Irigasi Tertimbun Material Longsor
Tiga jorong di Kenagarian Salimpaung, Kabupaten Tanahdatar kekeringan. Penyebabnya, saluran irigasi utama tertimpa material longsor. Meski masyarakat setempat telah gotong royong untuk membersihkan material longsor, namun belum maksimal karena titik longsor yang menutupi saluran cukup banyak.
Pantauan Padang Ekspres, sedikitnya ada 13 titik longsor menutupi saluran irigasi yang menjadi sumber pengairan sawah warga setempat. Sedikitnya lebih dari 150 hektare sawah di tiga jorong tersebut yakni Jorong Nan Duo Suku, Kototuo dan Nansambilan terancam kering.
Kondisi tersebut sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir, paskapembukaan jalan program manunggal pada tahun 2016 lalu di nagari tersebut. Ironisnya, meski telah diajukan proposal perbaikan ke Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten namun realisasinya tak kunjung dikerjakan. Saat ini warga hanya bisa berladang, sementara untuk mendapatkan beras warga terpaksa membelinya.
Dulah, 64, warga setempat menuturkan, sejak aliran irigasi tertimbun longsor akibat pembebasan jalan yang merusak saluran irigasi, ia hanya bisa berladang. “Kalau musim hujan seperti ini kami akan bercocok tanam,” sebut bapak dua anak itu saat ditemui Padang Ekspres, Minggu (16/7).
Kalau dulu meskipun musim kemarau mereka tetap bisa menanam padi karena air irigasi lancar yang berhulu dari Gunung Marapi. “Kami bisa apa, gotong royong sudah, di sekitar sawah saya ini ada sekitar 40 warga mengeluhkan hal yang sama dengan saya ini,” katanya.
J Dt Rajo Hitam, 60 menyebutkan aliran irigasi yang rusak itu juga mengakibatkan kekeringan di sejumlah irigasi tersier. Hulu kapala bandar yang rusak itu juga mengaliri irigasi yang ada di hilir. “Ada tiga jorong kami di sini yang berharap perbaikan dan ini sangat kami harapkan,” tuturnya.
R Dt Mangkuto Basa, ketua perbaikan kapalo banda menuturkan, ia bersama warga telah melakukan 12 kali gotong royong untuk membersihkan material longsor. Namun material tanah yang banyak dan berbatu membuat warga tak bisa berbuat banyak.
Ia bersama warga yang terdampak kekeringan telah memberitahukan kepada pihak Pemkab dan juga telah mengajukan proposal perbaikan ke Dinas PU Tanahdatar untuk diperbaiki. “Delapan bulan terakhir ini kami sering gotong royong, kami tidak cukup kuat mengangkat tumpukan tanah dan bebatuan yang menutup aliran bandar kami,” lirihnya.
Saluran irigasi tersebut dinamai Kapalo Banda Dataateh merupakan titik awal irigasi dari aliran sungai Batang Selo. Aliran kapalo banda Dataateh itu akan bermuara kepada aliran air Pukadang. Dari muara itu akan mengairi irigasi Bandar Lauang, Bandar Lubuak, Cimangkuak, Darek, Pasangpiapi, Banda Copek, Langkoto, Tampauang, Banda Daro hingga Bandar Kaki Bukik Gadang.
“Untuk tiga jorong ini alirannya sekitar 4 kilometer. Aliran dihulu ini ada 35 hektare dan hilirnya lebih luas lagi mungkin ada sekitar 150 hektare. Kami memiliki sawah tapi tak bisa ditanami padi, semoga saja dibenahi,” harapnya.
Rabain, Kepala Jorong Nanduo menyebutkan, saat ini pemerintah nagari telah menganggarkan Rp 7 juta untuk perbaikan awal, mengingat untuk perbaikan aliran kepala bandar Dataateh bermuara di tiga jorong.
Kalupun belum diperbaiki, lanjutnya, bersama kesepakatan tokoh nagari, dana perbaikan akan diambil dari anggaran masing-masing jorong untuk tahun 2018. “Ini bukan jorong Nan Duo Suku saja, dan tentu harus dana bersama karena dampaknya tiga jorong, semoga realisasi ini disegerakan,” ucapnya.
Kepala bandar yang rusak itu setelah dilakukan peninjauan ke lapangan yang mengalami rusak parah mencapai 500 meter. (*)
LOGIN untuk mengomentari.