ACEHTREND.CO,Banda Aceh- Kombes Pol. Saladin, SH melangkah di koridor. Tiga bhayangkara piket segera bangun. Mereka sigap memberi hormat. Sembari memegang tongkat komando, ia memanggil seorang bhayangkara muda.
“Mimpi apa Kamu tadi malam?” tanya Saladin.
“Siap! Tidak ada Pak,” jawab sang polisi muda.
“Pasti kamu bermimpi tadi malam,” kata Saladin sembari menatap serius sang bawahan.
“Siap!Tidak ada Pak,” jawabya.
Kemudian Saladin meminta sang bawahan mendekat. Ia memasangkan tongkat komando di ketiak sang prajurit. Dengan gaya sigap polisi muda itu pun memegang tongkat komando. Wajahnya jelas kaget. Namun senyum kecil tersungging di bibirnya.
“Nanti malam kamu akan punya mimpi,” kata Saladin, sembari tersenyum.
Peristiwa itu terjadi beberapa waktu lalu. Saat itu air muka sang polisi muda berubah drastis. Ada kesan bangga mendapat kehormatan mengapit tongkat komando sang atasan.
“Semua orang pasti punya mimpi masing-masing. Saya juga punya mimpi yaitu penghormatan terhadap atasan lahir karena dedikasi atas tugas. Bukan karena sekedar hubungan atasan dan bawahan,” ujar Saladin, Jumat (16/12/2016) ketika bincang-bincang ringan di Mapolresta Banda Aceh.
Saladin memang dikenal sebagai polisi yang gemar bergaul dengan berbagai kalangan. Untuk itu, ia sering terlihat di berbagai tempat,dalam rangka membangun kemitraan dengan masyarakat. Bahkan, untuk urusan rumah tangga markas, ia serahkan kepada Wakapolresta.
“Pernah suatu ketika seorang polisi muda mengajukan protes. Ia secara tidak langsung menggugat pola saya bergaul. Alasannya simpel, bila terlalu akrab, nanti masyarakat tidak takut terhadap polisi. Kala itu saya hanya mengatakan, penghormatan tidak akan pernah lahir dari ketakutan. Polisi adalah pengayom. Ketika polisi berdedikasi atas tugas yang diemban, maka dengan sendirinya penghormatan itu akan lahir,” kata Saladin.
Bagi Saladin, ia punya mimpi kelak polisi menjadi teman yang dihargai oleh masyarakat, disegani oleh generasi muda dan ditakuti oleh pelaku kejahatan. Untuk itu, siang malam ia terus menerus membangun kemampuan personil dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Untuk pembenahan internal, ia pun tidak membuat jurang antara atasan dan bawahan. Nilai-nilai humanisme dibangun, dengan tujuan lahirnya rasa saling menghormati.”Patuh pada atasan berarti taat perintah Undang-undang,” kata Saladin, sembari memuji kemampuan personilnya di Mapolresta Banda Aceh. []