Palembang (Antarasumsel.com) – Provinsi Sumatera Selatan melakukan ekspor belut perdana sebanyak 1 ton ke Tiongkok melalui salah satu perusahaan Usaha Mikro Kecil, Usaha Dagang (UD) Bandar Mina guna memenuhi permintaan dua kota di sana yakni Shanghai dan Guangzhou.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan Permana di Palembang, Rabu mengatakan, komoditas perikanan belut yang diekspor ini merupakan hasil tangkapan dari warga Sumsel yang tersebar di beberapa kabupaten/kota yang dikumpulkan para pengumpul.
“Belut asal Sumsel sebenarnya sudah lama diekspor ke luar negeri, tapi ekspor tersebut dilakukan di Jakarta sehingga yang dapat namanya Jakarta. Dengan diekspor langsung dari Palembang, harapannya nama Sumsel yang muncul,” kata Permana seusai acara simbolis ekspor perdana di pusat pengemasan belut UD Bandar Mina.
Ia mengatakan pemerintah tergugah memunculkan nama Sumsel ini karena ingin menaikan `brand` daerah agar para investor perikanan menjadi tertarik menanamkan modal.
Sumsel tidak ingin apa yang terjadi pada komoditas kopi terulang pada produk perikanan lantaran gerbang ekspornya memakai Provinsi Lampung. Saat ini jumlah eksportir kopi tersisa dua perusahaan dari semua berjumlah 40 perusahaan.
Menurut Permana, ekspor saat ini bukan persoalan lagi karena sudah bisa dilakukan dari Palembang karena maskapai penerbangan Garuda memiliki layanan cargo yang ketahui sangat terjangkau untuk kalangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
“Layanan cargo ini ternyata murah, setelah dihitung-hitung ternyata UMKM pun dapat memanfaatkannya,” kata dia.
Sementara itu Direktur Utama UD Bandar Mina Putu S mengatakan ekspor langsung dari Palembang ke Tiongkok ini telah memangkas biaya transfortasi sebanyak 50 persen jika dibandingkan sebelumnya.
Penurunan biaya ini semakin memperbesar margin yangmana harga belut di pasar internasional mencapai Rp84.000/kg dan dalam negeri Rp40.000/kg.
“Selama ini ekspor dilakukan dari Jakarta, jadi ada biaya transfortasi per kg belut yakni Rp5.000 untuk Palembang-Jakarta dan Rp5.000 untuk Jakarta -Tiongkok. Tapi kini, bisa hemat 50 persen,” kata dia.
Ke depan, dengan tingginya potensi perikanan di Sumsel, Putu mengatakan, perusahaanya akan mencoba budidaya belut sehingga dapat merambah industri makanan seperti produk nugget belut.
“Jika sedang banyaknya, dalam satu hari bisa memproduksi 20 ton belut kiriman beberapa kabupaten. Apabila ini digeluti dengan serius tentunya sangat berpotensi mengenjot perekonomian daerah,” kata dia.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumsel Sri Dewi Titi Sari mengatakan Perairan Umum dan Daratan Sumatera Selatan saat ini tercatat menjadi yang terluas di Asia Tenggara dengan mencapai 2,5 juta hektare yang didalamnya terdapat 233 jenis ikan. Sehingga dapat dimaklumi jika tangkapan belut mencapai 10-20 ton per hari.
“Saat ini belut masih diperoleh melalui penangkapan, ke depan akan dicarikan cara agar belut ini dapat dibudidayakan karena arah pengembangan perikanan Indonesia yakni budidaya,” kata dia.
Tiongkok sangat berminat dengan belut asal Indonesia dengan tidak pernah membatasi jumlah pengiriman. Sejauh ini, Sumsel telah mengirimkan tiga jenis ikan ke pasar ekspor yakni udang, belut, dan kaki kodok.
Editor: Dolly Rosana
COPYRIGHT © ANTARA 2017