in

Untuk Siapa Aku Bernapas

Untuk siapa aku bernafas, kalimat yang terkadang muncul dalam
pikiranku. Muncul saat aku sedang dalam keadaan hilang harapan, bosan,
jenuh yang memuncak, kesal namun tak memiliki tujuan dan perjuangan
tanpa hasil. Seolah membiarkan aku hidup di dunia yang antah berantah
luasnya, dunia yang penuh dengan mimpi, dunia yang penuh dengan
teka-tekinya. Tapi entah kenapa kalimat itu harus muncul dan ada di
dunia ini, seakan membiarkan aku hidup dalam penyesalan yang paling
dalam. penyesalan yang tak memiliki pengampuan, penyesalan yang tak
seorangpun memahaminya, bahkan diriku sendiri.

Aku berkegiatan
sehari-hari, aku makan, bekerja, berkumpul, kembali kerumah dan kembali
tidur. Setiap hari berulang dan berulang ke hari-hari berikutnya. Apakah aku sudah lupa dengan tujuan hidup atau tujuan aku dilahirkan. biarlah
semua pasti berlalu, mungkin kalimat ini adalah obat yang ampuh untuk
menyelesaikan semua persoalan diatas. ya, memang mampu menyelesaikannnya namun hanya untuk sesaat. “Aku hanya Manusia biasa yang kadang terlalu
semangat menjalani hari, terkadang lupa akan tujuan… lalai dan menunda membuatku betah, betah dalam penyesalan panjang” rangkaian kata yang
diucapkan oleh teman yang sebut saja namanya tidak disebutkan. Jelas
kalimat diatas memperkuat judul tulisan ini.

Aku mencoba bangun,
bangkit dan berdiri. Membuka lembar lama yang pernah aku tulis dalam
ingatan dan mencoba mencari potongan-potongan motivasi yang pernah
membuatku berjuang hingaga berkeringat dan menangis. mencoba mencari
alasan kenapa aku terlahir ke dunia ini dalam keadaan bernafas. Sambil
menulis aku teringat bagaimana kondisi orang tuaku, mereka memberi
pesan-pesan sebelum keberangkatanku untuk melanjutkan studiku beberapa
tahun yang lalu. Terlintas semua pesan-pesan yang baik, dan penuh
harapan terhadap nafas yang diberikan kepadaku, yang sudah aku lupakan
dan berpikir “Untuk Siapa Aku Benapas”. Teringat pula dengan semua
janji yang terucap dengan teman-teman dan sahabat mulai dari sekolah
dasar hingga perguruan tinggi. yang mencatatkan mimpi-mimpi yang tinggi, yang sudah aku lupakan yang membuat bertanya “Untuk Siapa Aku Benapas”.

Mungkin bila disesali lebih dalam, aku memilih terjatuh dan mati. Namun
ingantan itu dan pesan dari orang tua serta teman-teman yang pernah
hidup denganku, mengajari aku untuk bersyukur dan kembali memaknai
kenapa aku hidup dan diberi nafas sampai saat ini. Pernah di satu waktu
ada teman yang bercerita kepadaku tentang seperti yang aku alami diatas, bosan, kesal, menyerah dan lainnya.  Dan disaat itu aku bisa memberikan saran, separah apapun dan sedalam apapun masalahmu maka ingatlah
keluargamu menunggu kepulanganmu membawa harapan yang mereka titipkan
kepadamu dan untuk menjaga semangatmu tetap hidup simpanlah poto mereka
dalam dompetmu. Ketika kau akan menyerlah atau keadaan memaksamu
menyerah lihatlah senyum yang terpancar di poto mereka.

Jangan
pernah pertanyakan kenapa dan untuk siapa kamu bernafas, cukuplah dengan membaca tulisan ini dan beberapa orang yang sudah mengalaminya menjadi
contoh untuk menjadikan mu lebih kuat. Saat rasa itu mulai datang,
ambillah waktu istirahatmu sejenak, berliburlah, dan isi waktumu dengan
hal-hal yang menyenangkan. Cari alasan lebih banyak kenapa kamu
dilahirkan, kenapa masih bisa membaca tulisan ini, Kenapa kamu masih
bisa bernafas sampai saat ini. Tidak ada kata menyerah tidak aka kata
menyesal, belajarlah dari kehidupan dan hidup yang kau jalani.

Jadilah Kuat

kamu juga bisa menulis karyamu di vebma,dibaca jutaan pengunjung,dan bisa menghasilkan juta rupiah setiap bulannya,

What do you think?

Written by virgo

Mahasiswa UGM Kembangkan Mesin “Grading” Ikan Otomatis

Baharuddin: Pelalawan Darurat Pendidikan