in

Sumsel perkuat strategi cegah karhutla melalui Desa Peduli Api dan sistem peringatan dini

Palembang (ANTARA) – Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan memperkuat strategi pencegahan kebakaran hutan dan lahan (kathutla) di daerah setempat melalui Program Desa Peduli Api serta sistem peringatan dini berbasis citra satelit di daerah tersebut.

“Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah menetapkan status siaga darurat karhutla sejak Agustus 2025. Lebih dari 1.200 personel gabungan disiagakan di titik-titik rawan kebakaran, didukung empat unit helikopter untuk operasi water bombing,” kata Kabid Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Sudirman di Palembang, Senin.

Ia menambahkan, selain upaya pemadaman, pemerintah daerah juga memperkuat strategi pencegahan melalui Program Desa Peduli Api serta sistem peringatan dini berbasis citra satelit.

“Penegakan hukum juga kami dorong. Setiap pelaku pembakaran, baik individu maupun korporasi, akan kami proses sesuai aturan,” jelasnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel mencatat sebanyak 702 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hingga pertengahan Oktober Tahun 2025.

Menurut Sudirman, terdapat tiga kabupaten tercatat sebagai wilayah dengan jumlah kejadian tertinggi, yakni Kabupaten Ogan Ilir sebanyak 134 kejadian, Musi Banyuasin (132 kejadian), dan Ogan Komering Ilir (124 kejadian). Ketiga wilayah itu didominasi lahan mineral dan gambut yang rentan terbakar.

“Total 702 kasus hingga 16 Oktober. Di Ogan Ilir ada 134 kejadian, Muba 132 kejadian, dan OKI 124 kejadian,” katanya.

Selain tiga kabupaten tersebut, empat wilayah lain juga masuk dalam kategori zona merah karena mencatat lebih dari 30 kasus karhutla, yakni Banyuasin (91 kasus), Muara Enim (69 kasus), Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) sebanyak 59 kasus, dan Musi Rawas sebanyak 41 kasus.

“Zona merah ini menjadi perhatian utama kami karena potensi penyebaran api sangat cepat. Sebagian besar kebakaran terjadi di lahan perkebunan, semak belukar, dan lahan tidur,” ujarnya.

Ia menjelaskan kondisi cuaca kering ekstrem disertai angin kencang menjadi faktor utama yang mempercepat penyebaran titik api. BPBD Sumsel bersama TNI, Polri, dan Manggala Agni terus melakukan patroli darat maupun udara guna mencegah perluasan kebakaran.

Meski jumlah titik panas terus meningkat, Pemprov Sumsel tetap optimistis bencana kabut asap besar dapat dicegah. Edukasi masyarakat dan pengawasan ketat terhadap lahan perkebunan disebut menjadi kunci utama.

“Pencegahan tetap lebih penting dari pemadaman. Sekali api muncul, butuh biaya besar dan waktu panjang untuk memadamkannya,” kata Sudirman.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), total luas lahan yang terbakar di Sumsel sepanjang Januari hingga September 2025 mencapai 4.859 hektare.

What do you think?

Written by Julliana Elora

DPRD Sumsel Sampaikan Laporan Hasil Reses: Serap Aspirasi Dari Pendidikan Hingga Lapangan Kerja

Peluncuran Buku “Keramik Cina Temuan Sungai Musi Abad 7–19 Masehi” di Unsri: Fadli Zon Ungkapkan Bukti Kuatnya Peradaban Nusantara