Dinas Kesehatan Tanjungpinang sedang berusaha untuk menurunkan angka kurang gizi dan buruk pada balita.
Kepala Dinas Kesehatan setempat, Rustam Efendi, di Tanjungpinang, Minggu, mengatakan untuk melihat status gizi pada balita, dapat digunakan 3 parameter.
Ia mengutarakan, parameter berat badan menurut umur lebih menggambarkan status gizi sesaat pada balita. Sedangkan parameter tinggi badan menurut umur lebih menggambarkan status gizi pada masa lalu atau jangka panjang. Yang paling sensitif dan spesifik menggambarkan status gizi saat ini adalah berat badan menurut tinggi badan,
Ia menjelaskan, jika menggunakan parameter berat badan menurut umur akan diketahui adanya balita gizi kurang dan gizi buruk.
Di Tanjungpinang, pada tahun 2016 ditemukan balita kategori gizi kurang sebanyak 414 anak dan pada tahun 2017 sedikit meningkat menjadi 420 anak. Sedangkan balita kategori gizi buruk pada tahun 2016 sebanyak 52 anak dan menurun pada tahun 2017 menjadi 22 anak.
Sedangkan jika dilihat menggunakan parameter tinggi badan menurut umur akan diketahui adanya balita pendek dan sangat pendek. Pada tahun 2016 ditemukan balita kategori pendek sebanyak 40 anak dan pada tahun 2017 menurun menjadi 17 anak, ujarnya.
Sedangkan balita kategori sangat pendek pada tahun 2016 sebanyak 21 anak dan menurun pada tahun 2017 menjadi 19 anak. Ia mengatakan, pada penggunaan parameter berat badan menurut tinggi badan, untuk melihat status gizi balita akan diketahui adanya balita kurus dan sangat kurus.
Selain itu, jika dilihat dari beberapa kasus berdasarakan wilayah di Tanjungpinang, maka untuk kasus balita gizi kurang dan gizi buruk terbanyak ditemukan di wilayah puskesmas Kampung Bugis (256 kasus), diikuti wilayah Batu 10 (51 kasus) dan Mekarbaru (40 kasus).
Sementara untuk balita pendek dan sangat pendek terbanyak ditemukan di wilayah Puskesmas Seijang (10 kasus), Kampung Bugis (7 kasus) dan Batu 10 (6 kasus).
Sedangkan balita kurus dan sangat kurus terbanyak ditemukan di wilayah Puskesmas Batu 10 (16 kasus), Seijang (11 kasus) dan Kampung Bugis serta Melayu Kotapiring masing masing 8 kasus. Ia mengatakan berbagai upaya dilakukan Dinkes Tanjungpinang untuk mencegah dan menanggulangi gizi kurang dan gizi buruk.
Melakukan penyuluhan per baikan higiene dan sanitasi lingkungan bagi penduduk agar terhindar dari penyakit yang dapat mengakitkan penurunan status gizi.
Dinkes Tanjungpinang juga berupaya mendorong pemanfaatan lingkungan sekitar tempat tinggal keluarga, agar ditanami sayur dan buah yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan gizi keluarga. Diantaranya menggalakkan upaya pemantauan tumbuh kembang anak di posyandu secara berkala setiap bulan sebanyak mungkin dapat diikuti ibu balita,
Upaya kedua untuk mendorong gizi buruk pada balita, yakni mengupayakan agar para ibu dapat memberikan ASI bagi balita usia sampai 6 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun ditambah makanan pendamping ASI setelah usia di atas 6 bulan.
Selain itu, Dinkes berupaya menangani dan mengobati balita yang menderita gizi buruk termasuk Penyakit penyerta yang sering terjadi baik TB, kecacingan maupun lainnya dan memberikan makanan tambahan serta vitamin pelengkap.