Titiek Puspa disiplin mengonsumsi makanan tanpa bahan kimia serta rutin bermeditasi dan olahraga. Untuk mencegah penyakit, dia memilih air rebusan aneka daun.Titiek Puspa membungkus pisang goreng itu dengan tisu. Pelan-pelan, sembari ditekan-tekan. “Supaya minyaknya berkurang. Saya sudah tua, tidak boleh terlalu banyak mengonsumsi minyak,” katanya.
Usianya memasuki 80 tahun pada 1 November lalu. Tapi, Titiek Puspa tetaplah Titiek Puspa. Di hadapannya, usia seolah benar-benar sebatas angka.
Lihat saja pada Senin lalu (20/11) itu, penyanyi, penulis lagu, sekaligus aktris tersebut tampil begitu bugar di apartemennya di Jakarta Selatan. Kecantikannya juga tak pudar.
Rambut pendek penyanyi yang telah menghasilkan 15 album solo itu tersisir rapi. Polesan make-up nan rapi. Kerutan di wajahnya tak tampak. Entah karena tertutup foundation. Atau karena senyumnya terus tersungging yang, konon katanya, membuat siapa pun awet muda.
Kehati-hatian dia saat akan mengonsumsi pisang goreng tadi adalah sekilas contoh mengapa dia demikian “abadi” awet muda. Pernah mengidap kanker serviks pada 2009, perempuan yang mengawali debut akting lewat film Minah Gadis Dusun (1966) itu sangat disiplin dalam hal makanan.
Mi instan dan makanan berpengawet adalah pantangan baginya. Bahan makanan yang dikonsumsi harus segar, tanpa kandungan bahan kimia apa pun. Semua makanan atau minuman pun harus dibuat sendiri alias home cooking.
Titiek mengawali hari dengan sarapan yang benar-benar sehat. Setiap pagi ibu dua anak itu rutin mengonsumsi jus buah segar dengan bahan buah yang bervariasi.
“Atau sesekali salad buah potong segar,” kata penyanyi yang meluncurkan album pertama, Kisah Hidup, pada 1963 tersebut. Selain itu, untuk asupan protein, Titiek mengonsumsi putih telur rebus. Untuk makan siang dan malam, Titiek memperbanyak lauk berupa ikan air tawar yang rendah kolesterol dan sayur.
Makanan diolah dengan cara direbus, dimasak dengan sedikit minyak, atau bahkan mentah untuk sayuran. Semua makanan juga tidak menggunakan vetsin, melainkan bumbu alami seperti lengkuas, serai, daun salam, kunyit, atau rempah-rempah lokal.
“Nasi dua sendok aja. Karena setelah mengidap kanker, saya nggak bisa makan banyak-banyak,” kata Titiek. Supaya tetap kenyang, setiap dua jam dia nyemil buah atau agar-agar. Pelantun Kupu-Kupu Malam itu menerapkan sistem 80:20. Artinya, 80 persen asupan makanan benar-benar dijaga sendiri dan 20 persen sisanya ikut orang lain.
Itu dilakukan karena di usianya yang sudah kepala delapan sekarang ini, jadwal hariannya tetap padat. Dan, tiap kali berkunjung ke suatu acara atau tempat, dia sering menerima undangan makan.
Padahal, menu di restoran belum tentu sama dengan standarnya. “Makanya, kalau ke restoran, saya juga pilih menu yang sesuai dengan kondisi kesehatan saya,” katanya. Tapi, kalau harus ke restoran, Titiek sering tidak bisa menolak makanan yang disajikan. Makanan yang bervetsin pun akhirnya dimakan walau sedikit.
“Langsung deh kepala saya sakit kayak dipukul-pukul,” katanya, lantas tertawa. Kalau sudah begitu, Titiek biasanya memperbanyak minum air putih agar kembali pulih. Nenek 12 cucu dan 5 cicit itu juga menjauhi obat-obatan kimiawi. “Saya sudah bosan minum obat-obatan,” ujarnya.
Pilihan pelantun Bing tersebut lantas jatuh pada air rebusan aneka daun. Mulai rebusan daun salam, jahe, hingga daun lengkuas. Semuanya bermanfaat mencegah berbagai penyakit seperti asam urat, menurunkan kolesterol, dan menjaga daya tahan tubuh.
Meditasi juga menjadi salah satu andalan Titiek. “Saya meditasi sejak 2009, pas saya divonis mengidap kanker serviks,” ungkapnya. Ketika itu, setelah dirawat di RS Mount Elizabeth Singapura karena kanker serviks stadium 2 yang hampir masuk stadium 3, Titiek lantas kembali ke Indonesia karena tak kuat dengan rasa sakitnya selama dirawat di Singapura.
Atas anjuran seorang teman, Titiek lantas menjalani terapi meditasi selama 13 hari untuk upaya penyembuhan kanker. Menurut Titiek, cukup mudah melakukan meditasi itu. Duduk tenang, pikiran rileks. Mata dipejamkan, lidah ditekuk ke dalam. “Bernapas teratur lewat hidung, lalu diam saja selama satu jam,” ujar Titiek. Selama sejam, tubuh sama sekali tidak boleh bergerak. Mengantuk pun tidak boleh.
Saat dalam kondisi seperti itu, saraf dalam tubuh akan bekerja untuk mencari titik akupunktur atau bagian tubuh yang rusak. “Aura atau chi dalam tubuh akan memerintah saraf untuk memperbaiki titik yang rusak dan memperbaikinya,” jelas Titiek. Benar saja, setelah melakukan selama 13 hari setelah pulang dari Singapura, Titiek sembuh dari kanker serviks. Saat menjalani checkup di Singapura pun, dia dinyatakan telah bebas dari penyakit itu.
Di matanya, rahasia di balik meditasi adalah saat akan memulainya, dia meminta izin kepada Tuhan. “Saya minta izin untuk memperbaiki tubuh saya, karunia-Nya, yang sudah saya rusak. Saya minta supaya Dia mengizinkan dan membimbing saya,” katanya.
Karena itu, hingga kini Titiek masih menjalankan meditasi andalannya. Titiek biasanya melakukan meditasi di kamar tidurnya. Dalam sehari, istri almarhum Mus Mualim tersebut melakukan lima kali meditasi.
Selain meditasi, Titiek menjalani olahraga ringan. Karena tidak bisa melakukannya pada hari yang sama, Titiek harus memilih salah satu. “Kalau meditasi, tidak usah olahraga. Kalau olahraga, tidak usah meditasi,” kata penghobi tanaman itu. Olahraga yang dilakukan, antara lain, stretching seluruh badan dan bersepeda statis. Keduanya dilakukan saat pagi, antara pukul 7 sampai 8, dekat jendela kamar. Sehingga tubuh bisa mendapat sinar matahari yang kaya vitamin D. Tidak heran, tubuh tuanya masih bisa bergerak lincah dan sigap karena punya tulang dan otot yang sehat.
Itu pula sebabnya, berbagai tawaran tampil di berbagai acara on air maupun off air masih dia terima. Sejumlah proyek album juga masih sempat dia garap.
Yang terakhir adalah album anak-anak bertajuk Untuk Anak-Anak Indonesia. Dalam album tersebut, para penyanyi cilik yang tergabung dalam Duta Cinta membawakan lagu-lagu ciptaan Titiek Puspa.
Selain musik, sesekali Titiek masih menerima tawaran akting dan syuting iklan. Saat berada di rumah pun, Titiek tidak mau hanya melamun. “Saya biasanya mencoba bikin lagu atau menulis apa pun supaya tetap produktif. Prinsip saya, tidak boleh melamun dan tidak boleh malas,” tegasnya.
Untuk menjalani kegiatan yang begitu banyak, Titiek punya kuncinya, yakni sigap dan disiplin waktu. Segala sesuatu harus dipersiapkan dengan baik. Agar tidak kewalahan, Titiek juga dibantu enam asisten dengan pembagian tugas yang berbeda-beda. Ada yang mengurusi jadwal kegiatan, makanan, kebutuhan pribadi, rumah, dan transportasi.
Dalam bekerja pun, Titiek tidak mau terburu-buru dan stres. Tiap kali menggarap proyek, dia menjalaninya dengan santai, tapi konsisten. Sebab, tujuan utamanya berkarya pun bukan untuk kepentingan pribadi, tapi untuk sesama.
“Buat saya, kebahagiaan terbesar adalah melihat orang lain, terutama anak-anak, terhibur dengan karya saya,” katanya. Kini Titiek mengaku masih ingin terus berkarya. Terlebih untuk anak-anak Indonesia. Keberhasilan album Untuk Anak-Anak Indonesia meraih Penghargaan Double Platinum juga membuatnya semakin bersemangat menciptakan lagu buat anak-anak. “Saya mau mengajak mereka lebih cinta dan bangga terhadap Indonesia. Itu sudah menjadi impian besar saya,” ujar Titiek. (*)
LOGIN untuk mengomentari.