Ribuan warga di berbagai penjuru Amerika Serikat menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran menolak kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum presiden. CNN melaporkan, setidaknya protes anti-Trump ini terjadi di tujuh kota, termasuk New York City, kampung halaman Trump. Ribuan orang di New York berarak dari ruas jalan Midtown Manhattan menuju Trump Tower sambil berteriak, “Bukan presiden saya! Bukan presiden saya!”
Setibanya di depan Trump Tower pada Rabu (9/10) malam waktu setempat, mereka membakar bendera Amerika Serikat. Polisi terlihat bersiaga ketat di sekitar lokasi. Sementara itu di Chicago, lebih dari seratus orang berkumpul di depan Trump International Hotel sambil menggemakan yel-yel seperti, “Tolak Trump! Tolak KKK! AS tidak rasis!” Kepolisian Chicago pun menutup beberapa ruas jalan, mencegah persebaran massa ke daerah lain. Hingga kini, tak ada laporan kericuhan dalam unjuk rasa itu.
Salah satu demonstran, Adriana Rizzo, terlihat memegang poster bertuliskan, “Nikmati kebebasan kalian selagi bisa!” Ia mengaku khawatir dengan masa depan Amerika jika dipimpin oleh sosok yang dalam kampanyenya kerap melontarkan komentar rasis dan sarat unsur diskriminasi terhadap kaum pendatang juga Muslim. “Saya sangat khawatir dengan apa yang akan terjadi di negeri ini,” katanya sambil terus mengacungkan poster yang ia bawa.
Orang di sekitar Rizzo kemudian berteriak mengenai tembok Meksiko. Dalam kampanyenya, Trump pernah menyampaikan gagasan untuk membangun tembok di sepanjang perbatasan dengan Meksiko untuk mencegah masuknya imigran gelap. “Saya sangat khawatir dengan tumbuhnya nasionalisme putih dan ini merupakan cara saya untuk melawan hal semacam itu,” kata Rizzo,
Seiring dengan semakin larutnya malam, kian banyak warga yang turun ke jalan, termasuk di Philadelphia dan Boston. Sejumlah organisasi massa juga merencanakan aksi di San Fracisco, Los Angeles, Oakland, dan California, sementara aksi protes di Austin dan Texas terus berlanjut.
Anak sekolah bolos demi unjuk rasa
Tak hanya orang dewasa, anak-anak sekolah di AS bahkan rela tak masuk sekolah demi ikut serta dalam unjuk rasa bersama gurunya. Salah satu demonstrasi terbesar digelar di California, di mana sekitar 1.500 siswa dan guru berdemonstrasi di halaman Sekolah Menengah Tinggi Berkeley di California, kemudian melakukan long march ke kampus Universitas California di Berkeley sambil berteriak, “Bukan presiden kami!”
Di Los Angeles, sekitar 300 siswa SMA yang mayoritas keturunan Latin berarak ke Balai Kota, di mana mereka kemudian mengadakan unjuk rasa singkat, tapi bergemuruh. Sejumlah staf sekolah terlihat mendampingi para siswa. Sementara itu, ratusan siswa lain juga membolos untuk menggelar aksi serupa di Seattle, Phoenix, Oakland, El Cerrito, dan Richmond. Di Universitas Texas, ratusan siswa juga dilaporkan berdemonstrasi di kampus mereka.
Rangkaian unjuk rasa ini merupakan kelanjutan dari demonstrasi di San Francisco Bay Area pada Selasa (8/11), ketika pemilu baru saja digelar. Dalam aksi tersebut, para pengunjuk rasa memecahkan kaca toko serta membakar tong sampah dan ban. Tak lama setelah aksi itu selesai, proses hitung cepat dimulai dan hasilnya, Trump berhasil mengalahkan rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
Namun dalam pidato kemenangannya, Trump menyerukan persatuan rakyat AS yang selama masa kampanye terbelah. “Untuk semua pendukung Republik, Demokrat, liberal, dan lainnya di penjuru negara ini, mari bersatu. Saya meminta kepada setiap warga negara, untuk bersatu,” kata Trump.
LOGIN untuk mengomentari.