BANDUNG BARAT – Warga yang bisa menyelamatkan diri sendiri saat ada bencana menurut penelitian hanya 30 persen. Sisanya ditolong orang lain, dibantu tetangga terdekat, relawan, dan sebagainya. Untuk itu, upaya latihan kesiapsiagaan bencana ini sangat penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.
“Kondisi tersebut mengidentifikasikan bahwa keilmuan terhadap penyelamatan diri masih rendah, levelnya masih di 30 persen,” kata Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, pada puncak Hari Kesiapsiagaan Bencana 2019 yang diadakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (26/4).
Ridwan Kamil mengingatkan Jabar merupakan provinsi yang rawan bencana. Semua bencana ada, tercatat gempa bumi dengan potensi gempa magnitudo 8,7 dan potensi sesar aktif di darat, seperti sesar aktif yaitu sesar Cimandiri, sesar Lembang, dan sesar Baribiris.
Selanjutnya, tambah Ridwan Kamil, tanah longsor di bagian selatan Jabar, banjir di bagian utara dan tengah Jabar. Tujuh gunung api aktif, serta potensi tsunami di semua pantai selatan Jabar, dan lain-lain.
“Mudah-mudahan dengan hadirnya relawan bela alam, tingkat pengetahuan penyelamatan diri dapat meningkat, sehingga nanti yang ditolong yang betul-betul tidak punya daya upaya oleh pihak ketiganya. Insya Allah, Provinsi Jabar tahun ini menjadi provinsi yang paling siap dalam menghadapi kebencanaan,” harap Ridwan Kamil.
Aksi Nyata
Kepala BNPB, Doni Monardo, mengatakan hari kesiapsiagaan bencana bukanlah semata-mata seremoni, tetapi mengedepankan aksi nyata. Aksi tersebut berupa pemeriksaan keberadaan dan keberfungsian kelengkapan sarana dan prasarana keselamatan.
“Aksi tersebut, antara lain memeriksa rambu dan jalur evakuasi yang aman serta titik kumpul, tersedianya alat pemadam api, manajemen keselamatan bangunan-bangunan bertingkat, dan sebagainya. Kami juga melatih evakuasi dengan tenang dan tidak panik merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi ancaman bencana,” kata Doni.
Kegiatan hari kesiapsiagaan bencana 2019, kata Doni, mengusung tema Perempuan sebagai Guru Kesiapsiagaan dan Rumah sebagai Sekolahnya. Selain pentingnya pendidikan dini, perempuan dan ibu dipilih karena memiliki sifat melindungi, aktif dalam kelompok sosial dan komunitas, serta merupakan sosok pembelajar.
“Selama ini, perempuan termasuk salah satu kelompok yang paling banyak menjadi korban bencana karena kurang pemahamannya akan risiko,” ungkapnya. ola/N-3