan butuh kajian risiko untuk antisipasi, serta penanganan pascabencana.
Di Sumbar, terdapat tujuh daerah rawan terdampak bencana gempa dan tsunami, yakni Kota Padang, Pariaman, Kabupaten Padangpariaman, Agam, Pesisir Selatan, Kepulauan Mentawai dan Pasaman Barat. Tiga di antaranya, memiliki risiko tinggi, yakni Padang, Padangpariaman dan Mentawai. Kawasan perbukitan juga menyimpan potensi bencana tinggi, mulai dari tanah longsor, kebakaran hutan, puting beliung hingga banjir bandang yang mengancam warga. Lalu di darat, juga banyak daerah berpotensi terdampak gempa darat, banjir dan angin kencang.
Menyikapi kondisi tersebut, perlu ada upaya pemerintah mengurangi risiko bencana dengan peningkatkan kapasitas dan kerangka kebijakan domestik untuk memperkuat ketahanan fisikal mengatasi risiko finasial pascabencana. ”Kita berharap Menteri Keuangan menerbitkan aturan pemberian asuransi kepada masyarakat terdampak bencana, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah atau masyarakat miskin. Hal ini sudah saya usulkan juga ke Kemendagri dan belum ada tanggapan,” ujar Nasrul Abit pada kesempatan dihadiri Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementrian Keuangan Suahasil Nazara.
Di sisi lain, mantan Bupati Pessel itu meminta pemerintah kabupaten dan kota mengurangi risiko bencana bersama stakeholders dengan mitigasi bencana, menyiapkan shelter, tempat pengungsian, pemuda siaga bencana dan meningkatkan kewaspadaan.
Di sisi, Pakar Gempa Universitas Andalas Dr Badrul Mustafa menyebut, update pihak BMKG tersebut bisa dikatakan masih dalam kategori wajar mengingat tiga zona seismik aktif mengepung Sumbar. “Alhamdulillah, selama tahun ini, getaran yang keluar bisa dikatakan berkurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun kita harus tetap waspada,” tutupnya. (*)
LOGIN untuk mengomentari.