Sebelum terjun ke rantai market TikTok, Wulan mengaku pernah berjualan di platform lain. Namun, dia mengakui bahwa TikTok Shop relatif memudahkan bagi pemula. Tidak butuh waktu lama baginya untuk meraup cuan.
“Saya bahkan pernah mendapatkan omzet paling banyak sekitar Rp 450 juta sebulan,” ungkap Wulan kepada Jawa Pos (grup Padang Ekspres) kemarin (4/10).
Perempuan asal Semarang itu aktif menjadi afiliator di TikTok Shop sejak April lalu. Dia affiliate pada banyak produk. Yang paling banyak adalah fashion wanita, fashion muslim, aksesori gadget, dan groceries (sembako).
Lantaran kemudahan meraih untung itu, Wulan cukup terkejut saat mengetahui TikTok Shop mendapat sorotan dari pemerintah. Dan, kemudian TikTok Indonesia menutup layanan social commerce TikTok Shop per kemarin pukul 17.00 WIB.
Mundurnya TikTok Shop dari perdagangan online di Indonesia tersebut buntut dari penegasan pemerintah mengenai aturan main social commerce yang tertuang di Permendag Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE).
Wulan mengakui, sejak mengenal TikTok Shop, dirinya lebih banyak menggantungkan pendapatannya pada platform tersebut. “Tentu saja sedih karena penghasilan saya hanya dari sini. Untuk saat ini belum ada planning mau apa (setelah platform tutup, red),” tutur Wulan.
Andre Oktavianus, salah seorang pelaku UMKM di TikTok Shop mengatakan, penutupan TikTok Shop akan sangat berdampak terhadap reseller maupun afiliator. Menurut dia, hampir 1.000 afiliator menggunakan konten foto dan video toko miliknya untuk berjualan di TikTok Shop.
Selain itu, sebagian besar afiliator tersebut merupakan ibu rumah tangga yang penghasilannya berasal dari TikTok. “Berdampak itu ke reseller-reseller, ke affiliate bakal terasa sekali. Jadi, bukan hanya UMKM, tetapi affiliate. Beberapa pendapatan mereka dari jualan di TikTok,” ungkapnya.
Andre dapat mengatakan demikian karena sebagai pedagang dirinya merasa masih memiliki alternatif untuk berjualan di kanal lain. Sebut saja melalui promosi Instagram atau lewat e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan sebagainya.
Pihak TikTok menyebutkan, ada 6 juta pelaku UMKM yang berjualan di TikTok Shop. Selain itu, hampir 7 juta kreator affiliate yang juga mencari pemasukan melalui TikTok Shop.
Tidak Berdampak Negatif
Sementara itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki dalam kesempatan terpisah meyakini penutupan TikTok Shop tidak akan berdampak negatif pada pedagang yang selama ini memanfaatkan platform tersebut.
“Tidak akan terlalu mengganggu. Para pelaku UMKM yang jualan online bisa memanfaatkan promo produk di medsosnya, di TikTok. Kalau penjualannya di-direct kepada link misalnya, nanti di multiplatform,” kata Teten.
Tidak dimungkiri banyak UMKM yang menggunakan TikTok Shop. Namun, pedagang juga bisa berdagang pada layanan e-commerce lainnya. “Tidak hanya TikTok Shop, bisa dijual di platform apa saja yang ada di Indonesia. Pembeliannya juga kan tinggal pindah channel saja,” jelasnya.
Teten menepis penutupan itu akan membuat bangkrut. “Kenyataannya para seller ini akan menjual di multiplatform. Nggak cuma di satu tempat,” imbuhnya.
Pada bagian lain, Presiden Joko Widodo menegaskan pentingnya melindungi kedaulatan digital Indonesia dengan menjaga aset digital. Juga, terus mempertahankan produk dalam negeri di pasar digital.
Hal tersebut disampaikan presiden dalam pengarahan kepada peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXIV dan alumni Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXV Tahun 2023 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) di Istana Negara kemarin (4/10). “Kandungan lokal kalau tidak bisa 100 persen barang, ya paling tidak 90 persen atau 80 persen,” kata Jokowi.
Presiden menjelaskan, Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar. Untuk itu, talenta-talenta digital perlu disiapkan. Tujuannya, Indonesia tidak hanya menjadi pasar. “Teman-teman saya menyampaikan waktunya hanya dua tahun dari tahun kemarin. Ini bukan barang yang mudah,” ujarnya.
Indonesia, kata Jokowi, tidak boleh hanya menjadi konsumen. Dia mengungkapkan bahwa sebanyak 123 juta masyarakat menjadi konsumen di pasar digital. Namun, 90 persen barang yang dibeli merupakan barang impor.
“Bahkan baju, kemarin ada yang dijual berapa, Rp 5 ribu. Artinya, di situ ada predatory pricing. Sudah mulai bakar uang,” katanya. Dampaknya bisa menguasai data dan perilaku konsumen Indonesia.
Jokowi pun mengingatkan seluruh masyarakat agar tidak terkena penjajahan era modern. Karena itu, presiden mendorong agar produk yang masuk ke pasar digital merupakan produk dalam negeri.
“Jangan sampai kita lena dalam hitungan bulan. Saya tidak mau terkena penjajahan era modern. Kita tidak sadar tahu-tahu kita sudah dijajah secara ekonomi,” bebernya.
Sebelumnya, di pembukaan pameran INACRAFT di Jakarta, Jokowi membeberkan potensi ekonomi digital Indonesia pada 2030 mencapai USD 360 miliar. Potensi itu sudah terlihat sejak beberapa tahun terakhir. Pada tahun lalu, ekonomi digital Indonesia mencapai USD 77 miliar. (agf/lyn/c17/fal/jpg)