Bagi sebagian orang, pilihannya menjadi seorang guru, bisa jadi, berasal dari panggilan hati. Meskipun, untuk memantaskan diri agar dijuluki sebagai guru, bukanlah sesuatu yang mudah. Ada banyak tahapan yang mesti dilewati.
Bahkan, tidak jarang, pelbagai tantangan silih berganti, mencoba menggagalkan upaya seseorang untuk menjadi guru. Maka, tidak heran, banyak dijumpai orang yang mengundurkan diri dari upaya pemantasan tersebut.
Apalagi, pikirnya, kalaupun dirinya menjadi guru, belum ada jaminan, hidupnya di masa yang akan datang bisa sejahtera, sebagaimana nasib sebagian guru di tanah air yang dilihatnya sampai saat ini masih jauh dari kata sejahtera.
Namun, meskipun demikian, banyak juga yang mempertahankan keyakinan hatinya untuk menjadi guru. Hal ini terlihat dari jumlah guru yang semakin bertambah. Dilansir dari laman katadata.co.id, di Indonesia saat ini ada sebanyak 3,36 juta guru.
Dari sekian banyak guru tersebut, ada hal penting yang mesti mereka miliki, agar beban pekerjaan mereka sebagai guru dapat berjalan sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional. Hal tersebut adalah ketulusan.
Dengan adanya ketulusan, guru tidak akan mudah berputus asa dalam mendidik siswanya. Meskipun, gaji yang diberikan, kadang, tidak sebanding dengan usaha yang dilakukannya. Tetapi, dengan ketulusan, semua itu dapat bertahan.
Sebab, pekerjaan yang mereka lakukan, tidak sekadar berorientasi pada materi. Tetapi, juga, kepuasan dari upaya mendidik dan menginspirasi anak negeri dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Meskipun demikian, bagi Sebagian guru, ketulusan, bukanlah sesuatu yang mudah untuk dimiliki. Apalagi, di saat, beban kerja semakin bertambah. Ditambah lagi, penghasilan yang didapat pun tidak sesuai dengan beban kerja yang telah dilakukan.
Guru, yang awalnya memilki ketulusan dalam menjalani perannya. Bisa jadi, perlahan, mulai merapuh, semangatnya untuk menginspirasi para siswa tidak lagi terlihat. Hingga akhirnya, peran sebagai guru pun, mulai ditanggalkan.
Padahal, di daerah terpencil, dan pedalaman, ada jutaan siswa yang menunggu kehadiran mereka, para guru. Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan ketulusan guru dalam menjalankan perannya, diantaranya, yaitu, senantiasa menjaga keikhlasan hati dalam mendidik siswa.
Yang Namanya siswa, tentu, karakternya tidak bisa selalu sesuai dengan keinginan kita.
Di saat mengajar, bisa jadi ada siswa yang senantiasa membuat seorang guru emosi. Terkadang, hal tersebut, membuat guru kehilangan fokus. Sehingga, tugasnya dalam mengajar akan terganggu.
Padahal, di saat yang bersamaan, masih ada siswa lain yang sangat menginginkan ilmu pengetahuan dari sang guru. Tidak hanya itu, tuntutan yang tinggi pun, terkadang, membuat guru merasa berat menjalani perannya. Untuk itu, dengan keikhlasan, semua itu dapat terselesaikan dengan baik.
Selanjutnya, upaya lain, yang dapat dilakukan yaitu, dengan meyakini bahwa pekerjaan sebagai seorang guru adalah peran yang sangat mulia. Banyak hari ini, terlahir orang-orang hebat, mereka ahli di bidangnya masing-masing.
Ada yang ahli di bidang ekonomi, Pendidikan, teknologi, lingkungan, dan pelbagai bidang lainnya. Tentu, keberhasilan mereka tidak terlepas dari didikan seorang guru. Tidak ada orang hebat, yang lahir secara otodidak.
Pasti, ada sentuhan dan pembinaan dari seorang guru. Untuk itu, betapa mulianya peran sebagai seorang guru. Pengaruhnya, tidak hanya untuk dirinya sendiri. Tetapi, juga untuk orang lain. Bahkan termasuk untuk kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa.
Ketulusan adalah modal utama bagi setiap guru. Tanpa ada ketulusan, peran-peran yang dijalankan oleh seorang guru tidak akan maksimal. Apalagi, seperti umumnya, dalam setiap dunia pekerjaan. Tantangan, hambatan, dan pelbagai permasalahan pasti akan bermunculan. Begitu pun dalam dunia Pendidikan.
Apabila, guru, tidak bijak dalam menyikapinya, pasti akan banyak permasalahan yang akan ditimbulkan. Untuk itu, sekali lagi, ketulusan adalah hal penting yang mesti dipersiapkan dan dipertahankan. Terutama dalam mendidik dan menginspirasi anak negeri.
Sebab, dengan ketulusan, akan ada keberkahan dan kebermanfaatan ilmu pengetahuan yang didapatkan. Yang menjadikannya, tidak sekadar ingatan, tetapi memiliki pengaruh dalam mewujudkan cita-cita bangsa di masa depan. (Muhammad Iqbal, M.Pd, GURU SMP IT AL KAHFI PASAMAN BARAT)