Banyak cara yang dilakukan sekolah dalam rangka mengimplementasikan P5 kurikulum merdeka. Seperti yang dilakukan oleh SMAN VII Koto misalnya, di mana, sekolah tersebut melaksanakan kegiatan maulid Nabi Muhammad SAW dengan badikia dan makan bajamba bersama masyarakat.
Dan dalam kegiatan tersebut ada fenomena unik yang cukup membuat kita terkesima. Yakni pohon uang atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat adalah gajombong. Ini merupakan sebagai bentuk semangat gotong royong dan kebersamaan dan juga melatih kepekaan siswa dalam melihat potensi kearifan lokal yang ada di daerah mereka.
Ini pertama kali diadakan di Dinas Pendidikan melalui SMAN 1 VII Koto. Dan biasanya kegiatan maulid seperti ini dilakukan masyarakat di masjid-masjid atau surau-surau. Karena itu, para ninik mamak sangat mengapresiasi kegiatan tersebut.
Pada kesempatan itu juga dilakukan makan bajamba kebersamaan antara ninik mamak, pemimpin dan yang dipimpin. Dan khusus pohon uang atau yang biasa juga disebut masyarakat setempat dengan gajombong, memperlihatkan kebersamaan.
Apalagi yang namanya maulid itu tentunya membutuhkan biaya. Untuk itu, masyarakat, kerabat, baik yang ada di rantau, ataupun yang ada di kampung ikut menyumbang, mengumpulkan uang atau yang biasa disebut masyarakat setempat dengan badoncek.
Uang yang telah berhasil dikumpulkan itulah yang dijadikan pohon uang atau gajombong. Di mana untuk satu pohon jumlahnya mencapai Rp 5-10 juta lebih. Jadi dengan adanya gajombong ini tentunya bisa menambah semaraknya peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.
“Sebenarnya kalau dimasukan ke dalam amplop kan bisa saja, namun ini tidak akan terlihat meriahnya. Makanya, masyarakat yang menyumbang berinisiatif menjadikannya ke dalam bentuk pohon uang atau gajombong,” ujar ninik mamak suku Sikumbang, Ali Akbar Dt Palindih.
Untuk pohon uang ini, dana yang dikumpulkan ada yang dari ikatan alumni per angkatan, ada yang dari masyarakat baik yang ada di kampung dan ada juga yang dari rantau. Nantinya uang yang terkumpul, akan dimusyarahkan kegunaannya.
Namun pada umumnya uang ini kebanyakan dipergunakan untuk pembangunan masjid atau mushala. Tapi ini juga tergantung kesepakatan. Kegiatan seperti ini yang dilaksanakan setiap tahunnya, selama ini dilaksanakan di berbagai masjid atau mushala.
Dan kalau untuk tingkat pendidikan memang baru kali ini dilakukan di SMAN 1 VII Koto. Dan dukungan masyarakat terhadap kegiatan seperti ini sangat luar biasa.
Sebenarnya kegiatan ini untuk memperingati kisah yang besar, yakni lahirnya Nabi Muhammad SAW, di mana di Padangpariaman dilaksanakan masyarakat dengan badikia di surau-surau atau masjid-masjid. Dan dilaksanakan sejak mulai malam sampai siang.
Dan ini sudah menjadi kebiasaan atau adat istiadat di Padangpariaman. Dalam rangka memeriahkan kegiatan ini, sejumlah unsur yang dilibatkan seperti bundo kanduang, urang sumando, dan tokoh-tokoh adat dan masyarakat. Baik yang ada di kampung halaman ataupun yang ada di rantau.
“Ini juga sebagai bentuk rasa syukur masyarakat terhadap nikmat yang telah diberikan Allah SWT, yang diwujudkan dengan kegiatan badiakia dan juga makan bajamba dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat,” ujar Ketua Komite SMAN 1 VII Koto, Jon Hendri Tuanku Bandaro Labai.
Jadi, ini juga bagian dari upaya untuk menyemarakan, memakmurkan serta mengajak orang untuk meramaikan masjid. Sehingga masjid-masjid atau mushala-mushala yang ada, tidak lagi sepi dan selalu ramai.
Tokoh masyarakat Padangpariaman, Tri Suryadi mengaku sangat mengapresiasi kegiatan tersebut, terutama terhadap masyarakat, panitia dan jajaran sekolah, serta komite. Ini tentunya juga dilaksanakan berdasarkan musyawarah yang telah dilakukan sebelumnya.
Ini merupakan pilot project di Padangpariaman, karena ini perdana dilakukan di sekolah seperti SMAN 1 VII Koto. Dan pihaknya merasa yakin kegiatan seperti ini akan ikut dilakukan di sekolah-sekolah lainnya yang ada di Sumbar.
“Kalau maulidnya, itu dilakukan dengan adanya ceramah agama, ini rasanya sudah hampir dilakukan di semua sekolah. Karena itu, wajar jika sudah selayaknya inisiator kegiatan ini mendapatkan reward dari pemerintah,” ungkap pria yang akrab disapa waliperi tersebut.
Kepala SMAN 1 VII Koto, Fermazoni menjelaskan, kegiatan ini juga bagian dari implementasi P5 yang telah diamanahkan dalam Kurikulum Merdeka. Di mana ada karakter-karakter yang perlu dibangun oleh generasi muda melalui kearifan lokal yang ada di daerah ini. Dan kegiatan inilah salah satunya. Di mana, di sini ada penggabungan agama dengan budaya.
Semua kegiatan ini dikerjakan dengan gotong royong di mana, sebelum kegiatan ini dimulai, dilakukan musyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat, fokopimca dan unsur-unsur masyarakat lainnya VII Koto Sungaisariak, Padangsago dan juga Patamuan.
Di mana pada umumnya ketiga kecamatan ini memiliki adat dan budaya yang sama. Inilah yang menjadi awal dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Apalagi sekolah tersebut juga memiliki mushala yang membutuhkan kelanjutan pembangunannya.
“Jadi di sini sangat kental semangat gotong royongnya. Di mana, mulai dari mengundang hingga melayani tamu, para siswa belajar semuanya. Dan ini sangat sinkron dengan P5 yang ada di kurikulum merdeka,” ungkap pria yang akrab di sapa Jon tersebut.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, pihaknya juga mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat, termasuk juga alumni dari SMAN 1 VII Koto yang selama ini belum begitu tergabung dengan baik. Tapi sekarang, ini bagaikan kegiatan reunian sebanyak 37 angkatan SMAN 1 VII Koto.
Dan hampir semua alumni membawa gajombong. Ini menandakan para alumni bersedekah atau berinfak untuk pembangunan mushala yang ada di sekolah. Dan kegiatan seperti ini juga mendapatkan dukungan yang luar biasa dari Dinas Pendidikan Sumbar dan juga Pemkab Padangpariaman serta masyarakat setempat.(zul)