Meski ekonomi sedang lesu, tapi kawasan Batang Agam, Payakumbuh, masih bisa bertumbuh. Sejak ratusan miliar rupiah anggaran diguyur pemerintah pusat dan daerah untuk menata sungai tersebut, termasuk untuk membuka jalan inspeksi di kanan-kirinya, serta membangun sarana olahraga, air minum, dan rekreasi, kawasan Batang Agam, kini semakin bersolek.
Di kawasan tersebut, mulai dari Ibuah, Sungaipinago, sampai Tanjungpauah, tidak hanya bermunculan perumahan baru, tempat pertemuan, kafe, rumah makan, dan lesehan.
Namun, sudah mulai dibangun villa atau tempat penginapan, untuk menyambut wisatawan. Terutama, wisatawan Riau yang masih menjadikan Sumbar “surga” liburan terdekat, murah, dan nyaman.
Salah satu villa yang sedang dibangun di kawasan Batang Agam, berada di Kelurahan Tanjungpauh. Tepatnya, dekat Taman Batang Agam buah karya Balai Wilayah Sungai Sumatera V dan Pemko Payakumbuh.
Villa bergaya skandinavia (istilah yang digunakan untuk menggambarkan desain dari tiga negara Skandinavia, yakni Swedia, Denmark dan Norwegia) itu, dibangun oleh pengusaha lokal Payakumbuh, putra Nagari Koto Nan Ompek, Ridwan Sabirin.
“Villa ini kami bangun dengan konsep villa arts dengan desain bergaya skandinavia. Ini akan menjadi tempat penginapan yang memadukan konsep seni dan keindahan alam. Tujuannya, untuk mendukung kawasan Batang Agam sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru dan wisata baru. Sebagaimana keinginan pemerintah daerah,” kata Ridwan Sabirin saat tidak sengaja bertemu Padang Ekspres di kawasan Batang Agam, Kamis sore (21/7).
Ridwan yang baru saja terpilih sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Payakumbuh menyebutkan, villa arts yang sedang dibangunnya di kawasan Batang Agam, bakal dilengkapi dengan fasilitas glamping atau glamour camping (tempat berkemah kekinian) dan fasilitas barbaque (tempat memanggang). Selain itu, juga akan disediakan fasilitas bermain di sungai untuk keluarga dan anak-anak.
“Pemerintah daerah sudah sampai pada tatanan konsep, menjadikan kawasan Batang Agam sebagai laman depan Payakumbuh. Kita sebagai putra daerah, mendukung konsep pemerintah daerah, dengan memulai membangun villa arts dan glamping ini,” kata Ridwan Sabirin sambil mengajak Padang Ekspres mampir di villa arts yang sedang dibangunnya.
Meski tidak menyebutkan berapa nilai investasinya. Tapi Ridwan menceritakan, setelah dia membangun villa arts dan glamping, kakak kandungnya, Nurhadi Sabirin Datuk Aluh, juga membangun vila di kawasan itu.
Bedanya, Nurhadi yang kini Dewan Pengawas PT Freeport Indonesia (sebelumnya menjabat general manager di perusahaan tambang emas tersebut, red), membangun villa di “Pulau” Batang Agam, tidak jauh dari Gedung Olahraga (GOR) dan Water Treatment Plant (WTP) yang dibangun Pemko Payakumbuh.
“Setelah Datuk Aluh membangun villa di Pulau Batang Agam, teman saya, putra Payakumbuh Timur yang biasa menetap di Jakarta, juga berinvestasi di kawasan Batang Agam. Dengan membangun rumah makan atau restoran berkonsep alam dan sungai. Itu lihat para pekerjanya sedang menimbun lokasinya dengan tanah,” kata Ridwan.
Pesatnya pertumbuhan di kawasan Batang Agam Payakumbuh, menarik perhatian banyak pihak. Budayawan asal Payakumbuh, Heru Joni Putra, dalam diskusi ringan dengan Padang Ekspres beberapa waktu lalu menyebut, kawasan Batang Agam yang masih “suci” dan “alami”, perlu ditata Pemko Payakumbuh secara matang, agar bangunan-bangunan tidak tumbuh serampangan.
Dalam kacamata Heru Joni Putra, kawasan Batang Agam Payakumbuh, harus tetap memiliki ruang terbuka dan taman kota yang nyaman bagi publik. Di kawasan ini, pemerintah kota juga perlu membangun pusat kebudayaan dan kesenian.
Heru membayangkan kawasan Batang Agam ini, seperti Maliboro di Yogyakarta yang nyaman bagi wisatawan dan mendatangkan kesejahteraan buat warganya. Di pengujung masa jabatan F-Win (Falepi-Erwin), mencoba mengatur geliat pembangunan di kawasan Batang Agam. (*)