in

SMP Negeri 3 Bukittinggi, Sempat Dijadikan Sekolah MULO Saat Penjajahan Belanda

DIBAHAS: Sejumlah guru SMPN 3 Bukittinggi saat melakukan rapat internal.(TIM LAMAN GURU SUMBAR)

Masyarakat Sumbar, khususnya warga Bukittinggi boleh berbesar hati. Betapa tidak, bukan hanya karena hawanya yang cukup adem, namun Kota Wisata tersebut juga sarat dengan sejarah. Buktinya tidak sedikit peninggalan sejarah yang ada di kota tersebut.

Seperti misalnya juga pernah menjadi ibu kota Negara saat terjadinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Juga ada sejumlah bangunan sejarah yang hingga kini masih kokoh berdiri. Seperti misalnya, Jam Gadang, Lubang Jepang, Benteng Fort de Kock dan sebagainya.

Bahkan kalau untuk dunia pendidikan, SMPN 3 Bukittinggi contohnya. Di mana dulunya, gedung yang ditempati boleh dikatakan merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah. Meski dalam perjalanannya, sekolah tersebut sudah mengalami beberapa kali perubahan.

Seperti misalnya sempat menempati gedung yang dulunya gedung sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau dalam Bahasa Indonesia ialah Pendidikan Dasar Lebih Luas. Atau merupakan pendidikan setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) pada masa Kolonial Belanda.

SMPN 3 Kota Bukittinggi merupakan satu dari delapan SMP Negeri yang ada di kota wisata. Sekolah ini telah mengalami beberapa babakan sejarah, hingga sekarang menempati gedung baru yang sangat mendukung terselenggaranya proses pembelajaran.

Sebelum menempati gedung yang sekarang ini, pada awalnya SMP Negeri 3 berlokasi di jalan Panorama nomor 36 Bukittinggi. Pada zaman penjajahan Belanda gedung tersebut dijadikan sekolah MULO.

Namun pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah pada Jepang di Kali Jati, Subang Jawa Barat yang ditanda tangani oleh Letnan Jenderal Ter Poorten (pihak Belanda) dan Jenderal Hitosyi Imamura (pihak Jepang), telah Belanda menyerah kemudian Indonesia dikuasai oleh Jepang.

Pada masa pemerintahan Jepang, gedung sekolah MULO berubah fungsi menjadi tempat percetakan uang sampai Indonesia merdeka. Setelah kemerdekaan RI gedung tersebut dipergunakan oleh pemerintah Indonesia sebagai kantor KPN.

Pada tahun 1950 kantor KPN dipindahkan, kemudian gedung tersebut dijadikan SMP Negeri 4 dan SMP Negeri 2 Bukittinggi. Dua sekolah ini berada pada satu lokasi yang sama namun administrasinya berbeda.

SMP Negeri 4 pada waktu itu dipimpin oleh kepala sekolah M. Rasyid Jambek. Sistem pembelajaran di SMP Negeri 4 berdasarkan aturan dan sistem yang telah dibuat oleh pemerintah RI pada waktu itu.

Pada tahun 1997 terjadi perubahan nomenklatur semua SLTP di kota Bukittinggi. Perubahan ini disebabkan oleh adanya penertiban SLTP di Sumatra Barat berdasarkan wilayah di mana sekolah itu berada.

Sehingga salah satu SLTP yang semula masuk dalam administrasi kota Bukittinggi. Karena berada di wilayah kabupaten Agam harus masuk dalam pengelolaan utuh pada kabupaten Agam. Kebijakan ini mengakibatkan berkurangnya satu SLTP di kota Bukittinggi.

Perubahan nomenklatur itu adalah SMP Negeri 4 berubah nama menjadi SMP Negeri 3 Bukittinggi yang dipimpin oleh kepala sekolah Dra. Murniati. Sementara SMP Negeri 2 berubah menjadi SMP Negeri 4 Bukittinggi.

Pada tanggal 8 September 2008 SMP Negeri 3 Bukittinggi dipindahkan ke Bukit Apit yang beralamat di jalan Jambak Muko Nomor 3.

Adapun yang menjadi latar belakang dipindahkannya lokasi SMP Negeri 3 Bukittinggi ke Bukit Apit didasarkan pada komitmen pemerintah kota Bukittinggi di bawah kepemimpinan Wali Kota Bukittinggi, Drs. H. Djufri untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada seluruh masyarakat atau peserta didik dalam hal ini adalah jenjang SMP.

Pendidikan yang bermutu ditentukan oleh berbagai faktor penentu yang salah satunya adalah tersedianya sarana dan prasarana sekolah yang baik. Wujud dari komitmen untuk menyediakan sarana dan prasarana yang baik tersebut adalah dengan membangun gedung baru SMP Negeri 3 Bukittinggi di lokasi yang baru.

Rangkaian pembangunan telah dimulai dalam waktu 3 tahun, semenjak tahun 2006 hingga tahun 2008. Lokasi SMP Negeri 3 Bukit Apit ini berdiri di atas lahan seluas 14.400 M2 dengan luas bangunan sekitar 2.199 M2.

Dengan suasana yang jauh dari kebisingan serta iklim yang sejuk diyakini SMP Negeri 3 Bukittinggi dapat melahirkan siswa siswi lulusan yang sanggup berkompetensi tidak saja pada tingkat lokal tetapi pada tingkat nasional maupun internasional.(***)

What do you think?

Written by Julliana Elora

ASN Diharap Rangkul Masyarakat ke TPS, Namun tetap Netral

Laporkan Kekerasan pada Perempuan dan Anak di Hotline DP3AP2KB Sumbar. Ini Nomornya…