Beragam Kisah Meriam Tegak Dabo Singkep
Ajaibnya Tuhan yang menciptakan segala sesuatu di semesta alam ini senantiasa berpasangan. Tidak hanya jenis kelamin dan warna, bahkan mampu melampaui hal yang tak terukur, misalnya kisah di balik meriam tegak yang hingga detik ini tidak ada sesiapapun mampu mencabutnya, merupakan pasangan pemikiran antara rasional dan irasional.
Tanjungpinang – Wanita renta itu bernama Arah, masyarakat biasa menyapanya Nek Arah, berdarah asli Negeri Timah Dabosingkep. Hanya, 10 tahun belakangan ini lebih banyak menghabiskan waktu di Tanah Gurindam.
Bersama anak bungsunya, Nek Arah tampak bugar. Terlebih sudah ada beberapa cucu yang menjadi dopping semangat hidupnya.
Tanjungpinang Pos berkunjung di rumah kedua Nek Arah di wilayah Batu Hitam, Tanjungpinang. Tentunya ada maksud dan tujuan yang hendak disampaikan. Terutama mengenai daya ingatnya yang masih fasih merekam kisah irasional sebuah meriam yang tegak dan tak bisa digoyahkan. Konon alat berat sekalipun takluk dihadapan meriam dengan panjang sekitar 3 meter.
”Itulah bukti Tuhan nak (mau) menunjukkan betape kuatnye pempuan (perempuan) yang selame ni dianggap lemah,” ucap Nek Arah membuka kisah sejarah meriam tegak yang berselimut misteri tersebut.
Tidak ada yang tahu pasti, kapan tarikh fenomena tersebut terjadi. Bahkan Nek Arah sekalipun mengakui cerita yang dikenangnya hingga kini merupakan warisan dari kakeknya dulu semasa hidup.
”Dulu, jangankan nak (mau) berkodak (berfoto) di situ, melintas depan meram aje dah meremang (merinding) bulu tengkuk,” ujarnya mencoba mengambarkan kembali suasana dan kondisi meriam di tahun 50-an di masa Nek Arah masih remaja.
Memang bagi masyarakat Dabo sendiri, kisah yang mengiringi meriam tegak tersebut sangat beragam, meski selalu berakhir sama yang dibumbui dengan nuansa mistis yang kental. Seperti halnya kisah yang dituturkan Nek Arah. Menurutnya, dahulu kala di kawasan tersebut berdiri kokoh sebuah istana. Raja yang berdaulat memiliki seorang putri bernama Encik Walek.
Konon, Encik Walik ini tidak hanya jelita parasnya. Namun, juga memiliki kedigdayaan yang tak bisa terkalahkan, hingga suatu waktu datanglah seorang hebat dari kerajaan seberang hendak menguji kehebatan Encik Walek.
Kata Nek Arah, putri jelita itu meminta restu terlebih dahulu dengan ayahnya, merasa mendapati lampu hijau tanda setuju. Encik Walek mengajak si penantang untuk ke tepian pantai.
Seiring perjalanan, pemuda yang merasa hebat tersebut terlalu sombong dan angkuh akan kesaktian yang dimilikinya.
Encik Walek mengatur siasat hendak memalukan pemuda yang sombong tersebut. ”Jadi, Encik Walik itu bilang lah dengan pemude itu, tak usah dulu kau belawan (tarung) dengan aku, cukup kau angkat dulu meriam ini, kalau tercabut, baru boleh kite belawan,” kata Nek arah berkisah.
Merasa tantangan yang diajukan sangat ringan, sang pemuda menerimanya sambil mencemooh Encik Walek. Alkisahnya, setelah meriam tersebut tertancap, sang pemuda tidak bisa mencabutnya dan merasa malu dengan kesombonganya.
”Jadi, pemude itu malu hati, tubuhnye meleleh dan berderai jadi timah. Sebab itulah di Dabo banyak timah,” papar Nek Arah.
Meski terkesan cerita yang disampaikan nenek-nenek usia uzur tersebut kurang bisa diterima akal sehat, namun faktanya hingga detik ini, meriam sederhana tersebut masih kokoh tegak tertancap menghadap langit. Bahkan beberapa warga Dabo mengakui dan menyaksikan bagaimana tangkai alat berat menjadi bengkok ketika mencoba memindahkan posisi meriam saat adanya pelebaran jalan.
Meriam tegak hanya salah satu dari sekian banyak hal keajaiban yang Tuhan buktikan, meski banyak ragam cerita yang tersebar di masyarakat. Tampaknya Nek Arah begitu meyakini cerita versi kakeknya, tampak berita tersebut tak segan diulang-ulanginya kepada cucu-cucu di usia sekolah dasar tersebut sebagai pengantar tidur. (Yoan S Nugraha)