SMKN I Ampek Angkek terus melakukan inovasi agar alumni memiliki kualitas yang baik, agar nantinya terserap dunia kerja dan mampu berwirausaha. Di antaranya menghadirkan pendidikan berbasis Industri dan menghadirkan lembaga standarisasi bertaraf nasional di sekolah ini.
Berlokasi di Ampek Angkek kabupaten Agam, sekolah yang dipimpin oleh Gusti Kamal, S.Pd, M.Pd ini terdiri dari beberapa Program Keahlian. Program ini ialah Kriya Kreatif Batik dan Tekstil, Kriya Kreatif Kayu dan Rotan, Lembaga Akutansi dan Keuangan, Multi Media, Tata Busana, Desain Komunikasi Visual, Teknik Komputer dan Jaringan, Otomatisasi dan tata kelola perkantoran, dan terakhir Tata Boga.
“SMK Negeri 1 Ampekangkek sudah berdiri sejak 1997, artinya sekarang sudah berusia 26 tahun. Jadi dari usia tersebut kita terus berinovasi,” ujar Kepala SMKN 1 Ampekangkek, Gusti Kamal, S.Pd, M.Pd saat tim Padang Ekspres wawancarai pada Sabtu (14/5).
Beberapa gebrakan terbaru dari sekolah ini, adalah Teaching Factory yang sudah dirintis sejak 2018. Hasilnya pada 2019 mulai mendapatkan BOS Kinerja untuk memulai program ini.
“Pada waktu itu kita punya beberapa program keahlian yang sangat potensial untuk menghasilkan produk yang bisa dipasarkan. Kemudian pada 2020 bertambah satu keahlian lagi yang sangat potensial menghasilkan produk,” katanya.
Dikatakan, Teaching Factory (Tefa) sendiri merupakan program pembelajaran berbasis industri, yang artinya standar belajar di SMK ini mengacu pada standar kerja di dunia industri itu sendiri.
Program ini bertujuan agar standar pendidikan sama dengan standar industri. Tentu berbagai macam upaya perlu dilakukan, di antaranya dengan menghadirkan industri ke sekolah, sehingga proses pembelajaran benar-benar berstandar industri.
“Misalnya untuk Dkv kita mendatangkan pelaku usaha dari bidang pelaku fotografi pelaku usaha di bidang akrilik. Untuk multi media kita mendatangkan pengajar tamu dari MD studio foto, secara berkala. Kemudian tata boga kita mendatangkan dari hotel-hotel di Bukittinggi. Kalau busana kita mendatangkan pengusaha dari bidang fashion,” ujar pria yang menjabat sejak 2017 tersebut.
“Hal utama yang kita harapkan dalam program ini bukan uangnya, tapi bagaimana kompetensi anak-anak diakui oleh industri,” ujarnya. Berjalannya program ini merupakan bukti bahwa standar pembelajaran di sekolah ini sudah sama dengan standar kerja di dunia industri.
Lembaga Sertifikasi Bertaraf Nasional
Tidak hanya berhenti di Tefa, SMK ini juga memiliki lembaga sertifikasi bertaraf nasional. Tahun berikutnya, setelah tefa di 2018, pihaknya ingin anak-anak punya sertifikat berstandar nasional untuk uji kompetensinya. Jadi uji kompetensi sebelumnya mandiri, di mana penguji diambilkan dari eksternal dan belum berstandar nasional.
“Kemudian kita merintis mendirikan lembaga sertifikasi profesi pihak pertama, yang nanti lisensinya diberikan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nasional,” ujarnya.
Pada proses pembentukan LSP di sekolah, tahap awal dengan mengirimkan guru-guru untuk Diklat kopetensi keahlian. “Kita mengirim untuk 9 kopetensi keahlian dua orang untuk setiap jurusan dan semua mereka lulus dan mendapat sertifikat kompetensi keahlian. Jurusan yang empat itu, kriya kayu, tekstil dan batik kemudian tata busana dan kemudian DKV dan multi media. Kemudian karena jurusan tata boga, baru ditambahkan pada 2020. Akhirnya berdiri LSP berlisensi. Maka kita berhak menguji dan memberikan lisensi LSP. Sekarang standar kita sudah LSP nasional,” ujarnya.
Selain tefa dan LSP bertaraf nasional, pada 2022 juga diterapkan untuk SMK unggulan untuk konsentrasi keahlian tata busana. “Kemudian tahun 2023 ini kita ditetapkan kembali sebagai SMK unggulan reguler lanjutan, alhamdulliah,” ucapnya.
Menuju BLUD
Saat ini bersama 27 SMK di Sumbar SMK ini sedang menuju BLUD. “Sekarang kita sedang merintis bersama 27 SMK di Sumatera barat untuk menjadi BLUD. Tentu nantinya mesti keluar dari zona nyaman. Dengan adanya Tefa, Standar bertaraf Nasional dan kesepadanan dengan industry, ditambah lagi dengan BLUD. Harapan kita nantinya sekolah kita bisa berjalan by system menuju arah yang lebih baik,” ujarnya.
Untuk mendukung semua program ini, sekolah ini didukung dengan berbagai sarana dan prasarana. “Setiap jurusan di sini telah didukung dengan fasilitas yang sangat mendukung. Misalnya untuk tata busana, kita punya standar produksi industri. Jadi kita punya mesin jahit digital dan beragam sarana lain. Kalau DKV kita juga sudah punya alat-alat dengan teknologi terbaru dan didukung dengan sistem komputerisasi yang sangat layak. Secara umum setiap jurusan sudah memiliki gedung tersendiri, ruang kerja tersendiri, serta galeri tentunya,” ucapnya.
Dengan fasilitas yang ada saat ini, tujuan besar dari berbagai program di sekolah ini adalah agar nanti tamanan SMKN 1 Ampekangkek bisa terserap di dunia kerja dan mampu berwirausaha.
“Indikator keberhasilan kita tentu adalah seberapa besar serapan tamatan kita di dunia kerja, dan seberapa besar tamatan kita mampu berwira usaha. Semua program-program ini dirancang untuk itu,” akunya.(Rian Afdol)