Dalam setiap doa pada shalat jamaah, sering terdengar permintaan kepada Rabb, agar mengirimkan pemimpin dari kalangan orang shalih yang tidak hubbud dunya dan adil, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Doa-doa ini, entah hanya sekedar rutinitas, ataukah karena semakin jauhnya penguasa dari nilai-nilai ideal, yang pada akhirnya memang mengandung dua hal. Pertama, jenuh dengan kondisi yang ada. Kedua, rindu hadirnya “sang pencerah”.
Sepertinya, Allah telah menjawab doa itu. Minimal untuk rakyat Bireuen. Seorang alim nan shalih, yang perkataan dan perbuatannya sejalan, seorang yang berpikir jauh ke depan, inspirator yang memotivator, pun menyatakan maju dalam Pilkada Bireuen 2017. Ia adalah Teungku H. Muhammad Yusuf A. Wahab, ulama muda asal Jeunib yang akrab dipanggil Tu Sop.
Tu Sop ibarat oase, yang berada di tengah hamparan padang pasir nan tandus. Ia dirindui oleh semua orang yang melintas, namun kerap dicitrakan beracun oleh sebagian kecil agen, agar sang oase tidak menjadi ancaman bagi keberlangsungan perusahaan air minum kapitalis yang dibangun di dekat padang tandus.
Maka berbagai cara pun dilalukan untuk menjegal langkah Tu Sop. Ragam isu diciptakan. Ia disebut ulama hubbud dunya, ulama yang tak tahu diri dan lain sebagainya. Pernah pula berhembus isu bila Tu Sop didukung oleh bandar sabu. Bahkan Tu pernah diterpa isu yang tidak pantas dituliskan di sini.
Namun, Tu Sop adalah karakter berbeda. Setiap ada isu yang menerpa dirinya, ia hanya tersenyum. Bahkan dalam beberapa moment, ia “tertangkap” sedang menangis. Ia tahu resiko masuk ke dalam politik praktis. Karena tahu itulah, ia semakin nekat terjun.
“Umat sudah semakin jauh dengan agama. Islam hanya hadir di dalam mesjid. Di luar, manusia berkelakuan sekehendak hati. Inilah yang menyebabkan saya terjun ke dalam dunia politik praktis,” kata Tu Sop pada suatu ketika.
Gelombang penolakan terhadap Tu Sop sangat terasa. Namun setelah ditelusuri sumbernya tidak jauh-jauh dari aktor lama, yang memang selalu menolak orang berintegritas terjun dalam dunia politik praktis. Mereka takut kalah, apalagi bila seseorang yang berintegritas itu memiliki pengaruh yang luar biasa.
Mayoritas rakyat, sampai detik ini masih tetap merindui hadirnya pemimpin yang sesuai dengan harapan agama. Tu Sop sendiri tidak menjanjikan banyak hal, namun ia berkomitmen akan berjuang memperbaiki kondisi daerah.”Untuk langkah pertama, saya dan kita semua akan memperbaiki yang bisa diperbaiki. Saya tidak akan menunggu semuanya bisa diperbaiki dalam satu helaan nafas,” terangnya pada kesempatan yang lain.
Muzammil, (40) warga Jeumpa, beberapa waktu yang lalu pernah berkata, bahwa bila Tu Sop sudah turun ke gelanggang, maka tak pantas pula bila tidak dipilih.
“Tu Sop sudah siap sedia berlumpur untuk membangun umat, maka tugas kita adalah ikut terjun membantu. Untuk saat ini hanya beliau yang pantas untuk Bireuen, karena daerah ini butuh obat, bukan agen obat,” imbuhnya.