in

Tren Kelompok Penceramah

Pengurus Bisa Pesan sesuai Selera Jamaah

Keberadaan lembaga atau kelompok yang memfasiltasi penceramah di Kota Padang saat ini semakin eksis. Pengurus masjid atau mushala pun terbantu akan keberadaan kelompok tersebut. Bahkan, karakteristik penceramah bisa di-request. Seperti humoris, yang bisa membuat menangis, dan lainnya.

Seperti Korp Mubaligh Muhammadiyah Nanggalo yang terbentuk secara independen sejak tahun 1991 dan mulai memfasilitasi penceramah sejak tahun 1992 hingga saat ini.

Diketuai Agusriadi, Korp Mubaligh Muhammadiyah Nanggalo berkantor di SMA 3 Muhammadiyah itu sudah memiliki kurang lebih 100 anggota aktif maupun pasif yang siap mengisi ceramah ke masjid atau mushala yang ada di Kota Padang bahkan Sumbar.

Latar pendidikan anggota kelompok ini beragam. Tak hanya lulusan dari universitas Islam saja, namun juga lulusan universitas lainnya. Tingkatan pendidikan ada yang masih berstatus mahasiswa hingga jenjang S-3 (doktor).

Lelaki yang juga menjadi staf pengajar MDA di Masjid Al Mukkaramah di Siteba ini menuturkan, saat ini seluruh anggota terdiri dari mubalig saja. “Kehadiran mubalig sangat penting untuk pendekatan emosional yang lebih terhadap audien, terutama wanita,” ucapnya saat ditemui Padang Ekspres, di Masjid Al Mukkaramah, Kamis (18/5) lalu.

Perekrutan anggota, tak ada kualifikasi khusus. Siapa saja yang berbakat, tidak menutup kemungkinan berasal dari mana saja. Untuk menjadi anggota harus silaturahmi terlebih dulu kepada anggota lain. Setelah itu barulah mengisi formulir yang di dalamnya ditegaskan bahwa ini mubalig Muhammadiyah.

Pelatihan terhadap mubalig dilakukan secara otodidak, namun tiap hari Jumat pagi diadakan diskusi di sekretariat. Lalu setiap malam minggu berkunjung ke rumah anggota untuk bersilaturahmi. Anggota yang bergabung tidak hanya berdomisili di Nanggalo saja, namun boleh dari kecamatan lainnya.

Promosi yang dilakukan Korp Mubaligh Muhammadiyah Nanggalo beragam. Seperti menyiapkan brosur, adanya kalender Muhammadiyah yang dikirim ke masjid maupun mushala. Bahkan juga sering mengundang pengurus masjid atau mushala terutama imam masjid. 

Kegiatan ceramah tak hanya dilakukan selama Ramadhan. Namun bulan lainnya Korp Mubaligh Nanggalo rajin mengirim anggotanya untuk berceramah. Seperti ceramah Jumat, wirid mingguan masjid atau mushala, acara takziah, majelis taklim, dan hari besar Islam.

Masalah honor, Korp Mubaligh Muhammadiyah Nanggalo tidak mematok harga. Diserahkan sepenuhnya pada pengurus masjid atau mushala. Mubalig yang mengisi ceramah pun bebas ingin memberi atau tidak dituntut memberikan sebagian honor kepada lembaga ini. 

“Kami bersifat kekeluargaan, tidak mengikat,” tutur Agusriadi sambil tersenyum. Korp Mubaligh Muhammadiyah Nanggalo memiliki uang iuran per bulannya. selain itu setiap tahunnya selesai Ramadhan, anggota diharapkan menyumbang satu amplop yang jumlahnya tidak dipatok berapa. 

Lelaki yang sudah menjadi ketua selama enam tahun ini mengatakan bahwa selama Ramadhan, 80 persen jadwal dari mubalig penuh untuk mengisi ceramah.

“Pengurus masjid atau mushala pun dapat meminta penceramah seperti apa yang diinginkan audien. Kalau audien dari kalangan pendidik, biasanya meminta penceramah yang berkonsep dan juga isi ceramah yang lebih serius. Namun apabila audien orang awam atau anak muda, penceramah yang diminta lebih santai dan memiliki selera humor,” jelas Agusriadi.

Salah satu anggota Korp Mubaligh Muhammadiyah Nanggalo, Putra Ikhlas An Nabil, mahasiswa STAI-PIQ Jurusan Program Pengkaderan Ulama Angkatan 2012 ini mengaku sudah bergabung di lembaga ini sejak tiga bulan lalu.

Lelaki asal Agam ini menuturkan sebelum bergabung ia sudah aktif mengisi ceramah dalam rangka belajar berdakwah sejak masih duduk dibangku tysanawiyah. “Saya ingin berdakwah bagi umat Islam dan ini sebagai bentuk pengabdian saya bagi umat Islam,” ucapnya kepada Padang Ekspres via aplikasi Whatsapp, Kamis (18/5).

Ikhlas mengaku, saat bergabung, maka jadwalnya sudah diatur oleh lembaga ini. Lelaki yang juga menjadi pengajar Al Quran di Rumah Quran Tar-Q Padang ini menambahkan banyak hal positif yang didapatkan setelah bergabung.

Karena tiap minggunya Korp Mubalig mengadakan pertemuan dan mengundang pemateri dari luar sehingga pengetahuan dapat bertambah. “Yang dibahas masalah-masalah yang sedang jadi trending topic di tengah masyarakat,” ucapnya.

Untuk tema ceramah yang dipilih, Ikhlas mengatakan kadang tergantung dari permintaan dari masjid atau mushala. Atau ia memilih sendiri topik yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat.

Selain Ikhlas, juga ada Azwir Kampay, mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang angkatan 2015 ini sudah bergabung di lembaga dakwah ini sejak tahun 2015. Namun, lelaki 23 tahun ini mengatakan ia tak begitu aktif mengikuti kegiatan Korp dikarenakan jadwal kuliah yang padat.

“Dalam 30 hari selama Ramadhan, 15 hari saya diutus ke masjid atau mushala, namun 15 hari lagi saya menjadi mubalig pengganti apabila ada yang tidak bisa hadir memberikan ceramah,” jelasnya.

Sebelum diutus untuk berceramah, mahasiswa jurusan Al Ahwal Asy Syakhsyah ini harus berlatih terlebih dahulu agar dapat memberikan penampilan yang baik. Azwir mengatakan dengan berkegiatan sebagai pendakwah melalui Korp Mubaligh Muhammadiyah Nanggalo, ia bisa menebarkan kebaikan.

Di sisi lain, Ikatan DaI Indonesia (Ikadi) Sumbar juga menfasilitasi dan mengarahkan para pendakwah dalam menyampaikan ketentuan ajaran Islam. Wakil Ketua Ikadi  Sumbar, M Ridho Nur menjelaskan ikatan yang dia pimpin sudah berdiri sejak tahun 2001, dan sudah menyebar di seluruh Indonesia.

Latar belakang berdirinya Ikadi karena problematika dakwah dan keumatannya yang semakin hari, semakin tidak terarah. Sehingga ikatan tersebut lahir untuk menfasilitasi dan mengarahkan para pendakwah dalam menyampaikan ketentuan ajaran Islam, sehingga tidak menyinggung dan mampu diterima masyarakat.

“Dalam hal ini fungsi kami memfasilitasi dalam menebar Islam rahmatan lil alamin. Jika memang ada kasus pemanfaatan target tarif dalam berdakwah pada satu ikatan tertentu, hal itu berhak dilakukan pengawasan, dan ditindaklanjuti. Kapan perlu jika ketahuaan bisa diberi pengarahan secara persuasif, kegiatan dakwah bukan untuk ajang menjual dan membeli jasa,” ungkapnya.

Sistem penyaluran penceramah, dilakukan sesuai kondisi permintaan tetapi masih dalam konteks tidak melanggar dari aturan keislaman. “Biasanya permintaan dari pengurus masjid bermacam-macam sesuai situasi dan kondisi. Misal untuk muhasabah berarti yang dibutuhkan adalah pendakwah yang mampu membuat jemaah berlinang air mata, namun tetap dalam konteks dakwah Islam,” tuturnya.

Adapun anggota dari ikatan ini terdiri dari, dosen, mahasiswa dan siswa. “Kami tidak mematok kualitas dari tingkat pendidikan, bagi kami yang penting punya keinginan menjadi pendakwah. Kami selalu memberikan pembekalan kepada anggota, sehingga saat diutus ke lapangan, mereka sudah mampu mengondisikan dan menjaga sikap serta akhlak mereka dalam berdakwah. Jangan sampai masyarakat kecewa. Kalau kepercayaan masyarakat sudah hilang, mereka tak kan percaya lagi kepada ikatan ini,” terangnya.

Terkait anggaran, lembaga ini bekerja sama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). “Selain itu kami tidak menerima pungutan apapun, sebab kegiatan ini ikhlas untuk menyebarkan agama Islam. Kalau dilihat, anggota kami terdiri dari dosen dan mahasiswa, rata-rata mereka sudah berpenghasilan. Jadi ikatan ini adalah wadah bagi mereka untuk mencari pahala dan melatih kemampuan mereka dalam berdakwah,” ungkapnya.

Salah satu anggota Ikadi Sumbar, Harianto mengaku baru satu tahun bergabung di sini. Kendati demikian kemampuan dakwahnya sudah terasah dengan baik. Dia tertarik dengan salah satu program yang sudah dilaksanakan oleh ikatan tersebut. Yaitu menghidupkan kembali masjid atau mushala yang sudah tidak aktif. (*)

LOGIN untuk mengomentari.

What do you think?

Written by virgo

Facebook luncurkan fitur pemesanan makanan di AS

Wajib Waspada saat Melintasinya