Apa Itu Bakterifage ?
Bakterifage atau biasa juga disingkat fag supaya lebih mudah untuk mengucapkannya, merupakan virus yang dapat menyerang bakteri namun tidak menyerang manusia. Nama bakteriofag sendiri berasal dari kata ‘bakteria’ yang berarti bakteri, dan ‘fag’ (phagein) yang artinya memakan.
Jadi sederhananya virus ini memang memakan bakteri, dimana mereka akan menghancurkan sel inangnya untuk bertahan hidup dan reproduksi. Bakterifage pertama kali ditemukan pada tahun 1915 oleh ahli bakteriologi asal Inggris. Saat ini ditemukan fakta bahwa keberadaan virus tersebut dapat menjadi salah satu faktor pembunuh bakteri.
Setelah berbagai penelitian mengenai bakterifage, dunia teknologi pangan bahkan menemukan potensinya untuk melawan infeksi dari bakteri. Sehingga virus ini dapat berfungsi sebagai alternatif dari antibiotik. Meski begitu, terapi jenis tersebut masih menuai beberapa kontroversi.
Sebab dikhawatirkan dapat memicu sistem imun yang bereaksi berlebihan, dan belum diketahui pula berapa rekomendasi dosisnya yang pas atau seperti apa kekurangan kekurangan lainnya. Adapun cara bakteriofage membunuh bakteri dalam terapi tersebut sejatinya yaitu dengan menyuntikkan gen DNA atau RNA.
Sehingga virus akan memperbanyak atau mereproduksi dirinya di dalam bakteri. Yang mana dalam satu bakteri bisa terdapat lebih dari seribu virus baru. Inilah yang membuat bakteriofage mampu memecahkan bakteri selama menghasilkan virus baru. Dan sama seperti virus lain, bakteriofag akan menjalani hibernasi sampai ada bakteri lain yang dapat menjadi inangnya.
Klasifikasi Bakteriofage
Bakteriofage diklasifikasikan oleh ICTV (Komiter Internasional tentang Taksonomi Virus) berdasarkan genom dan morfologi. Atas dasar genomnya, bakteriofage dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis. Antara lain sebagai berikut.
- – ds-RNA
- – ss-RNA
- – ds-DNA
- -Ss-DNA
Siklus Hidup Bakteriofage
1. Siklus Litik
Siklus hidup bakteriofage mempunyai dua jenis, yaitu siklus litik dan lisogenik. Yang pertama ada siklus litik atau disebut pula sebagai siklus virulen atau infeksi. Jadi bakteriofage akan memasuki fase virulen atau menginfeksi sel inang dengan langkah penempelan, adsorpsi, penetrasi, replikasi, perakitan, dan lisis sel.
Pada langkah penempelan, paku ekor virus akan mengenali situs reservoir pada bakteri inang kemudian menempel padanya. Sehingga gugus amino dari sel inang pun bereaksi dengan gugus karboksil dari bakteriofage. Reaksi ini membuat serat ekor mengeluarkan enzim litik yang menciptakan lubang pada sel inang dan melewati sitoplasma.
Berikutnya akan dilakukan penetrasi, dimana bahan genetik fag menembus sampai ke dalam bahan genetik inang. Apabila penetrasi sudah selesai dilakukan, mRNA akan bergerak keluar dari nukleus sitoplasma. Berikutnya mRNA menerjemahkan untuk membentuk kapsid protein dan menghasilkan keturunan virion. Pada tahap lisis yang terakhir, virus membunuh sel bakteri dan melepaskan 100 hingga 200 virus baru.
2. Siklus Lisogenik
Selain siklus litik, bakteriofae juga memiliki siklus lisogenik. Siklus yang disebut pula dengan nama non infeksi atau siklus ini tidak terjadi dengan fag membunuh bakteri. Itulah kenapa fase ini disebut sebagai fase tidak menular. Namun langkahnya kurang lebih hampir mirip, yaitu penempelan, penetrasi, penggabungan materi genetik, replikasi, pembelahan sel, dan induksi.
Penempelan pada siklus lisogenik terjadi ketika fag lisogenik mengenali situs reseptor inang menggunakan paku mereka. Serat ekor pun kemudian menempel pada permukaan sel inang dan melepaskan enzim lisogenik setelah memasuki fase penetrasi. Tujuannya yaitu untuk membuat pori, yang mana bahan genetiknya dapat masuk ke sitoplasma milik inang.
Baru kemudian terjadi penggabungan materi genetik atau disebut sebagai integrasi materi genetik. Selama fase ini, DNA fage dimasukkan ke dalam materi genetik yang membentuk kompleks progeni baru. Jadi selama prosesnya tidak melibatkan transkripsi dan translasi. Profag pun akan bereplikasi ketika genom bakteri bereplikasi. Terakhir, terjadi pembelahan sel yang membuat virus semakin banyak.