in

SMP Negeri 32 Padang, Segitiga Bermuda Dalam Dunia Pendidikan

Lily Yovita, M.Pd.
(GURU SMPN 32 PADANG)

Menurut wikepedia Bahasa Indonesia, Segitiga Bermuda adalah sebuah wilayah di Bagian barat Samudra Altantik Utara. Wilayah yang di definisikan sebagai segitiga dengan titik ujung di bagian utara adalah Bermuda (Wilayah Seberang Laut Britania Raya), Puerto HYPERLINK “https://id.wikipedia.org/wiki/Puerto_Riko” RikoHYPERLINK.

“https://id.wikipedia.org/wiki/Puerto_Riko” (wilayah Amerika Serikat) sebagai titik di sebelah selatan, dan Miami (metropolitan terbesar Florida, Amerika Serikat) sebagai titik di sebelah barat. Segitiga Bermuda merupakan sebuah tempat yang menyebabkan hilangnya beberapa pesawat dan kapal yang melewati daerah tersebut tanpa diketahui dengan pasti penyebabnya.

Begitu juga analoginya di dunia Pendidikan yang terdapat segitiga bermuda yang bisa menyebabkan tujuan pendidikan tidak bisa tercapai sesuai yang kita harapkan. Segitiga tersebut terletak pada orangtua, guru dan masyarakat.

Guru memang merupakan ujung tombak dunia pendidikan, namun orang tua berperan penting dalam menanamkan fondasi yang kokoh bagi seorang anak. Sementara itu masyarakat merupakan tempat seorang anak menerapkan ilmu yang diperoleh dari orang tua dan guru, sekaligus memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan karakter anak.

Ketika ketiga segitiga tersebut tidak lagi sejalan, maka akan muncul ketidakseimbangan dalam diri seorang anak, sehingga karakter anak akan hilang tanpa kita sadari. Inilah yang dimaksud dengan segitiga bermuda dalam dunia Pendidikan.

Menyikapi tantangan kehidupan yang makin berat, menuntut orang tua menghabiskan waktu lebih banyak di luar rumah. Masalah pendidikan anak, mereka serahkan sepenuhnya kepada guru. Inilah salah satu titik sudut segitiga bermuda yang menyebabkan ketidakstabilan emosi generasi sekarang.

Kasih sayang dan perhatian orang tua sangat diperlukan oleh anak. Mereka butuh sosok yang bisa menjadi tempat curahan semua kejadian yang mereka alami di luar rumah.
Ketidakstabilan jiwa yang dibawa anak akibat pola asuh yang tidak seimbang dari rumah, membuat guru kewalahan dalam membimbing mereka di sekolah.

Kegiatan kegiatan perbaikan karakter yang dikembangkan di sekolah, tidak akan bermakna tanpa bantuan pengembangan oleh orang tua di rumah. Berbagai cara untuk memperbaiki karakter anak di sekolah sudah di usahakan oleh guru, namun terkadang usaha yang ditempuh guru tidak diterima dengan senang hati oleh anak.

Ketidaknyamanan tersebut mereka laporkan ke orang tua. Giliran mendapat laporan tentang hal yang tidak menyenangkan yang dialami oleh anaknya, orang tua punya banyak waktu. Tetapi jika guru ingin memberikan laporan tentang perkembangan anak mereka, orang tua mengeluhkan tidak sempat, sibuk dan segala hal yang bertemakan keberatan.

Laporan ketidaknyamanan yang dialami anak, oleh orang tua tanpa konfirmasi ke pihak sekolah, balik menyalahkan guru bahkan memperkarakan ke pihak yang berwajib.
Semakin maraknya kasus guru diperkarakan karena mendisiplinkan siswa, membuat sebagian guru semakin acuh dengan siswa.

Hal ini menjadi sudut segitiga bermuda kedua yang dapat menghancurkan generasi bangsa ini. Seharusnya dengan berbagai pola dan tingkah laku siswa, seorang guru yang propesional tidak boleh menyerah apalagi pasrah dalam menghadapi siswa.

Yang penting cara yang dilakukan tidak melanggar norma norma dan aturan yang berlaku. Memahami karakter dan latar belakang siswa menjadi hal yang penting dipelajari oleh guru dalam melakukan pendekatan kepada siswa.

Masyarakat merupakan rute perjalanan anak dari rumah ke sekolah atau sebaliknya. Masyarakat menjadi tempat yang menentukan kestabilan perkembangan karakter anak. Jika Masyarakat melakukan hal hal yang bertentangan dengan norma norma yang dipelajari di rumah atau di sekolah, maka ilmu anak di sekolah akan menjadi sia-sia.

Contoh sederhana saja yaitu melanggar lampu lalu lintas. Sepertinya merupakan hal yang sepele, tetapi akan di contoh oleh anak dan generasi selanjutnya. Tak ada gunanya guru menjelaskan di depan kelas, jika ilmu yang diberikan berbeda dengan praktiknya dalam bermasyarakat.

Kesalahana kesalahan yang dilakukan oleh anak di lapangan, tidak ditegur oleh masyarakat bahkan masyarakat memberikan dampak buruk bagi anak, maka masyarakat dalam hal ini menjadi sudut terakhir segitiga bermuda. Jika ketiga titik sudut ini semakin berkembang menjadi segitiga bermuda, maka kehancuran bangsa ini akan semakin jelas dan nyata.

Lalu apa saja yang harus dilakukan oleh orang tua, guru dan masyarakat agar anak tidak terjebak dalam segitiga bermuda dunia pendidikan? Jawabannya hanya satu, yaitu harus seiring sejalan dan selalu menjadi tauladan bagi anak anak Indonesia.

Selagi orang tua tidak berhenti menegur anak jika berbuat kesalahan, selama itulah fondasi karekter anak akan tumbuh dengan baik. Ditambah lagi dengan adanya penguatan oleh guru di sekolah. Guru jangan pernah lelah dalam menempa karakter murid. dan masyarakat harus memberikan contoh dan tauladan yang baik serta ikut serta menegur jika anak berbuat kesalahan.

Semua hal baik dan buruk mudah di akses dan ada digenggaman anak anak kita. Mari kita tingkatkan lagi fungsi kontrol kita sebagai orang tua, guru dan masyarakat agar bangsa ini bisa melahirkan generasi emas seperti yang diharapkan. Salam hangat buat seluruh orang tua dan masyarakat dimanapun berada, dari kami guru-guru Indonesia.(Lily Yovita, M.Pd., GURU SMPN 32 PADANG)

What do you think?

Written by Julliana Elora

Terdampak Longsor, Warga Nagari Atar Dikunjungi Kepala BPB Partai Golkar

SD Negeri 48 Ganting, Menyemangati Pejuang Centang Hijau di PMM