Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) terus berupaya memberikan peluang kerja bagi generasi muda Ranah Minang. Tak hanya di dalam negeri, tapi juga peluang kerja ke luar negeri.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumbar, Nizal Ul Muluk menyebutkan beragam peluang kerja luar negeri ditawarkan Pemprov Sumbar. Sepanjang tahun 2022, sudah 259 orang yang dilepas bekerja ke luar negeri, mulai ke Malaysia hingga Jepang.
“Kita telah melepas 104 orang magang ke Jepang dengan 11 orang dikirim melalui BP2MI, dan 155 orang pekerja dikirim ke negara Malaysia,” kata Nizam kepada Padang Ekspres pada Selasa, (14/3).
Menurutnya, pelepasan 259 orang Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) itu ke luar negeri atas kerjasama dengan Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sumbar. Termasuk kolaborasi dengan Balai Pelatihan Vokasi dan Perindustrian (BPVP) Padang.
“Sejauh ini terkait kuota magang ke Jepang tidak bisa ditargetkan. Kita menjalin kerjasama tidak hanya dengan BP2MI, BP3MI Sumbar dengan BPVP Padang, juga dengan banyak lembaga pelatihan kerja,” terangnya.
Dalam hal ini ia pun mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada pihak BP3MI Sumbar, dan penyelenggara BPVP Padang yang telah bersama-sama fokus serta konsen untuk bisa menyalurkan sebanyak-banyaknya tenaga kerja di Sumbar ke luar negeri.
Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri ini, lanjutnya karena mempertimbangkan daerah Sumbar tidak banyak memiliki Sumber Daya Alam (SDA). Berbeda dengan daerah lain, seperti Sulawesi Barat atau Maluku Utara yang memiliki banyak perusahaan yang menyerap tenaga kerja.
Khusus program magang ke Jepang dan penempatan tenaga kerja ke luar negeri, menurutnya merupakan salah satu cara untuk mengatasi persoalan pengangguran yang terjadi di Sumbar. Adapun angka pengangguran yang terjadi di Sumbar hingga 2022 lalu yaitu sebanyak 65.280 atau 6,28 persen.
Menurutnya, dengan banyaknya para sarjana yang wisuda atau D3 dan S1 setiap tahunnya lebih kurang 50 ribu orang per tahun. Hal ini merupakan tantangan yang berat, termasuk bagi Pemprov Sumbar.
“Sehingga memang melalui magang ke Jepang dengan penempatan tenaga kerja ke luar negeri ini merupakan solusi mengatasi angka pengangguran di daerah,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan tahun 2022 lalu Pemprov Sumbar bersama lembaga terkait telah melepas sebanyak 259 orang untuk magang dan bekerja ke luar negeri itu. Kendati begitu, memang tak semudah membalik telapak tangan. Pasalnya, tenaga kerja yang dikirim harus punya kompetensi.
“Rata-rata lembaga terkait aktif mengirim tenaga kerja, tapi memang tidak mudah. Mereka harus melakukan pelatihan dulu. Sekolah dulu lebih kurang 6 bulan, dan itu memang tidak ada paksaan. Dominannya paling banyak magang ke Jepang itu perempuan,” lanjutnya.
Kepala BP3MI Sumbar, Bayu Aryadhi mengatakan terkait program pelatihan kerja sama pihaknya dengan BPVP Padang sudah dimulai sejak tahun 2019. Artinya pelatihan ini merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam hal penyiapan kompetensi dari sisi bidang bahasa Asing. Salah satunya, yang sudah dijalankan bahasa Jepang.
“Sebenarnya proyek peluang bekerja keluar negeri bukan hanya di Jepang. Kami konsen di program G to G, karena G to G adalah program pemerintah dengan pemerintah,” imbuhnya.
Dia mengakui, memang ada keterbatasan dua kelas setiap tahunnya, sebab kelas yang diselenggarakan oleh BPVP Padang setiap kelasnya hanya 16 orang, sehingga total setahun 32 orang. “Rata-rata dari 32 orang itu yang berhasil mengikuti program G to G itu kurang lebih 50 persen, artinya ada 16 orang 12 orang,” lanjutnya.
Dari pemaparan Bayu, hingga saat ini program ini telah menamatkan sebanyak 6 angkatan dengan jumlah lulusan 94 orang. Rinciannya, dimana 42 orang di antaranya telah diterima bekerja dan magang di Jepang, yakni 30 orang program G to G, serta 12 orang program non G to G.
“Jadi kegiatan ini juga dalam rangka memberikan pembekalan bagi peserta program Kelas Bahasa Jepang yang telah selesai melaksanakan pelatihan untuk mengikuti seleksi program G to G Jepang Batch XVII, yang telah dibuka mulai tanggal 15 Februari s.d. 16 Juni 2023,” ucap Bayu.
Selain itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait peluang kerja ke luar negeri. Pasalnya, peluang bekerja di dalam negeri terbatas. Sementara tenaga kerja di luar negeri sangat dijamin dan dilindungi pemerintah. Apalagi negara Jepang termasuk negara yang paling aman dan memiliki gaji yang besar.
“Minimal gaji untuk perawat lansia di Jepang dimulai dengan angka 18-24 juta. Kalau lulusan SMA Program G to G ke negara Korea. Untuk saat ini di Sumbar belum terlihat. Padahal di pulau Jawa hampir setiap minggu lebih 100 orang dikirim BP2MI itu melepas PMI ke negara Korea Selatan,” terangnya.
Sementara Kepala BPVP Padang, Eka Cahyana Adi menambahkan kebutuhan pasar kerja di luar negeri telah berubah seiring pertumbuhan ekonomi secara global. Dampak perubahan komposisi demografi dunia ini lebih meminta keterampilan yang bersertifikasi, serta mengurangi pengiriman PMI yang kebanyakan berpendidikan maupun berketerampilan rendah.
“Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki tingkat ketrampilan sebagai salah satu bentuk perlindungan bagi PMI. Intervensi pemerintah dapat berupa penyiapan CPMI sektor informal berkeahlian dan formal kompeten melalui aktivitas edukasi, pelatihan di BLK, perbaikan layanan dokumen dan layanan informasi pasar kerja,” jelasnya.
Terakhir, dia menilai lulusan pelatihan bahasa Jepang dari BPVP Padang memiliki kualitas sehingga mampu ditempatkan pada skema penempatan tersebut. Kemudian, potensi peluang kerja di luar negeri masih sangat besar dan terbuka dengan penghasilan besar, sehingga sangat bermanfaat baik untuk keluarga dan pembangunan ekonomi daerah Sumbar. (cr4)