Selama dua hari pelaksanaan crash program polio (CPP), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Padang mencatat, angka imunisasi polio terhadap balita di Kota Padang baru mencapai 8,9 persen. Untuk itu, Dinkes Kota Padang mengimbau seluruh masyarakat agar memberikan balita mereka suntik imunisasi polio dalam rangka mengantisipasi penyakit tersebut.
Kepala Dinkes Kota Padang, Sri Kurnia Yati kepada Padang Eskpres menjelaskan, pasca pandemi Covid-19, tidak bisa dipungkiri memberikan imbas terhadap capaian imunisasi pada anak di Kota Padang. Sehingga hal ini tidak menutup kemungkinan anak akan rentan terhadap virus polio.
“Sebab satu saja kasus polio yang ada di Indonesia, akan menjadi kasus kejadian luar biasa. Apalagi provinsi tetangga kita Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tahun 2022 kemarin ditemukan positif polio. Sehingga, provinsi itu langsung digencarkan crash program polio. Dan semuanya sudah disuntik polio,” jelasnya.
Maka dari itu, untuk mencegah kasus tersebut menyebar di Sumbar khususnya Kota Padang, digencarkan pula CPP dengan sasaran balita usia 0-59 bulan.
“Alhamdulillah sekarang Sumbar dan Riau untuk mencegah tersebut, juga mendapat crash program polio. Tentu hal ini baik bagi kita khususnya Kota Padang. Jangan sampai, kasus serupa ikut muncul di Kota Padang,” katanya.
Dia menyebutkan, meskipun belum ditemukan kasus polio di Kota Padang, masyarakat ditegaskan jangan menunggu ada kasus terlebih dahulu baru diobati. Ia menegaskan jangan tunggu dulu ada kasus anak lumpuh mendadak baru bergerak mengobati. Akan lebih baik jika penyakit dicegah sebelum terdampak.
“Jangan sampai karena ketidaktahuan, ketidakmauan kita untuk mengimunisasi anak, semuanya menjadi positif. Kasus membuat anak lumpuh mendadak dan tidak bisa dioati. Maka dari itu, mari kita bersama-sama menggencarkan crash program polio pada anak di Kota Padang,” terangnya.
Ia mengatakan CPP telah dilakukan sejak tanggal 6 Maret 2023 kemarin, dan akan terus berlanjut hingga seminggu ke depan. Di Kota Padang menargetkan capaian CPP yaitu sebesar 95 persen.
Jika pada tanggal 13 Maret mendatang target belum tercapai, maka akan diberlakukan penambahan waktu lima hari lagi, sehingga ini akan berdampak baik untuk pencegahan anak dari polio.
“Jika kita bisa capai angka 100 persen, tentu ini menjadi hal yang bagus bagi kita orangtua untuk kesehatan anak kedepannya. Apalagi polio ini penyakit yang berbahaya, ketika terdampak anak akan lumpuh mendadak, tidak ada gejala apapun, dan ini juga tidak bisa diobati,” terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, khusus di Kota Padang ditargetkan sebanyak 77.624 balita harus diberikan imunisasi polio. Pihaknya pun telah mengevaluasi pelaksanaan CPP selama dua hari belakangan. Dua hari tersebut pun ditargetkan harus tercapai sekitar 11.643 balita yang telah diberikan imunisasi polio.
“Jadi sasaran kita adalah anak-anak usia 0-59 bulan. Jadi kalau kita bicara kota padang cukup tinggi sasarannya. Dari data Pusdatin Kementerian Kesehatan ada sebanyak 77 ribu 624 orang balita yang menjadi sasaran kita yang harus diberikan imunisasi polio,” sebutnya.
Sri menyayangkan usai evaluasi pelaksanaan CPP dua hari belakangan baru tercapai angka 8,5 persen atau sebanyak 6.574 balita yang telah diimunisasi polio. Sehingga ia pun sangat berharap seluruh orangtua berkenan untuk mengantarkan anaknya imunisasi polio.
“Selama dua hari pelaksanaan CPP ini kebanyakan yang kita temui banyak orangtua yang tidak membawa anaknya langsung ke pos, sehingga yang diberikan imunisasi polio pun baru sedikit. Hal ini tentu mengkhawatirkan kita. Kalau ditanya tentu kita sangat tidak ingin terjadi kasus polio di Padang,” tegasnya.
Sri mengungkapkan bahwa saat ini sudah dibentuk sebanyak 1.512 pos menyebar di Kota Padang. Pos dibuka seluas-luasnya, baik puskesmas, rumah sakit, tempat praktek dokter mandiri, dan posyandu.
“Alhamdulillah kita juga dibantu oleh organisasi profesi IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Insya Allah dengan kerjasama kita dengan seluruh pihak kita berharapnya bisa mengejar target,” ujarnya. (cr4)