Mau atau enggan, bergerak atau diam, maju atau mundur, berhasil atau gagal, bahagia atau sedih, berani atau malu dan masih banyak yang lain, adalah pasangan kata yang mungkin selalu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Di sekolahpun, kita akan dihadapkan bermacam pola tingkah laku peserta didik yang menghendaki kita harus memilih kosa kata berpasangan tersebut. Guru-guru akan melakukan berbagai cara agar peserta didik berada dalam suasana hati dan kondisi yang positif
Banyak orang beranggapan bahwa setelah pandemi ini, susah sekali menghadapi peserta didik. Lebih dari 2 tahun mereka dibelajarkan secara daring dan berlangsung di rumah masing-masing.
Mereka belajar jarak jauh dengan hp/gawai yang mereka miliki yang kadang juga masih milik orangtua. Karena dengan cara itulah pembelajaran bisa terlaksana. Kenyataan di sekolah yang saya pimpin, guru kompak menggiring peserta didik untuk benar-benar kembali belajar dan saling bertukar pendapat.
Guru mau mendengarkan keluhan dan hambatan peserta didik secara bergantian dan mengajak berdiskusi kalau kurang mengerti tentang pemecahan masalah yang dirasakan siswa. Mereka berani mengemukakan pendapat dengan bahasa apa saja yang mereka suka asal santun.
Mereka senang bercerita seakan-akan gurunya adalah teman curhat bagi mereka di sekolah. Jika kenyataannya ada di antara mereka yang tidak hadir, guru menanyakan dan bahkan menelepon mereka, “Kenapa tidak ke sekolah?”.
Hasilnya terbentuklah keakraban antara guru dan peserta didik. Apabila terjadi berulang-ulang peserta didik tidak hadir maka guru mengunjungi rumah mereka (home visit) dengan izin kepala sekolah. Alhamdulillah sejauh ini tergeraklah hati mereka untuk kembali ke sekolah.
Kebanyakan dari peserta didik kami adalah anak petani. Mereka sudah terbiasa merasakan suka dukanya kehidupan. Kami menanamkan semangat belajar yang tinggi dan melakukan pendekatan untuk menyentuh hati mereka terus maju agar kelak bisa sukses dan membahagiakan orangtua. PTK SMAN 1 Sungayang selalu menghargai apa yang menjadi program kepala sekolah.
“Jangan Pernah Putus Asa dan Menyerah Menghadapi Siswa” adalah slogan sekolah kami sebagai Sekolah Penyelenggara Program Pendidikan Inklusi dan Sekolah Ramah Anak. Sebagai PTK yang baik, guru harus punya kesabaran yang lebih dalam mendidik dan menjadikan peserta didik sebagai anak yang akan berhasil menjemput masa depan yang gemilang nantinya.
Selama 6 minggu telah dilalui, guru dalam memberikan pembelajaran tatap muka bersama peserta didik di Tahun Pelajaran 2022/2023. Semua telah dijalani semua warga sekolah dengan romantika masing-masing.
Peserta didik terlihat serius belajar dengan bersemangat walaupun ada juga segelintir peserta didik yang suka terlambat, memanjat pagar, atau keluar kelas di saat pembelajaran berlangsung. Semua itu dihadapi dengan senyum dan penuh kasih sayang.
Hasil diskusi bidang kurikulum dan wali kelas (walas) bersama-sama kepala sekolah semua itu difasilitasi dengan menggunakan kurikulum merdeka belajar. Mereka diajak keluar kelas oleh guru untuk melihat lingkungannya.
Guru menjadikan pembelajaran Kimia Hijau artinya tak ada lagi sampah yang berserakan dan mengambil sisa makanan yang ada untuk dilihat apa yang bisa dipelajari menurut mata pelajaran kimia. Peserta didik diajak melukis sesuai dengan sudut pandang di mana posisi mereka duduk.
Mereka menyebar duduk di manapun mereka suka. Pembelajaran berlangsung diluar kelas yang penting mereka nyaman dan terpantau oleh guru yang sedang mengajar. Dalam hal ini guru seni rupa dan kimia hijau adalah guru kimia.
Peserta didik terlihat asik belajar dan pada akhirnya mereka berkelompok untuk menjelaskan apa yang mereka dapatkan. Mereka kompak dan belajar dengan semangat. Sekolah juga memfasilitasi untuk menumbuhkan keakraban dan mengangkat acara yang edukatif, berjiwa entrepreneur.
Masak-memasak antar kelas diadakan setelah Hari Raya Idul Adha yaitu lomba membuat Martabak Mesir Mini. Peserta didik menghias kelas dan dengan penuh semangat mereka kompak menata semuanya bersama wali kelas.
Luar biasanya, walas hanya sebagai motivator saja karena sudah menciptakan sesuatu yang baru setelah 2 Tahun tidak bertemu. Kesungguhan walas benar-benar membuat peserta didik bangkit dan pulih untuk maju.
Walas dan peserta didik membuat kesepakatan bahwa membiasakan mengucapkan kata salam, minta maaf dan mengucapkan terimakasih adalah kunci terjalinnya rasa kekeluargaan antar warga sekolah. Mereka memupuk kerja sama yang baik.
Dampaknya adalah peserta didik yang malas jadi rajin, yang suka bermain jadi suka belajar, yang suka main gawai jadi suka berkreasi dan yang pemalu jadi berani mengeluarkan pendapat.
Pada akhirnya terpilih juaranya bahkan di kelas yang sama, ada yang mendapatkan juara 1 untuk kedua lomba yang dilaksanakan. Hampir semua kelas kompak dan bangkit untuk maju bersama wali kelas.
Artinya peserta didik mendapatkan hikmah-hikmah terbaik selama melakukan kegiatan bersama para walas hebat (Mendulang Emas). Inilah bukti walas di sekolah adalah orangtua ke dua bagi peserta didik. Setiap minggu selalu ada kegiatan bermanfaat dan terus ditingkatkan kualitasnya dalam segala hal. (***)