Menulis merupakan aktivitas untuk menciptakan sudut pandang. Kebiasaan menulis dimulai dengan kegemaran membaca. Dengan membaca seseorang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, serta mengajak kita untuk selalu bertabayyun (Gol A Gong).
Menurut KBBI, aktivitas menulis merupakan kegiatan mengekspresikan ide, gagasan, pikiran atau perasaan secara tidak langsung menggunakan kata dan kalimat. Sedangkan menurut Suparno dan Mohammad Yunus (2008: 1.3) menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi) dengan mengunakan bahasa tulis sebagai media atau alatnya.
Kegiatan menulis, merupakan hobi yang menyenangkan untuk dilakukan bagi sebagian orang, karena Menulis itu bukan bakat tapi sebuah keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatih oleh semua orang.
Keterampilan menulis tidak lepas dari mengasah pengalaman membaca dan memahami tulisan orang lain. Keterbatasan seorang tidak menjadi penghalang untuk menulis, karena satu-satunya profesi yang tidak memakai modal adalah penulis. Syarat untuk menjadi penulis ada tiga, yaitu Menulis, Menulis dan Menulis, Kuntowijoyo
Banyak manfaat bagi seseorang yang menulis, melansir dari djkn.kemenkeu.go.id bahwa menulis memiliki manfaat di antaranya, tempat untuk untuk menuangkan ekspresi, tempat untuk meningkatkan kreatifvitas, untuk memperkuat daya ingat, menjadikan hidup lebih produktif, menjadi media belajar yang baik, meningkatkan kemampuan dalam berbahasa dengan baik, menjadi lebih teroganisir, menghibur, media komunikasi yang baik, mempengaruhi untuk mencapai tujuan, menghasilkan uang. Lebih dari itu, penulis juga menyimpulkan bahwa menulis juga merupakan aktivitas berbagi dan bekerja untuk keabadian.
Tidak ada cara lain menjadi abadi selain menulis. Abadi menurut KBBI adalah kekal, tidak berkesudahan. Presiden akan habis masa jabatannya, raja akan habis tahtanya, dokter akan habis masa keprofesiannya, tentara akan habis masa baktinya, kepandaian akan habis masanya.
Tetapi tidak dengan menulis, kebermanfaatannya tidak akan habis, ide dan gagasannya akan tetap menggema dan abadi. Sebagaimana ungkapan “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”, Pramoedya Ananta Toer.
Dalam konteks ini, abadi yang dimaksud bukan abadi jiwa dan raganya, yang masih berkeliaran di muka bumi. Melainkan abadi dalam hal pemikiran, dedikasi, serta pengaruhnya terhadap manusia yang lain. Baik itu yang hidup di masanya ataupun yang hidup jauh setelahnya.
Ada banyak sekali manusia yang hidup dalam keabadian, sebut saja Plato, Aristoteles, Jalaluddin Muhammad Rumi, Abu Nawas Al-Hasan Ibnu Hani al Hakami, Khaled Hosseini, Muhammad Hafez Shirazi, Muhammad Iqbal, dll. Beberapa dari tokoh tersebut memang sudah tiada.
Akan tetapi pemikiran dan ide-idenya masih diperbincangkan dan didiskusikan. Bahkan, tulisan-tulisannya dijadikan sumber rujukan dalam berbagai kajian. Di Indonesia sendiri ada Soekarno, Tan malaka, Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer dan lain sebagainya.
Menulis senantiasa mengajak kita untuk berfikir. Berfikir agar dapat terus berbagi manfaat kepada orang lain baik yang dihidup semasa ataupun yang hidup setelahnya. Mengutip ungkapan Steve Jobs, bahwa orang yg paling powerfull dimuka bumi ini bukanlah presiden, para mentri dan pejabat, tetapi orang yg bercerita, yaitu seorang penulis. Maka, tidak ada alasan untuk tidak menulis. Ayo menulis, karena tidak ada cara lain menjadi abadi selain menulis.(Anwar Syafi’i Pulungan, GURU SMP IT AL KAHFI PASBAR)