PADEK.JAWAPOS.COM-Gunung Marapi yang berada di wilayah Kabupaten Agam dan Tanahdatar, Sumatera Barat kembali erupsi, Senin (4/12/2023). Informasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), erupsi terjadi pukul 08:22 WIB.
Tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak gunung dengan ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah barat daya.
Sehari sebelumnya, Minggu (3/12/2023), Gunung Marapi di Sumbar meletus dengan kolom abu teramati membubung setinggi 3.000 meter. Letusan itu terjadi sekitar pukul 14.54 WIB.
Akibat kejadian tersebut, Kepala SAR Padang Abdul Malik mengungkapkan hingga Senin (4/12/2023) pagi, sebanyak 11 orang pendaki dilaporkan meninggal dunia, dan 12 orang masih dalam proses pencarian.
Peningkatan Aktivitas
Sementara itu, dikutip dari laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mengutip keterangan PVMBG, terungkap bahwa gejala peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Marapi yang dapat terjadi erupsi bersifat eksplosif sudah berlangsung sejak Januari 2023. Maka, status tetap di level II (Waspada) karena sewaktu-waktu dapat erupsi seperti yang terjadi kemarin.
Di sisi lain, secara instrumental ada peningkatan sedikit dan itupun hanya alat yang di puncak yang merekam. Artinya sumber tekanan relatif dekat puncak atau di bawah kawah.
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi secara menyeluruh hingga 16 November 2023, tingkat aktivitas Gunung Api Marapi masih tetap pada Level Il (Waspada) dengan rekomendasi yang disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini. Yakni, masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan pada radius 3 km dari kawah/puncak.
“Masyarakat yang ada di sekitar Gunung Marapi diharapkan tenang tidak terpancing isu- isu tentang letusan G. Marapi. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, kemarin.
Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak abu vulkanik bagi kesehatan. Mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
Rentetan Erupsi Gunung Marapi
Gunung Marapi merupakan salah satu gunung api yang paling aktif di Pulau Sumatera. Berdasarkan data Global Volcanism Program, Smithsonian Institution, sepanjang sejarah letusannya, belum ada terjadi aliran lava di luar kawah puncak Marapi yang dilaporkan.
Sedangkan catatan kejadian yang dilansir BNPB, gunung api ini pernah erupsi pada 8 September 1830 dengan mengeluarkan awan berbentuk kembang kol abu-abu kehitaman dengan ketebalan 1.500 meter di atas kawahnya, disertai dengan suara gemuruh.
Luca D’Auria dari Volcanological Institute of the Canary Islands (INVOLCAN) dalam tulisannya di laman Harvard University menyebutkan bahwa tahun 1975 terjadi letusan dengan fase eksplosif magmatik dan freatik serta semburan lumpur dan lahar yang menimbulkan korban jiwa di wilayah sekitar Gunung Marapi.
Selain itu dikutip dari laman BNPB, pada 30 April 1979 menurut laporan pers pada saat itu disebutkan 60 orang meninggal dunia akibat letusan Gunung Marapi dan disebutkan juga 19 orang pekerja penyelamat terperangkap oleh tanah longsor.
Berikutnya memasuki akhir tahun 2011 hingga awal tahun 2014, Gunung Marapi menampakkan peningkatan aktivitasnya melalui letusan yang menyemburkan abu dan awan hitam.
Menurut catatan di akhir tahun 2011, semburan abu terbawa angin hingga mencapai Kabupaten Padang Pariaman.
Selanjutnya pada tanggal 26 Februari 2014, Gunung Marapi meletus pukul 16.15 WIB, melepaskan beberapa material hingga ke wilayah Kabupaten Agam dan Tanahdatar.
Adapun tanggal 7 Januari 2023, Gunung Marapi mengalami erupsi pada pukul 06.11 WIB. Saat Gunung Merapi erupsi, diketahui ada sejumlah pendaki yang masih berkemah. Padahal sebelumnya sudah ada imbauan kepada masyarakat, wisatawan maupun pendaki agar tidak mencapai puncak.(*/esg/rid)