Seperti dilakukan Nagari Pasia Laweh di Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam. Aparatur nagari turun ke lapangan secara serentak ke Pasar Palupuh, Pasar Pagi Pasia Laweh dan Pasar Sungai Guntung.
Wali Nagari Pasia Laweh Zul Arfin Dt Parpatih menjelaskan bahwa semua pasar itu berada di wilayah nagari yang dipimpinnya. “Kita lakukan observasi dengan mengerahkan 25 orang aparatur nagari yang terdiri dari sekretaris, kepala seksi, kepala urusan, staf dan badan usaha milik nagari serta para kepala jorong sebanyak 10 orang,” ungkapnya.
Tim tersebut turun ke lapangan dan memberikan pertanyaan ke masyarakat atau wawancara khusus terhadap 100 orang secara acak. Sasarannya, pedagang barang dan jasa seperti pedagang sembako, penjual ikan, penjual makanan dan minuman, penjual pakaian, dan kios BBM eceran.
Selain itu, tim dari Nagari Konstitusi itu juga mewawancara tukang ojek, mobil jasa angkutan antar-kota dan angkutan pedesaan, tukang perabot, tukang batu, tukang kayu, dan tukang las serta tukang pangkas rambut dan konter HP.
Menurut Zul Arfin, mereka pada umumnya menyatakan sangat kesulitan ekonomi belakangan ini setelah kenaikan harga BBM. Mereka terpaksa menyesuaikan lagi harga-harga barang dan biaya jasa.
“Kemudian kita temukan juga penurunan omset penjualan dan orang yang menggunakan jasa, misalnya ada tukang pangkas rambut yang biasanya melayani 20 orang dalam sehari kini 10 orang saja susah. Harga tetap saja mereka sudah susah, apalagi jika menaikan biaya pangkas,” kata Zul Arfin.
Dia menambahkan bahwa harga barang yang mengalami kenaikan misalnya, beras yang biasanya dijual Rp35.000 per sukek naik menjadi Rp42.000-Rp45.000. Ongkos ojek yang biasanya Rp8.000 sekarang naik jadi Rp10.000.
BBM eceran di kios biasanya dijual Rp10 ribu per liter kini naik jadi Rp12 ribu. Begitu pula ongkos transportasi ke Pekanbaru biasanya Rp120 ribu kini jadi Rp140 ribu, dan ongkos ke Bukittinggi dari Rp10 ribu jadi Rp12 ribu.
Selanjutnya, harga pupuk biasanya Rp3.500 per kg kini jadi Rp4.00 per kg. Kondisi itu membuat petani yang biasanya membeli sekarung, sekarang hanya 1/2 karung saja. Harga kentang yang sebelumnya Rp4.000 per kg kini naik drastis jadi Rp8.000 per kg.
“Pedagang dan masyarakat agak kebingungan menghadapi persoalan ini. Banyak yang menyampaikan keluh-kesahnya, dan berharap pemerintah mencarikan solusi bagi mereka. Setelah BBM naik, penjualan merosot karena pelanggan berkurang. Jam 12 siang pasar sudah sepi,” tambahnya.
Dirinya sebagai wali nagari sangat prihatin terhadap kondisi tersebut, dan akan menyikapinya mengacu pada Instruksi Presiden, Peraturan Menteri Desa dan saran-saran dari kepala daerah provinsi maupun kabupaten.
“Observasi yang kami lakukan ini diharapkan bisa jadi percontohan supaya bisa mengetahui kondisi riil harga barang dan jasa di lapangan serta bagaimana solusinya di tingkat nagari. Antisipasi agar daya beli tidak terus menurun, dan tidak terjadi peningkatan angka kemiskinan,” tukasnya.(esg)