in

Sustainable Management dan Peluang Pendanaan Untuk Lanskap Sembilang Dangku Diharapkan Bisa Berjalan.

Palembang, BP

Lokakarya Petikan Pembelajaran Tata Kelola dan Peluang Pendanaan Lanjutan
Kemitraan Pengelolaan Lanskap Sembilang Dangku Sumatera Selatan (Sumsel).

Dilaksanakan selama dua hari, mulai tanggal 27 – 28 Februari 2020 dihotel Aryaduta Palembang.

Kegiatan ini dihadiri oleh mitra-mitra pembangunan Sumsel, diantaranya Yayasan Penabulu, Yayasan Puter, Hutan Kita Institut, Institut Dagang Hijau, Diameter, SNV, serta dari Bapeda Provinsi Sumsel dan bapeda musi Banyuasin dan banyusin, KPH Meranti, KPH Lalan Mendis serta BKSDA Sumsel dan Balai TN Sembilang.

Sebagai salah satu provinsi yang ada di Indonesia, Sumatera Selatan berkomitmen untuk terus mengembangkan pembangunan hijau di Bumi Sriwijaya.

Direktur Proyek KELOLA Sendang Prof Dr Damayanti Buchori dalam kegiatan ini menyatakan bahwa sustainable management dan peluang pendanaan untuk lanskap Sembilang Dangku yang telah dilaksanakan mudah mudahan kedepannya bisa berjalan.

Kolaborasi bersama yang dilakukan lebih kurang tiga tahun berjalan ini adalah berlayar sambil membangun kapal, banyak yang dipelajari dalam tata kelola proyek yang pengelolaannya harus diletakkan dan dipimpin oleh pemerintah terkait yang masuk kedalam lanskap Sembilang Dangku dalam hal ini kabupaten Muba dan banyuasin.
Master plan Sembilang Dangku yang implementasinya dimulai tahun 2018 memiliki tiga area model pertama area model.

Area Model 1Hutan Dangku – Meranti di kavupaten Musi Banyuasin,
Area model 2 (dua) yaitu Kawasan Hidrologis Gambut Sungai Merang – Sungai Ngirawan) Kabupaten amusi Banyuasin dan Area model 3 (tiga) yaitu Pengembangan Eco-eduwisata di Kabupaten Banyuasin.

Budi Wardhana (Deputi Perencanaan dan Kerja Sama) Badan Restorasi Gambut dalam lokakarya ini mengatakan dalam pengelolaan wilayah pengelolaannya tidak dapat berdiri sendiri, dalam melakukan pengelolaannya masing masing pihak harus saling mendukung dan bersinergi dalam mengelola lanskap, mulai dari pemerintah, perusahaan, KPH dan masyarakat karena masing masing punya kepentingan yang berbeda, agar pengelolaan lanskap ini mendapatkan hasil yang maksimal.

Regina Ariyanti, koordinator Projek Supervisory Unit dalam paparannya menjelaskan bahwa pengelolaan suatu lanskap haruslah dikelola secara Sustainable dan berkelanjutan sehingga dalam pelaksanaannya bisa dinamis, pendekatan lanskap Sembilabg Dangku pengelolaan dilakukan melalui pendekatan visi misi pemerintahan daerah dalam hal ini pemerintahan provinsi Sumatera Selatan, kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin.

Agar pengelolaan landskap Sembilang Dangku bisa lestari dan masyarakat sekitar lanskap bisa berdaya, yang kesemuanya dituangkan kedalam master plan agar pengelolaan lanskap bisa terlaksana dan dikelola dengan baik antara pemerintah perusahaan dan masyarakat tanpa mengeyampingkan kearifan lokal dalam pengelolaan lanskap.#osk

What do you think?

Written by Julliana Elora

Golkar Sumsel Kembali Buka Pendaftaran Calon Ketua DPD Golkar Sumsel

Tak Ada Penghapusan Amdal di RUU “Omnibus Law”